Ditulis oleh: Lariza Puteri
Pernah merasa kalau karier kita seperti stuck di tempat dan begitu-begitu aja? Jangan-jangan karena kita tidak melakukan 8 hal berikut ini.
Beberapa waktu lalu, saya pernah bekerja di Rumah Sakit. Mengingat bahwa saya lulusan fakultas ilmu gizi, saat itu rasa-rasanya jalur karier yang saya ambil memang sudah sesuai. Tapi setelah sekian tahun di sana, saya mulai merasa “Kok karier saya gini-gini aja ya. Masa iya saya nggak mau berkembang dan mencari sesuatu yang baru.” Padahal secara tahapan usia, kan, memang ada tahapan karier yang harusnya kita raih. Ibaratnya, saat itu sambil meram saya juga bisa mengerjakan pekerjaan saya, saking sudah terbiasanya. Baiklah, apa yang salah?
Apalagi waktu itu ada beberapa teman di kantor yang menganggap bahwa karier saya nggak akan bisa naik tingkat karena kesibukan saya sebagai seorang ibu, Eiitts, enak aja (sumbunya mulai nyala, hahaha).
Nah, dari pengalaman pribadi saya ini, saya menyimpulkan ada 8 hal yang sebenarnya bisa dilakukan oleh perempuan bekerja (termasuk ibu bekerja) supaya karier tidak jalan di tempat.
*Gambar dari sini
1. Stop rasa bersalah
Beberapa waktu lalu, saya pernah membaca sebuah survey tentang ibu bekerja yang menunjukkan, bahwa banyak ibu bekerja yang pada akhirnya memilih mundur dari perusahaan atau menolak jabatan top level manager karena takut waktunya bersama keluarga (terutama bersama anak-anak) menjadi jauh berkurang. Jadi hal pertama dan yang utama adalah stop dulu rasa bersalah Anda. Gina S Noer pernah menulis bahwa bekerja itu juga bukti cinta kita kepada keluarga. Dengan bekerja, kita jadi bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Dengan bekerja, mungkin saja kita menjadi pribadi yang lebih bahagia. Ibu yang bahagia menjadikan anak-anak juga lebih happy karena ibu adalah pusat emosi di dalam rumah.
2. Selalu ambil kesempatan yang ada
Setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia medis, saya mendapat kesempatan untuk menjadi redaktur gizi di sebuah majalah. Awalnya tentu saja saya nggak yakin dan nggak pede. Tapi suami bilang, ambil kesempatan yang datang karena besok-besok belum tentu saya dapat kesempatan ini. Hitung-hitung saya belajar ilmu baru. Agak ‘berdarah-darah’ di awal, tapi berhubung saya orangnya kekeuh ketika belajar ilmu baru, akhirnya saya berhasil kok. Dan, mendapat promosi dengan cepat lagi.
3. Berani belajar hal baru
Perusahaan di tempat saya bekerja saat ini sering memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk mengikuti training, dalam maupun luar negeri. Biasanya atasan akan menawarkan beberapa pilihan pelatihan dan meminta kita memilih. Nah, saat tawaran itu datang, jangan langsung bete karena beberapa pelatihan akan mewajibkan pesertanya berangkat pagi, mengerjakan tugas-tugas dan pulang lebih lama dari biasanya. Justru, saat kesempatan itu datang, sebaiknya segera diambil. Hitung-hitung kuliah gratis!
Bayangkan saja, saya yang lulusan ilmu gizi, bisa belajar tentang editing, fotografi, food styling hingga cara bernegosiasi. Kalau atasan kita kurang ‘sensitif’ terhadap pengembangan karyawan, maka bertindaklah proaktif. Sering-sering bertanya pada HRD atau departemen training tentang jadwal training yang akan diselenggarakan.
4. Miliki gambaran rencana kerja
Layaknya kuliah, dalam pekerjaan kita juga perlu menargetkan sebuah goal tertentu. Misalnya, 2 tahun lagi saya harus mampu menjadi manajer. Dengan begitu, ada motivasi dan semangat saat bekerja. Mau tak mau, untuk mewujudkan mimpi tersebut kita juga harus punya bekal yang bisa didapat dari pengalaman dan pelatihan yang mendukung. HIndari zona nyaman pada posisi tertentu yang membuat kita tidak berkembang. Saat berada pada zona nyaman, tantangan terbesar justru datang dari diri sendiri.
5. Ciptakan network
Ciptakan network seluas-luasnya baik dengan orang-orang di kantor maupun dengan kenalan di luar kantor. Kita tidak bisa menebak kesempatan apa yang akan datang dari mereka semua. Contohnya nih ya, saat mantan rekan kerja saya sudah keluar dan pindah ke sebuah brand yang kebetulan berhubungan dengan urusan gizi, dia menawarkan saya untuk menjadi pembicara di sebuah talkshow dengan tema gizi. Bukan nominal yang saya perhatikan (walaupun itu juga penting sih, hehehe, jiwa materialistisnya keluar), tapi pengalaman ini akan bagus untuk CV saya.
6. Minta bantuan jika memang butuh
Meskipun wanita memang sosok multitasking, walaupun ternyata multitasking memiliki dampak negatif untuk otak, bukan berarti kita jadi segan meminta bantuan pada teman sekantor. Tak ada salahnya bila sesekali meminta bantuan pada teman untuk menggantikan tugas hari itu, misalnya mencatatkan notulen rapat saat kita berhalangan hadir ke kantor. Sebaliknya, jangan pelit saat teman meminta bantuan kita. Hubungan yang positif pasti akan selalu memberikan keuntungan untuk kita. Kemampuan bekerjasama membuat beban kerja menjadi lebih ringan dan kita nggak terlalu stress. Apalangi mengingat kalau sebagai ibu bekerja kita harus pintar membagi waktu antara urusan pekerjaan, rumah tangga, bersosialisasi dan melakukan me time.
7. Asah terus ilmu yang sudah dikuasai
Ibarat peribahasa habis manis sepah dibuang, jangan sampai setelah mendapat banyak ilmu baru kemudian ilmu lama yang sudah kita kuasai dilupakan begitu saja. Salah satu yang sering terjadi adalah kemampuan berbahasa. Apalagi kalau kita bekerja di lingkungan yang tidak menuntut untuk sering-sering bicara bahasa asing (seperti saya –tunjuk diri sendiri-).
Saat ini,bisa dibilang kemampuan berbahasa Inggris saya sudah mulai hilang entah kemana, huhuhu. Dan, saya berniat untuk kembali belajar agar sekian tahun masa les saya dulu saat masih kuliah nggak terbuang percuma. Tantangan terbesar adalah mencari waktu les yang tepat. Sebagai ibu dan perempuan bekerja, saya benar-benar mencari tempat les yang bisa menjawab kebigungan saya ini.
Untungnya kemudian saya mendapat berita kalau Wall Street menawarkan WSE VIP Service. Jadi ini adalah sarana pembelajaran yang lebih eksklusif dengan perhatian yang lebih personal, yaitu area VIP khusus, ruang Speaking Center khusus, 1-on-1 encounter class, dan prioritas dalam pemilihan kelas. Apabila pergantian jadwal dibutuhkan karena mungkin kita mendadak harus meeting atau ada kerjaan yang tidak dapat ditinggalkan, maka hanya dalam kurun waktu 24 jam, murid VIP akan mendapatkan konfirmasi jadwal pengganti. Asik kan. Pokoknya kita tetap nggak akan kehilangan satu kali pun waktu les kita. Buat saya, service semacam ini sangat membantu untuk ibu bekerja seperti saya yang harus fleksibel dengan pengaturan waktu sehari-hari.
8. Optimis
Percuma kalau kita ingin berkembang dalam karir namun punya sikap pesimis terhadap banyak hal. Percaya, deh, sikap optimis akan memberikan aura positif pada setiap pekerjaan yang dijalani. Seorang klien akan lebih mudah menerima penawaran, bila kita punya aura yang positif, kan? Begitu juga dalam hal pengembangan karir. Sikap optimis akan membangkitkan semangat berkali-kali lipat!
Jadi mommies, jangan ragu untuk menunjukkan bahwa perempuan, terlebih seorang ibu, juga bisa memiliki karier yang mengagumkan :).