Ternyata ada kesalahan orang tua yang membuat anak rentan terjebak dalam toxic relationship saat pacaran, terutama ketika hubungan mereka dipenuhi konflik.
Tidak ada hubungan yang selalu mulus, bahkan di antara pasangan orang tua yang sangat saling mencintai. Berkonflik itu wajar. Namun akan jadi masalah besar ketika konflik sering terjadi, apalagi di depan anak. Ketika konflik antara ayah dan ibu terjadi setiap hari dengan beragam bentuknya, anak-anak akan menganggap konflik berkepanjangan sebagai sesuatu yang biasa. Sedikit atau banyak ini akan memengaruhi anak dan anak-anak remaja dalam pola relasi mereka dengan orang lain, terutama ketika pacaran.
Ya, kesalahan orang tua dalam menjalani hubungan berisiko membuat anak remaja mereka terjebak dalam toxic relationship juga.
BACA JUGA: Cara Keluar dari Toxic Relationship Menurut Psikolog
Rupanya ada beragam penyebab yang membuat orang tua tidak pandai mengelola hubungan hingga berdampak buruk pada relasi anak remaja mereka dengan pasangannya. Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, Psikoterapis yang berpraktik di LPTUI Depok & Wellspring Center Radio Dalam, penyebabnya bisa karena masalah ekonomi, ketidaksetiaan pasangan, kesibukan kerja, dan lain lain. Sebetulnya wajar sekali ada masalah dalam perkawinan, tetapi masalah-masalah dalam perkawinan bisa semakin berat apabila orang tua melakukan beberapa hal di bawah ini.
Psikolog Nina menjabarkan alasan remaja terjebak dalam toxic relationship tidak selalu karena orang tua. Bisa saja dari sisi remajanya sendiri, maksudnya milestone perkembangan si remaja.
Namun memang betul bahwa ada pengaruh dari orang tua, yang bisa membuat remaja rentan terjebak dalam toxic relationship, misalnya karena:
Nah, berikut beberapa kesalahan orang tua yang mungkin tanpa disadari membentuk anak jadi pribadi yang mudah terjebak dalam toxic relationship.
Pertengkaran yang terjadi terus-menerus di depan anak menciptakan persepsi bahwa konflik adalah bagian wajar dari hubungan. Anak bisa menjadi lebih agresif, mudah marah, dan kesulitan membangun hubungan yang sehat.
Kekerasan fisik bukan hanya merusak hubungan pasangan tapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi anak. Mereka bisa merasa tidak aman di rumah dan mengembangkan rasa takut terhadap kedekatan emosional.
Saat orang tua marah kepada pasangan tapi melampiaskannya kepada anak, anak merasa bersalah atas konflik yang bukan tanggung jawab mereka. Ini bisa merusak harga diri dan membuat mereka merasa tidak layak dicintai.
Kritik terus-menerus, manipulasi, gaslighting, dan ancaman adalah bentuk kekerasan emosional yang dapat membuat anak merasa tidak berharga dan bingung tentang batasan dalam hubungan.
Ketika orang tua saling merendahkan atau menggunakan kata-kata kasar, anak belajar bahwa penghinaan adalah bagian dari komunikasi. Ini bisa membuat mereka menerima perlakuan serupa dari pasangan di masa depan.
Jika satu pihak selalu mendominasi percakapan dan yang lain tidak didengar, anak belajar bahwa pendapat tidak penting. Ini bisa membuat mereka pasif atau terlalu dominan dalam hubungan.
Konflik yang berulang dan tidak terselesaikan menciptakan lingkungan penuh ketegangan. Anak menjadi terbiasa dengan ketidakstabilan emosional dan sulit merasa tenang dalam hubungan.
Kurangnya penghargaan terhadap ruang pribadi dan batasan emosional membuat anak tidak belajar pentingnya menjaga privasi dan menghormati batasan orang lain.
Orang tua yang mencoba mengontrol pasangan mereka mengajarkan anak bahwa dominasi adalah bagian dari cinta. Ini bisa membuat anak menjadi korban atau pelaku dalam hubungan yang tidak sehat.
Perubahan suasana hati yang ekstrem dan perilaku yang tidak dapat diprediksi membuat anak merasa tidak aman. Mereka bisa mengalami kesulitan mengatur emosi dan membangun hubungan yang stabil.
Perselingkuhan menghancurkan kepercayaan dalam keluarga. Anak remaja bisa kehilangan rasa percaya terhadap cinta dan kesetiaan, serta merasa tidak cukup baik.
Ketika orang tua lebih membela orang luar daripada pasangan, anak remaja belajar bahwa loyalitas dalam hubungan tidak penting. Ini bisa membuat mereka sulit membangun kepercayaan dalam hubungan romantis.
Ini saran dari psikolog Nina tentang hal apa saja yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah agar anak remaja nantinya tidak terjebak dalam toxic relationship.
Apabila anak remaja ternyata telah terjebak dalam toxic relationship, berikut penanganan yang bisa dilakukan.
BACA JUGA: 5 Alasan Anda Harus Keluar dari Toxic Relationship
Cover: Pexels