banner-detik
KINDERGARTEN

Hal yang Tidak Diharapkan Orangtua dari Sekolah Anak

author

adiesty16 Jul 2016

Hal yang Tidak Diharapkan Orangtua dari Sekolah Anak

Semua orangtua pasti mau memilih sekolah yang (ter)baik untuk anaknya. Makanya, waktu mau menentukan sekolah untuk Bumi, saya dan suami sempat dibikin pusing. Tapi yang jelas kami mencatat, ada beberapa hal yang tidak kami harapkan dan temui dari sekolah yang kami pilih.

"Ibu.... aku takut mau masuk SD,"

"Kenapa?"

"Takut guru aku kaya dinosaurus.... takut teman-teman nggak baik".

Suatu hari, Bumi menyampaikan kalimat ini ke saya. Sebagai orangtua, saya sendiri cukup paham kalau anak saya ini meresa degdegan memasuki 'dunianya' yang baru. Jangankan Bumi, saya dan bapaknya sebagai orantuanya juga merasakan hal yang sama, kok. Tapi kalau Bumi khawatir gurunya galak dan menyeramkan kaya dinosaurus, saya dan suami punya kekhawatiran yang berbeda.

Jadi begini, sebenarnya saya dan suami buka tipe orangtua yang parnoan. Tapi kalau mendengar cerita beberapa teman yang mengeluhkan soal sekolah anaknya, saya kok jadi bertanya-tanya sendiri, bagaimana, ya, kondisi sekolah Bumi nanti? Apakah nantinya tidak akan sesuai ekspektasi saya dan suami? Aaah... mudah-mudah saja, sih, nggak yaa...

Bumi sekolah

Setidaknya kami nggak cap cip cup karena lebih dulu melakukan survei ke beberapa sekolah incaran di Tengerang Selatan. Selain itu, kami pun lebih dulu melakukan beberapa langkah supaya lebih yakin. Memang setiap orangtua pasti punya pertimbangan yang berbeda ketika memilih sekolah untuk anaknya.  Tapi kalau berharap akan ketemu yang 100% cocok dengan kriteria idaman kita, kok, rasanya agak susah juga, ya? Buat kami, rasanya sudah cukup dan bersyukur jika pada akhirnya bisa menemukan 75% dari kriteria yang sudah dibuat. Harapannya, kami nggak perlu menhgeluh di kemudian hari. Keluhan seperti apa, sih?

Sumbangan terus menerus

Gimana, setuju dong kalau sekolah yang terus menerus meminta sumbangan? Maksudnya sumbangan yang kesannya dipaksakan gitu, lho. Soalnya, nih, ada teman saya yang sempat mengeluh kalau sekolah anaknya kerap kali memberikan ‘surat cinta’. Surat yang isinya meminta suambangan atau uang untuk ini dan itu. Untuk menghindarinya, saya pun berusaha mencari tahu sedetail mungkin mengenai biaya masuk SD sekolah tahun ini. Saya dan suami, sih, lebih senang dengan sekolah yang  memiliki sistem  pembayarannya yang jelas sedari awal

Pelit informasi

Kebayang nggak kalau pihak sekolah anak kita pelit informasi? Duh... ke depannya pasti bikin berabe, deh.  Saya percaya, interaksi yang baik antara sekolahg dan orangtua bisa membentuk lingkungan belajar jadi lebih baik dan menyenangkan. Saat ini sudah cukup banyak, kok, sekolah yang punya platform khusus yang memberikan informasi dari sang guru untuk orangtua murid. Ya, minimal ada buku penghubung, deh.

Abai dengan konflik antar murid

Situasi dan atmosfer  sekolah di TK tentu akan jauh berbeda dengan SD. Termasuk dengan konfliknya. Ya, kalau masa sekolah di TK, anak-anak hanya cenderung bermain sehingga minim konfilk, sementara di SD kan nggak begitu. Contoh masalah yang sering terjadi saat anak jadi korban bullying. Di sini, peran sekolah tentu sangat besar. Jangan sampai, deh, pihak sekolah seperti guru-guru abai dengan masalah seperti ini.

Gaya hidup yang hedon

Saya dan suami sempat naksir dengan satu sekolah, tapi setelah mencari informasi kami mendapat kabar kalau sekolah tersebut cenderung punya gaya hidup yang hedon. Contohnya, nih, memilih lokasi untuk field trip anak-anak SD di luar negeri. Umh... buat saya, sih, hal seperti ini nggak perlu, ya. Atau misalnya, anak SD sedari awal sudah diizinkan untuk membawa handphone? Saya berharap kalau sekolah anak saya ini nggak diisi dengan murid-muridnya yang hidupnya mewah dan pihak sekolah membiarkannya begitu saja. Bukankah sekolah merupakan rumah kedua yang bisa mengajarkan anak untuk menjadi anak yang memilki kepribadian yang baik, dan membantu anak menggali potensi dirinya?

Kalau menurut Mommies bagaimana? Ada hal lain nggak yang tidak diharapkan dapat ditemui dari sekolah anak-anak?

 

 

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan