Sorry, we couldn't find any article matching ''
5 Sisi Gelap Menjadi Orangtua yang Jarang Terungkap
Selain punya banyak sekali kebahagiaan, menjadi orangtua juga punya sisi gelap, yang (mungkin) nggak semua orang tahu, dan bahkan jarang menjadi bahan obrolan sesama orangtua.
Dulu waktu masih kuliah, saya berencana nikah di usia 25, alasannya simple aja, “Mau besar bareng anak,” kata saya waktu itu. Kenyataannya, saya baru menikah di usia 27 tahun nyaris 28. Ngaret dua tahunan, nggak apa-apalah yaaa :D Ketika sudah menyandang peran orangtua,banyak banget perubahan yang saya rasakan. Terutama dari segi waktu dan finansial. Mengenyampingkan ego, prioritas utama adalah anak.
Baca juga: The Biggest Problem of Working Mom with Baby
Di balik suka duka jadi orangtua, sebagian dari mommies (mungkin) masih menyimpan cerita yang enggan di bagi ke semua orang, sisi gelap yang ingin disimpan sendiri. Hmmm, saya wakili boleh ya? ini 5 sisi gelap menjadi orangtua yang jarang banget saya bicarakan sama orang lain, hanya dengan orang-orang tertentu saja biasanya.
Setelah menikah, saya akui lingkaran pertemanan saya menjadi lebih sempit. Lebih kepada seleksi alam dan soal waktu yang porsi terbesarnya sekarang untuk Jordy dan pekerjaan saya. Dalam hal ini saya sadar banget, kalau semakin ke sini, jadi nggak masalah jumlah teman dan sahabat saya bisa dihitung dengan jari. Yang penting saya merasa nyaman, baik karena pola pikir mereka atau bagaimana mereka mendukung peran saya sebagai ibu. Jarang ketemuan? Bukan jadi masalah juga, please deh, mommies.... masih ada teknologi yang bernama What’s app dan aplikasi komunikasi lainnya, hihihi.
Pernah di satu titik saya harus realistis, nggak semua hal bisa saya miliki. Sudah jadi orangtua, IMHO mesti sadar diri kalau dulu zaman single bisa melakukan apapun yang disuka. Sekarang? Tahan-tahan diri, dan bahkan merelakan itu sebatas jadi mimpi. Misalnya saya masih pingin traveling seorang diri sambil bikin foto story, kemana-mana, dalam jangka waktu lama maksud saya, lah sekarang? Mana tega ninggalin, Jordy anak pertama saya *___*
Baca juga: Lakukan 6 Hal Ini Sebelum kehadiran bayi Menggagalkan Segalanya
UPS! Iya saya pernah merasakan ini, waktu Jordy terluka karena ulah pengasuhnya. Padahal saya sudah kasih briefing jelas banget, SOP mengurus Jordy. Di momen inilah, saya ngerasa gagal jadi orangtua, coba saat itu saya ada di rumah, coba saya bisa di rumah aja nggak kerja. Tapi, ya menjadi ibu bekerja, toh sudah jadi pilihan saya. Harus berani menghadapi risikonya.
“Nanti deh, kamu rasain sendiri kalau udah punya anak bagaimana!”, kalimat ini jadi pamungkas Mama saya, ketika saya susah dibilangin *salim tangan mama. Titik balik saya, pas detik-detik melahirkan, itu yaaa, semua dosa-dosa seumur hidup jadi anak kayak diputer lagi. Beneran nyesel, dulu masih sering ngebantah Mama dan Papa. Well, sekarang, si Jordy kecil aja udah bisa menolak perintah saya buat mandi. Dunia memang berputar, ya, mommies
Baca juga: 8 Cara Berterima Kasih Pada Orangtua
Entah apa yang ngebuat saya suka nanya sama Jordy, “Kalau nanti Bunda udah tua, Jordy tetap sayang sama Bunda dan Ayah, kan?” Hahaha, CRY! Kita yang dari merah ngurus ni anak-anak, lalu ada masanya dia bakalan ngenalin calon istri, menikah dan punya anak. Ya Tuhan, rasanya kok belum sanggup menerima itu semua. Masih mikir, anak saya ini masih baby, batita dan bisa diajak kruntelan di tempat tidur. Padahal kan, anak titipan Tuhan, ya. Ya tugas kita merawat dan membesarkan, sampai suatu saat dia punya bekal yang mumpuni untuk menjalani kehidupannya sendiri. *terus makin mau CRY T_T
Bagi ke saya dong, mommies, sisi gelap menjadi orangtua yang selama ini mommies simpan sendiri :D
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS