Masalah Pada Usia Pernikahan di Atas 10 Tahun

Sex & Relationship

umnad・20 Dec 2015

detail-thumb

Semakin lama usia pernikahan memang membuat pasangan semakin mengerti. Namun di sisi lain, jenis masalah yang dihadapi juga berbeda. Mau tahu masalah pada usia pernikahan di atas 10 tahun?

Jujur saja, saya menulis ini karena terinspirasi dari ceritanya Adiesty dalam artikel tentang bom waktu dalam sebuah pernikahan. Jadi, tahun ini pernikahan kami memasuki tahun ke-12 (yeaaaaay). Harapan saya sih nggak muluk-muluk, hanya ingin kami bisa awet selamanya. Karena bagi saya, pernikahan itu adalah ibadah yang paling lama waktunya. Pernikahan tidak lagi hanya antara saya dengan suami, namun juga ada 4 bocah lain yang perlu perlu diperhitungkan dalam mengambil segala keputusan kami berdua sebagai pasutri.

Usia pernikahan yang lama bukan berarti menjadikan semua lebih mudah juga, tapi perlu yang namanya usaha untuk selalu menumbuhkan benih-benih cinta, agar pernikahan tetap memiliki aura yang positif. Bagi saya pribadi, pernikahan membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Diri saya yang sekarang tentu berbeda dengan diri saya di masa awal pernikahan. Seiring berjalannya waktu, masalah yang hadir dalam kehidupan tentu ada yang mengubah sisi kepribadian kita.

Masalah itu akan selalu ada, tentu bentuk dan tingkat kesulitan masalah yang dihadapi oleh setiap pasutri tidak selalu sama, yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana kita melalui dan menyelesaikan masalah tersebut. Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri lama seperti saya.

Masalah Pada Usia Pernikahan di Atas 10 Tahun

1. Komunikasi

Untungnya, saya merasa sudah melalui masalah ini dengan baik. Saya bisa dengan santainya ‘nyerocos’ sama suami tentang segala hal. Entah dengan gaya manis sampai dengan sindiran setajam silet bisa saya lakukan dengan ‘santai’, begitu juga dengan suami, meski iyaaa, kadang diakhiri dengan airmata saya, hahaha. Saya istri super sensi, candaan suami dengan nada tinggi maupun sindiran tajam bisa buat saya nangis begitu saja, tapi setelah itu selesai, no hurt feeling, apalagi suami selalu minta maaf kalau saya sudah meneteskan airmata :D.

Tentu berada di fase ini perlu proses yang panjang untuk saya yang pada dasarnya tidak mudah menyampaikan apa yang saya rasakan pada pasangan. Tapii percaya deh memendam komunikasi pada pasangan juga tidak menyelesaikan masalah. Jadi, saya sering bilang pada diri sendiri, sama suami juga, atau sama yang lagi curcol dengan saya untuk “just say it..” awalnya mungkin tidak mudah, mungkin ada yang terluka, tapi perlu diingat, jadikan pasangan kita sebagai tempat curcol terbaik tentang segala hal, dan sebagai pasangannya kita juga memosisikan sebagai tempat curcol yang bisa dipercaya. Dipercaya dalam artian, bisa menyokong, mensupport, juga menasihati. Intinya dalam berkomunikasi dengan pasangan ada poin-poin yang perlu kita perhatikan.

2. (Pendidikan) Anak

Pendidikan anak-anak yang sudah (keburu) besar. Tentu informasi tentang parenting di zaman saya awal pernikahan dulu tidak sebanyak sekarang. Ada beberapa bagian dari pendidikan anak-anak yang menuntut kita sebagai orangtua ikut berubah. Seperti yang disebutkan di atas, masa ini adalah masa ketika anak-anak perlu untuk diajak lebih sering terlibat dalam diskusi dengan orangtua. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kehidupan pasangan suami istri itu dibagi 3 fase: 10 tahun pertama adalah fase berkembangbiak, 10 tahun kedua adalah fase mendidik anak, 10 tahun ketiga adalah fase bersosialisasi. Jadi, dalam fase 10 tahun kedua ini, pendidikan anak memang menjadi prioritas kami sebagai orangtua.

3. Aktualisasi diri

Ini tentang eksistensi diri kita sebagai pribadi. Mulailah mengomunikasikan mengenai rencana kita berdua untuk 10 tahun ke depan dan seterusnya. Jangan berpikir 10 tahun itu waktu yang lama, lho!Persiapkan diri kita maupun pasangan mengenai apa saja yang kira-kiraakan berubah dalam perjalanan aktuliasasi diri nanti.

Apapun permasalahan yang ada dalam kehidupan pernikahan, perlu diingat bahwa suami istri itu selalu berada dalam satu tim, agar kita dapat dengan mudah melewati permasalahan yang ada dengan lancar.