Di musim kering seperti ini, saya merasa momennya pas sekali untuk kembali mengingatkan keluarga dan mengedukasi anak-anak untuk bijak mengonsumsi air.
Kemudian saat mendengarkan paparan Dr. Firdaus Ali dari Indonesia Water Institute, saya juga seolah diingatkan untuk lebih peduli dengan air dalam segala aspeknya, walaupun saat ini kita masih dalam 'zona nyaman' berkecukupan air bersih. Peduli dimulai dari mengetahui fakta-fakta yang dikumpulkan dan dianalisis oleh para ahli, karena sebenarnya semuanya menyangkut hidup kita bersama.
Beberapa data tersebut mencengangkan saya, seperti fakta bahwa dari seluruh ketersediaan air permukaan di Indonesia, pulau Jawa hanya menyimpan 7% dari total air nasional. Padahal, pulau Jawa juga dihuni oleh 59% dari seluruh populasi di Indonesia. Bayangkan beban pulau Jawa yang harus menanggung kebutuhan populasi sebanyak itu. Beliau mengatakan bahwa jika bukan karena waduk-waduk yang ada, maka pulau Jawa sebenarnya keadaannya tidak berbeda dengan negara Ethiopia.
Secara nasional, pada tahun 2014 cakupan layanan air baku (untuk minum dan sanitasi) baru mencapai 29% dari seluruh populasi nasional. Ini berarti, 71% rakyat Indonesia masih belum menikmati layanan air bersih dari pemerintah. Bagi masyarakat yang mampu, mereka bisa menggali sumur. Tetapi masih sangat banyak yang harus menggantungkan kebutuhan airnya dari sungai, dan sumber air lainnya yang tidak terjamin kebersihannya.
Miris ya. We should really look beyond our neighborhood. Banyak kampung-kampung di sekitar kita yang harus menggunakan sumber air bersama, secara bergantian untuk kebutuhan air minum dan sanitasi. Atau yang lebih parah, mereka yang tinggal di bantaran sungai dan tidak ada pilihan lain selain menggunakan air sungai yang telah tercemar.
Akibatnya sangat buruk. Air adalah media penghantar penyakit yang paling sulit diprediksi karena banyaknya zat berbahaya yang mungkin terdapat dalam air yang tercemar. Kita seringkali mengaitkan air tercemar 'hanya' dengan penyakit laten seperti diare, dan penyakit pencernaan lainnya. Padahal, jauh lebih luas daripada itu, air bisa menjadi media penghantar penyakit yang lebih serius mulai dari Endocrine Disrupting Compound, deadly disease virus, dan bakteri serta berbagai bahaya laten seperti cacingan (+schistosoma), logam berat, beban pengobatan penyakit tidak menular dan menentukan kualitas masa depan generasi bangsa (stunting dan hipothiroid).
Jadi pastikan bahwa air yang kita konsumsi benar-benar terjamin kebersihannya ya mommies. Apabila tinggal di perumahan baru, cari tahu asal-usul lahan yang kita tinggali, sebelumnya digunakan untuk apa. Karena zat kimia, logam berat bisa mengendap dalam tanah selama bertahun-tahun.
Bijak mengelola air, bisa dengan memanfaatkan intervensi advanced technology yang bertujuan untuk menyelamatkan sumber daya air dan ramah lingkungan, seperti teknologi sekali bilas untuk mencuci pakaian, atau menggunakan filter air. Salah satu produk yang dikembangkan dengan advanced technology untuk tujuan ini, adalah Pureit dari Unilever. Pureit memiliki misi untuk memberikan akses air minum yang aman dan terjangkau untuk masyarakat, dan untuk mendapatkan air higienis yang aman untuk dikonsumsi sehari-hari.
Sebelumnya banyak yang masih ragu untuk mengonsumsi air minum dari Pureit. Well, we shouldn't. Karena Pureit memiliki empat tahap pemurnian air, dan teknologinya dilengkapi dengan Germkill Kit yang mengandung karbon aktif, prosesor pembunuh kuman dan penjernih untuk menghasilkan air minum yang higienis, jernih, tidak berbau dengan rasa yang alami. Jadi, kita bisa yakin bahwa air minum dari Pureit bebas dari semua kuman dan zat berbahaya, dan tetap mengandung mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
Anyway, Pureit bisa menjadi solusi hemat juga untuk keluarga saya sekarang. Karena sebelumnya saya menggunakan air minum kemasan galon, sekarang dengan Pureit, saya bisa menghemat hingga 75% pengeluaran untuk air minum. Bisa dihitung lho, dengan Pureit Classic seharga 600 ribu rupiah, air minum setara 1 galon air kemasan hanya 3000 rupiah. Dengan konsumsi air minum rata-rata keluarga (4 orang), dalam waktu 5 bulan sudah 'balik modal'. Tidak ada biaya lagi setelahnya. Kita hanya perlu mengganti filter kit setiap 6 bulan sekali dengan harga sekitar 185 ribu rupiah. Oya, Pureit ini juga bekerja tanpa listrik, jadi aman kan.
Pureit kini bisa didapatkan di hampir semua supermarket dan hypermarket di sekitar kita, dan sangat praktis, begitu membeli kita sudah langsung bisa memasangnya sendiri. Tapi jika mommies ingin tahu lebih banyak, bisa cek di sini ya.