Saya termasuk salah satu orang yang sangat percaya kalau hubungan seksual dalam pernikahan merupakan unsur penting untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Dalam hal ini, kuantitas dan kualitasnya pun ikut menentukan. Sebab, kalau kuantitas satu sama lain nggak cocok, hal ini justru bisa bikin hubungan suami istri jadi nggak harmonis kan? Misalnya, nih, suami ingin melakukan hubungan seksual 7 kali seminggu. Sementara sang istri cuma mau 2 atau 3 kali seminggu saja. Nah, lho!
Belum lama ini, salah satu teman saya juga baru saja cuhat. Waktu ada acara kumpul-kumpulnya, dia sempat bilang, “Duh... pusing banget, deh, sama suami gue. Masa setiap hari dia minta 'jatah'? Kayanya nggak paham banget kalau gue capek!” gerutunya.
Waktu saya menyarankan supaya dia terus terang ke suaminya, dia pun menjawab, “Ah, itu sih sudah dari dulu gue coba omongin. Tapi tetep aja nggak paham. Mending gue pura-pura tidur aja, deh.”
Duh, bahaya juga, nih, pikir saya. Dalam rumah tangga itu kan semuanya harus dikomunikasikan, termasuk masalah hubungan seksual. Memang, untuk mengukur kualitas hubungan seksual merupakan masalah yang cukup rumit, karena apa yang dirasakan antara pihak suami atau istri bisa berbeda.
Padahal selama hubungan seksual berjalan dengan 'sehat', manfaatnya juga banyak. Pantas saja, ya, kalau sampai ada lagu berjudul Sexual Healing. Lewat hubungan intim, kita bisa merasa lebih bahagia dan melepaskan stres. Bahkan berbagai bibit penyakit sampai bisa ditangkis.
Tapi, bagaimana dengan frekuensinya? Apakah agenda ‘mesra-mesraan’ ini sebaiknya dilakukan setiap hari atau malah dijadwalkan seminggu dua kali atau tiga kali saja? Lengkapnya di halaman berikut, ya.
Kalau saya, sih, untuk urusan yang satu ini nggak pernah pakai jadwal. Semuanya serba spontan. Supaya rasanya lebih seru :D Lagipula, hubungan intim inikan bukan seperti minum obat. Jadi, semuanya berjalan sesuai keinginan dan mood saja.
Yang pasti harus diakui, semakin usia pernikahan bertambah, rasanya hasrat untuk mesra-mesraan sama suami jadi berkurang. Rasanya sudah nggak terlalu menggebu-gebu seperti pengantin baru. Kondisi ternyata memang sudah dianggap lumrah.
Bahkan penelitian yang dilakukan Kinsey menyebutkan kalau frekuensi hubungan seksual pada kaum pria berkurang dengan bertambahnya usia yakni 3,9 kali per minggu pada usia 20 tahun, dan 0,9 (kurang dari satu kali) per minggu pada usia kurang dari 60 tahun. Sedangkan pada pria yang sudah masuk usia kepala tujuh, umumnya dalam sebulan hanya sekali saja melakukan hubungan intim.
Sedangkan frekuensi hubungan seksual pada perempuan ternyata sedikit berbeda. Menurut Kinsey, hampir semua perempuan melakukan hubungan seksual meskipun frekuensinya menurun setelah 2 tahun menikah. Wanita usia 50 tahun sekitar 93 persen masih melakukan hubungan seksual, sedangkan pada pria yang berusia sama sekitar 97 persen. Pada pria usia 60 tahun 94 persen masih bisa melakukan hubungan seksual dan pada perempuan usia sama hanya 84 persen.
Informasi ini saya ketahui dari Dr.Mulyadi Tedjapranata,MD. Seksolog yang punya Medizone Clinic di bilangan Kemayoran ini juga mengakui kalau frekuensi hubungan seksual pada usia pasangan suami istri yang baru menikah tentu saja berbeda dengan suami istri yang sudah puluhan tahun menikah.
“Sebenarnya tidak ada batasan atau ketentuan khusus mengenai frekuensi aktivitas seksual. Frekuensi hubungan seksual sangat tergantung kepada kemampuan dan kemauan setiap pasangan. Berapa pun frekuensi hubungan seksual yang dilakukan, asal memuaskan pasutri, itulah yang sebaiknya dilakukan. Frekuensi hubungan seksual dipengaruhi oleh dorongan seksual, keadaan kesehatan tubuh, dan pengalaman seksual,” tandasnya.
Selanjutnya : Faktor usia sangat menentukan.
Jadi, faktor usia juga sangat menentukan terjadinya aktivitas seksual sehari-hari?
Tentu saja. Pada usia 18 hingga 40 tahun aktivitas seksual dan hubungan seksual pada pasangan yang sehat dapat dilakukan setiap hari, karena hormon testosteron diproduksi sekitar 6-8 mg setiap hari pada pria sedangkan perempuan hanya sekitar 0,5 mg setiap hari, sehingga dorongan seksualnya masih optimal.
Pada usia di atas 40 tahun, telah terjadi penurunan hormon testosteron, ereksi terjadi dalam keadaan kurang kuat, intensitas ejakulasi menurun dan volume sperma menurun, periode refrakter menjadi semakin lama dan diperlukan waktu lebih lama dan rangsangan langsung pada penis untuk ereksi .
Kalau aktivitas seks dilakukan setiap hari, ada efek samping yang bisa ditimbulkan nggak, Dok?
Efek samping yang perlu diperhatikan adalah fisik, kondisi kesehatan.fisik, timbul kelelahan setelah melakukan aktivitas seks. Kemampuan secara fisik untuk melakukan hubungan seksual dapat dilihat dari energi yang dioperlukan ketika melakukan hubungan seks dan olah raga berdasarkan MET(Metabolic Equivalent Task) yang diperlukan. Satu MET sebanding dengan penggunaan oksigen 3,5 mililiter per kilogram berat badan per menit. Berdasarkan kemampuan fisik, orang dianggap bugar melakukan hubungan seksual bila mampu berjalan 1 kilometer dalam 15 menit atau mampu menaiki 20 anak tangga tanpa nyeri di dada atau terengah-engah .Hubungan seksual sebelum orgasme 2-3 MET, meningkat menjadi 3-4 MET saat orgasme.
Jangan sekali-kali melakukan hubungan seks dalam kondisi sakit dan tidak fit. Hubungan seksual merupakan salah satu jenis aktivitas yang memakan energi tinggi, karena itu apabila dilakukan tidak dalam kondisi prima dapat mengakibatkan timbulnya keluhan-keluhan lain yang lebih parah.
Saya pernah membaca sebuah artikel yang menyebutkan kalau melakukan hubungan intim setiap hari akan mempengaruhi kualitas sperma. Benarkah?
Kesuburan pria ditentukan oleh keadaan kesehatan sistim seksual dan reproduksi. Kalau kesehatan seksual dan reproduksi terganggu, maka kesuburan sangat mungkin terganggu. Hubungan seksual yang dilakukan setiap hari dapat memperbaiki kualitas sperma. Peneliti dari Australia, Dr.David Greening, Sydney mengemukakan pada American Society for Reproductive Medicine conference di Washington. Katanya, saya yakin bahwa sering hubungan seks dan ejakulasi (setiap hari) akan memperbaiki kerusakan DNA sperma pada pria, sedangkan pantang bersanggama dalam waktu yang lama berakibat meningkatnya kuantitas sperma, namun kualitas spermanya menurun.
Seiring bertambahnya usia pernikahan, sering kali hasrat seksual antara pasangan suami istri jadi padam. Bahkan, ada kalanya istri juga merasa hubungannya sudah 'dingin'. Kalau sudah begini, langkah apa yang bisa dilakukan?
Tentunya, masing-masing harus menerima informasi yang benar tentang seksualitas yang benar. Jangan malu menyampaikan kepada pasangan kalau terjadi masalah. Dengan begitu, masalah yang terjadi bisa segera atasi bersama-sama, tentunya dengan cara yang ilmiah. Hindari pengalaman seksual yang tidak menyenangkan atau traumatik, termasuk hubungan seksual kali pertama. Pelihara kesehatan kelamin dan tubuh secara umum. Dengan begitu, kehidupan seksual dengan pasangan bisa berlangsung harmonis. Hubungan seks yang cukup sering namun tidak memuaskan kedua belah pihak lama-kelamaan justru akan mematikan gairah.
--------
Ah... saya setuju banget, nih, dengan pernyataan Dr.Mulyadi Tedjapranata,MD yang terakhir. Hubungan intim itu memang nggak bisa dipaksakan. Dalam hal ini saya juga lebih memilih kualitas dibandingkan dengan kuantias. Kalau Mommies yang lain, gimana?