Selamat pagi!
Saat Mommies membaca artikel ini, mungkin beberapa sudah tau bagaimana pandangan politik kami di Female Daily Network, terhadap pemilihan presiden tahun ini. Bagi yang belum, Mommies bisa membacanya di artikel ini dan ini.
Tapi jangan salah, di sini, saya nggak bermaksud memengaruhi pilihan Mommies, kok. Saya hanya ingin memberikan pandangan mengenai perlunya partisipasi setiap warga negara dalam pemilihan ini. Ada beberapa yang mengatakan, “Ah, siapapun yang jadi presidennya, kita tetap harus cari uang sendiri”, ya nggak?
Iya, betul juga sih, pendapat itu. Tapi apakah bernegara hanya urusan duit saja?
Siapa yang tidak memimpikan sistem pendidikan kita bisa seperti sistem pendidikan di Finlandia? Pasti kita semua ingin, ya. Peran pemerintah sangat penting lho, kalau mau sistem pendidikan kita seperti ini.
Siapa yang sebel sama KPI yang meloloskan tayangan nggak mutu macam sinetron, komedi yang nggak mendidik atau kontes-kontesan di mana anak-anak diekspolitasi? Di mana peran pemerintah?
Siapa yang nggak gemas sama kasus kekerasan terhadap anak; bullying sampai pelecehan seks? Kok bisa-bisanya manusia keji seperti ini beredar bebas? Gimana masa depan anak-anak kita?
Siapa yang nggak kesal sama rumah sakit yang seenaknya ngasih susu formula ke bayi kita yang baru lahir padahal kita niat setengah mati untuk kasih ASI eksklusif? Susu formula di beberapa negara bisa lho, dibelinya harus dengan resep dokter. Kenapa di sini nggak? Regulasi kan, berarti :(
Siapa yang nggak gemas saat terjebak macet karena banyaknya mobil pribadi ketimbang angkutan umum yang nyaman? Kalau pembatasan kepemilikan mobil, pajak, atau apalah itu dibuat pemerintah, pasti kemacetan bisa berkurang.
Dan banyak lagi kegemasan kita, tentunya.
Apakah semua ini bisa diselesaikan jika kita nggak ambil bagian dari setiap pemilihan umum?
Ya, kita memang sudah terlalu lama dibuat apatis dengan sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Rasanya, setiap pemilu, siapapun pemenangnya, nggak banyak membawa perubahan secara langsung dalam kehidupan kita, ya.
Tapi coba dipikir-pikir, zaman kita sekolah dulu, rasanya orangtua kita nggak serepot kita dalam mencari sekolah ya? Masuk sekolah negeri saja, atau sekolah swasta yang memang masih bisa dihitung jari. Sekarang? Sekolah-sekolah muncul bak jamur di musim hujan. Satu sisi bagus untuk pendidikan anak kita. Di sisi lain? Orangtua menjadi super-kompetitif di urusan ini.
Atau program pemerintah baru-baru ini, deh, bagi yang tinggal di Jakarta dan mungkin sanak saudara/ kerabat ada yang dapat Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat? Beberapa kerabat saya ada yang menggunakan 2 kartu ini. Dua orang di antaranya sangat terbantu dengan KJS, karena mereka harus cuci darah seminggu 1-3 kali. Bayangkan kalau harus menggunakan biaya pribadi?
Itu hanya 2 contoh kecil (yang saya ingat dan related dengan status sebagai orangtua, ya) dari dampak bagaimana peran serta kita memilih seseorang sebagai wakil rakyat. Lainnya banyak sekali!
Karena itu, memilih wakil rakyat atau pemimpin yang bisa kita ‘titipi’ visi misi kita, sangat penting. Pemimpin yang mengerti permasalahan masyarakatnya dan tidak mementingkan urusan pribadi atau golongan, harus jadi pertimbangan saat memilih. Tapi satu yang harus diingat: perubahan ke arah yang lebih baik tidak mungkin terjadi kalau kita, sebagai warga negara Indonesia, tidak mau berpartisipasi atau mendiamkan kesempatan yang ada (kalau berubah ke arah keburukan sih, gampang, biarkan saja yang rajin korupsi berkuasa, kelar deh!).
Ah, jadi panjang deh, urusan beginian. Maklum, saya termasuk salah satu yang antusias dengan Pilpres tahun ini. Menurut saya, Pilpres tahun ini bak pilpres penentuan. Penentuan mau ke arah mana Indonesia ke depannya. Karena saya ingin mengatakan hal ini pada anak cucu saya kelak:
Mudah-mudahan Mommies menjadi salah satu yang antusias , ya? Yuk ah, segera mandi dan berangkat ke TPS!
Salam 2 jari!