banner-detik
CAREER

Lima Tipe Rekan Kerja yang Tidak Bisa Dipercaya

author

?author?13 Feb 2017

Lima Tipe Rekan Kerja yang Tidak Bisa Dipercaya

Nggak mau kan kerja keras mommies berakhir sia-sia karena ulah seorang rekan kerja yang tidak bisa dipercaya? Kenali ciri-cirinya terlebih dahulu.

Ketika masuk dunia kerja, dalam hati saya bergumam “Selamat datang di hutan rimba!”, saat semua orang berlomba bertahan hidup. Ada yang melakukannya dengan profesional, tapi tak sedikit pula menghalalkan segala cara untuk melanggengkan dirinya sendiri, tanpa peduli dengan rekan kerjanya yang lain.

Lima Tipe Rekan Kerja yang Tak Bisa Dipercaya - Mommies Daily

Teman lama saya pernah bilang, “Kerja keras itu nggak akan pernah berkhianat, kok, Tha!.” Saya super setuju dengan nasihat teman saya ini. Tapi kok, lama kelamaan, juga harus diimbangi dengan sikap waspada, terhadap sikap rekan kerja yang tidak bisa dipercaya. Apa saja itu?

  • Tidak jujur
  • Buat saya jujur itu pondasi atas relasi apapun. Bilangnya sakit sama atasan, tapi nyatanya rekam jejaknya hari itu di social media, berkata lain. Memang, karakternya ini mungkin tidak berdampak langsung dengan kinerja kerja mommies. Di sisi lain, tetap harus berhati-hati, karena sekali orang berbohong dia akan terus menutupi kebohongannya dengan kebohongannya yang lain. Ibaratnya sudah terlanjur mendarah daging.

  • Mengakui hasil kerja tim, sebagai hasil kerjanya sendiri
  • Wohooo, ini semacam pingin bilang ke mukanya dia, “Yakin ini lo semua yang ngerjain?.” Pernah banget, saya dapat cerita macam ini, cuma bisa geleng-geleng kepala dan berdoa tidak terjadi di kantor saya bekerja. Sudah jelas, tipe orang semacam ini, nggak menghargai hasil kerja tim. Dan mengambil keuntungan dari orang lain untuk kepentingannya pribadi, tapi nyolong ide orang.

    Baca juga: Ingin Cepat Mendapatkan Promosi? Lakukan Hal Ini!

  • Senang bergosip
  • Tiada hari tanpa gosip. Kalau lagi sama si A, gosipin si B, lalu kalau lagi sama B, gosipin si A. Muter aja terus, seperti lingkaran setan. Kayaknya kok enteng banget lidahnya menceritakan kejelekan teman sekantornya. Padahal nggak berkaitan juga sama profesional kerja. Benar-benar tong kosong isi pembicaraan si tukang gosip ini. Kalau ketemu orang macam gini, hit and run aja, ya, mommies. Jaga jarak, berinteraksi seperlunya, karena nggak mustahil, mommies yang jadi korban berikutnya. Dan jangan mudah termakan isu di kantor.

    Baca juga: Cara Bijak Menanggapi Isu-isu di Kantor

  • Bermuka dua
  • Apa yang orang ini laporkan ke atasannya, berbeda dengan fakta yang terjadi, alias ingin menjilat atasan. Tapi tenang mommies, atasan yang bijaksana akan terlebih dahulu mendengarkan dari dua pihak, kros cek. Bakalan mati kutu deh, kebiasaan dia menjilat atasan. Oh iya, biasakan juga semua komunikasi di kantor yang berhubungan dengan pekerjaan dilakukan by email. Atau minimal lewat what’s app, supaya ada barang bukti tertulis, jaga-jaga si bermuka dua menlancarkan aksinya.

    Baca juga: Trik Menghadapi Rekan Kerja Bermuka Dua

  • Bully sesama rekan kerja
  • Nggak cuma dominasi di sekolah atau tempat kuliah. Kantor nggak lepas lho, dari perbuatan si bully ini. Caranya juga bisa macam-macam, yang paling sering terjadi kekerasan verbal. Dia akan membuat targetnya nggak nyaman dalam setiap kesempatan berinteraksi. Bahkan dalam sebuah group komunikasi di smart phone, masih sempat lho, nge-bully temannya. Atau memengaruhi rekan kerja lainnya supaya enggak berdekatan dengan si targetnya ini. Jangan terpancing ikut menlancarkan aksi bully di kantor, mommies. Hait-hati, nanti malah jadi bumerang. Biar bagaimanapun, attitude mommies juga turut diperhitungkan sebagai penilaian kinerja kerja. Percuma performa kerja oke, tapi punya kebiasaan merendahkan orang lain.

    Baca juga: 4 Tipe Pembully Di Dunia Kerja

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan