banner-detik
PARENTING & KIDS

Ketika YKS Dihentikan Sementara...

author

sazqueen01 Jul 2014

Ketika YKS Dihentikan Sementara...

Lalu apa? Saya agak pesimis mendengar berita KPI 'hanya' berani menghentikan sementara. Kenapa tidak dicabut saja? Oh, mungkin KPI pesimis juga, karena otak kreatif orang-orang berpendidikan yang membuat tayangan tidak mendidik itu akan terus berjalan. Saking 'kreatifnya', mungkin kalau dicabut, akan muncul acara "BUKAN YKS" seminggu kemudian. Lagipula, keputusan menghentikan sementara ini hanya berkait satu konten saja. Memang melecehkan itu tidak baik. Tapi KPI bergerak HANYA karena ini? Anak-anak yang menonton bagaimana? Ah, sampai kapan lingkaran setan ini akan berakhir?

Zooming out the situation a bit, make us realize, how pathetic those people behind the show. Saya yakin juga, minimal para pekerja di balik layar ini adalah sarjana. Jika pendidikan yang mereka dapatkan tidak mengajarkan soal dampak buruk televisi bagi anak, at least they can read! Kan sarjana!! Semua dilakukan demi rating, saya tidak tahu apakah ini hanya terjadi di Indonesia, atau memang jadi hal yang biasa di dunia hiburan televisi. Seakan tidak ada beban ketika menayangkan sesuatu, yang penting rating tinggi, banyak produk yang pasang iklan di acara tersebut. Selesai urusan mereka. Sedangkan konsumen, dibiarkan untuk menelan sendiri apa yang mereka tonton. Okelah, kalau golongan menengah-atas bisa memilih apa yang mereka mau tonton. Ada fasilitas TV cable, sehingga bisa memilih tayangan yang berguna bagi diri dan keluarganya. Setidaknya ada saringan yang terpasang, padahal sebetulnya juga kita sudah sering membaca dampak tayangan televisi bagi anak. Pembenarannya adalah at least our children watch Mickey Mouse.

ykssLihat ada berapa anak kecil yang hadir? Gambar dari sini

Bagaimana dengan keluarga yang tidak memiliki TV berlangganan? Bagaimana dengan keluarga menengah ke bawah yang setiap hari harus memikirkan uang untuk hidup? Karena kesibukannya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, tidak ada waktu untuk memilih acara televisi untuk anaknya. Jangankan memilih acara yang boleh ditonton, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh anaknya saja kadang luput karena fokus dengan mencari uang. Saya benar-benar jadi ingin tahu, apakah tidak ada rasa sedikitpun bagi pemilik stasiun televisi komersil untuk orang-orang yang situasinya seperti ini? Lebih parah lagi, kenaifan mereka dimanfaatkan untuk menambah 'nilai plus' bagi acara TV tersebut. Dengan cara apa? Mengundang rakyat untuk menonton langsung dari venue. Dan ironipun terpampang di televisi, banyak sekali anak di bawah umur yang ikut menikmati tontonan di atas panggung acara tv live, even worst: they laugh, enjoy, and move their body along with that adult-content script.

Selanjutnya: Konsep tayangan langsung kerap menjerumuskan!

child-watching-television-silhouetteGambar dari sini

Mengintip analisa seorang selebtwit beberapa waktu lalu, @kurawa mengungkapkan kalau yang salah sebetulnya konsep acara harus LIVE. Ketika syuting acara dan ditayangkan langsung, pengisi acara mendapatkan tekanan untuk bisa menghibur penonton on the spot. Mengapa mendapat tekanan? Ya logikanya, jika ada penonton langsung, mereka harus tertawa dan tepuk tangan sebagai tanda menikmati variety show tersebut, kan? Kalau tidak ditayangkan langsung, kan, tidak perlu khawatir jika tidak mendengar sanjungan penonton. Jadi akhirnya para pengisi acara ini 'terpaksa' melakukan hal-hal di luar batas yang tidak mungkin diedit karena acaranya sedang on-air saat itu juga. Padahal kalau taping dulu, ada editor yang bisa mengedit terlebih dahulu, sehingga konten komedi yang ditayangkan tidak melampaui batas kesopanan.

Kembali ke persoalan menonton acara televisi bagi anak-anak. Apa ya, yang sebetulnya harus dilakukan terkait dengan acara televisi ini? Oke, pagar utama ada di orangtua, tapi lagi-lagi saya ingin mengingatkan jika orang tua tidak ada di rumah, maka harus benar-benar menjaga bahwa anaknya tidak menonton acara yang tidak sesuai dengan umurnya atau tanpa pendampingan. Teman saya ada yang memasang kunci gembok di tempat colokan listrik televisinya saat mereka bekerja, sehingga asisten rumah tangga tidak bisa menonton TV jika si tuan tidak ada di rumah. Kejam? Ya teman saya pernah menangkap basah pembantunya meninggalkan anak mereka yang saat itu berusia 4 tahun di depan TV menyala yang sedang memutar sinetron.

Karena sesungguhnya efek acara televisi itu cukup mencengangkan, loh. Rasanya sudah banyak bacaan yang memaparkan hasil penelitian. Seperti anak-anak yang melihat adegan kekerasan di TV biasanya akan memperlihatkan prilaku agresif tapi juga merasa takut tentang dunia yang dianggap menyeramkan seperti setingan acara TV tersebut. Anak bisa jadi paranoid karena ketakutannya. Adegan-adegan negatif ini akan menyebabkan anak sulit tidur, mimpi buruk, dan tentunya berkelakukan buruk. Jangan lupa bahwa adegan kasar ini suka dilakukan oleh karakter orang baik demi membela kebenaran. Anak menjadi bingung dan akhirnya melakukan pembenaran "Boleh memukul agar menjadi pahlawan!" sounds familiar with bullying? Furthermore, The Kids Health Journal mengatakan "TV violence sometimes begs for imitation because violence is often promoted as a fun and effective way to get what you want."

Acara TV juga memperlihatkan kebiasaan buruk yang biasa seperti merokok, minum alkohol, pre-marital sex, hingga melakukan stereotyping secara fisik dan sosial, yang kemudian ditelan dan dicerna bahwa hal-hal tersebut adalah yang keren dan benar adanya. Mengapa demikian? Karena walau orangtua atau pengasuh sudah memberi tahu bahwa hal-hal yang ada di acara televisi adalah hal yang tidak nyata, namun anak-anak tetap saja belum bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya merupakan imajinasi.

Oke, kita berhasil membatasi tontontan anak. Tapi bagaimana dengan iklan yang biasanya terselip? Menurut AAP, anak-anak di bawah usia 8 tahun tidak tahu bedanya iklan dengan acara TV lainnya. Anak-anak di bawah 6 tahun tidak bisa menahan rasa keinginan yang muncul ketika menonton iklan, apalagi jika ada karakter atau makanan favoritnya. Bahkan anak-anak di atas 10 tahun tetap harus diingatkan tujuan utama pembuat iklan itu apa agar mereka tidak menjadi orang yang konsumtif. Anak kecil yang menonton iklan akan menyerap semua pesan di tayangan 30 detik tersebut. Misalnya iklan sereal, ia akan merekam situasi ideal saat sarapan pagi, meja makan yang bagus seperti apa, dan apa makanan yang baik untuk disantap bersama. Iklan ini juga jadi satu hal yang sangat sulit dihindari, ya? Cara paling mudah, ya, matikan televisi. Hehehehe. Tapi jika telanjur terbiasa menonton tv, biasakan untuk bertanya di tengah tayangan tersebut, seperti "Memangnya itu apa?" atau "Apa yang kamu suka dari barang tadi?" atau bisa juga "Menurut kamu, makanan itu sehat nggak?" dan lainnya.

Bagaimana dengan efek menonton tv untuk kesehatan fisik? Simak di halaman selanjutnya, ya!

Di artikel ini, Lita menyebutkan hasil penelitian Human Communication Resources, yang menyatakan bahwa menonton televisi bisa menyebabkan kurangnya interaksi antara orangtua dan anak. Selanjutnya terlalu banyak menonton televisi bisa mengurangi kemampuan menulis, membaca, dan bahasa anak. Menurut Ibu Elly Risman, kecepatan perubahan warna, gerak, dan suara ini sangat cepat (per 2-3 detik), bandingkan dengan daya tangkap anak yang hanya 4-6 detik per sinaps. Nah, ini sebab televisi menjadi pembatas daya konsentrasi anak. Selain itu, menonton televisi juga menjadi penyebab obesitas pada anak. Anak-anak kurang bergerak karena aktivitasnya hanya duduk di depan TV. Iya, enak buat yang jagain, jadi nggak cepat lelah karena si balita dengan energi yang luar biasa bisa diredam dan ditenangkan dengan televisi. Tambah lagi, otot mata anak bisa kelelahan atau athesnopia karena terlalu lama nonton TV. Duh!

pg guideGambar dari sini

Saya yakin lembaga penyiaran punya aturan batasan umur untuk setiap acara televisi. Tapi pertanyaannya, di Indonesia ini, apakah peraturan ini dipatuhi? Bahkan saya merasa lembar "Tayangan Ini Sudah Lulus Sendor" yang diperlihatkan sebelum acara mulai, kok, hanyalah formalitas belaka.

Kembali ke acara yang katanya dihentikan sementara. Bagaimana dengan variety show yang hadir di prime time? Kalau saya, sih, inginnya acara seperti itu dihentikan saja, tidak baik. Iya, orang dewasa bisa terhibur dan tertawa. Anak-anak yang melihat dan ikut tertawa bagaimana? Tapi kalau misalnya acara tersebut memang masih akan tetap mendapat izin siar, setidaknya keluarkan larangan tayang langsung sehingga semua tayangan tadi bisa melalui proses editing. Dan kepada para editor, semoga berbaik hati mau menyunting setiap adegan dengan tulus tanpa pesan sponsor dari si A, B, dan C!

Jangan lupa, saringan utama anak ada di tangan orangtua. Jangan sampai bullying semakin merajalela, dan pelecehan seksual menjadi hal yang 'biasa'. By the way, saya kadang mendengar pembenaran seperti "Kalau saya, sih, nggak apa-apa anak nonton TV, kan saya ada di sampingnya!" Benarkah ada kehadiran Mommies? Atau hanya duduk disampingnya sambil konsentrasi ke layar gadget Anda? *GRIN*

PAGES:

Share Article

author

sazqueen

a mother of one who study Anthropology by choice! Hello motherhood.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan