banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

Waspada! 12 Kesalahan Orang Tua yang Bikin Anak Remaja Rentan Terjebak Toxic Relationship

Waspada! 12 Kesalahan Orang Tua yang Bikin Anak Remaja Rentan Terjebak Toxic Relationship

Ternyata ada kesalahan orang tua yang membuat anak rentan terjebak dalam toxic relationship saat pacaran, terutama ketika hubungan mereka dipenuhi konflik.

Tidak ada hubungan yang selalu mulus, bahkan di antara pasangan orang tua yang sangat saling mencintai. Berkonflik itu wajar. Namun akan jadi masalah besar ketika konflik sering terjadi, apalagi di depan anak. Ketika konflik antara ayah dan ibu terjadi setiap hari dengan beragam bentuknya, anak-anak akan menganggap konflik berkepanjangan sebagai sesuatu yang biasa. Sedikit atau banyak ini akan memengaruhi anak dan anak-anak remaja dalam pola relasi mereka dengan orang lain, terutama ketika pacaran.

Ya, kesalahan orang tua dalam menjalani hubungan berisiko membuat anak remaja mereka terjebak dalam toxic relationship juga.

BACA JUGA: Cara Keluar dari Toxic Relationship Menurut Psikolog

Penyebab Orang Tua Tidak Pandai Mengelola Hubungan di Antara Mereka

Foto: Pexels

Rupanya ada beragam penyebab yang membuat orang tua tidak pandai mengelola hubungan hingga berdampak buruk pada relasi anak remaja mereka dengan pasangannya. Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, Psikoterapis yang berpraktik di LPTUI Depok & Wellspring Center Radio Dalam, penyebabnya bisa karena masalah ekonomi, ketidaksetiaan pasangan, kesibukan kerja, dan lain lain. Sebetulnya wajar sekali ada masalah dalam perkawinan, tetapi masalah-masalah dalam perkawinan bisa semakin berat apabila orang tua melakukan beberapa hal di bawah ini.

  • Kurang mampu melakukan regulasi emosi. Misalnya terlalu mudah sedih, marah, kecewa, dan lain lain.
  • Mengalami masalah kejiwaan, misalnya depresi, kecemasan, dan lain lain.
  • Kurangnya keterampilan sosial, sehingga merespon masalah dengan tidak tepat. Contohnya, akibat tidak mampu meminta bantuan orang lain, jadi kelelahan dengan tugas-tugas, kemudian mudah marah ke pasangan.
  • Orang tua memiliki trauma psikologis, baik dari masa kecil ataupun usia setelahnya, sehingga bias dalam berinteraksi dengan orang lain, termasuk dalam perkawinan
  • Ada tekanan eksternal dari keluarga besar, atau dari kantor, atau situasi perang.

Anak Remaja Bisa jadi Penyebab Diri Sendiri Rentan Terjebak Toxic Relationship

Psikolog Nina menjabarkan alasan remaja terjebak dalam toxic relationship tidak selalu karena orang tua. Bisa saja dari sisi remajanya sendiri, maksudnya milestone perkembangan si remaja.

  • Belum berpengalaman: Misalnya saat pertama kali pacaran, ia tak paham bahwa permintaan pacarnya seharusnya tidak terjadi dalam hubungan yang sehat.
  • Paparan media: baik media sosial, game, film, cerita-cerita yang mengidealkan relasi yang toksik. Hal ini dapat membuat remaja mengira bahwa relasi yang benar adalah yang seperti itu.
  • Tekanan teman: teman-tamannya juga punya relasi yang semacam itu. Kalau relasinya berbeda, ia mungkin jadi tak nyaman. Ini karena ia ingin sama dengan teman-temannya.
  • Kurang keterampilan sosial: tak tahu cara menghadapi atau menyetop permintaan toxic pacarnya.
  • Regulasi emosi yang belum optimal, akibat area otak system limbik sudah matang sementara area otak prefrontal cortex yang masih berkembang.

Namun memang betul bahwa ada pengaruh dari orang tua, yang bisa membuat remaja rentan terjebak dalam toxic relationship, misalnya karena:

  • Orang tua menjalankan pola asuh otoriter atau terlalu mengontrol anak remaja. Remaja jadi merasa bahwa cinta adalah kontrol dari orang lain.
  • Menjalankan pola asuh pengabaian. Remaja jadi tak paham apa yang harus ia lakukan, apakah keputusannya baik atau tidak.
  • Mengekang pergaulan remaja, sehingga anak remaja tidak terampil bergaul atau bersosialisasi.
  • Orang tua menjalankan toxic relationship di dalam relasi perkawinan, sehingga anak remaja mengira relasi romantis memang bentuknya seperti itu. Mereka tidak punya model relasi yang sehat.
  • Memberikan cinta bersyarat. Misalnya anak remaja mereka boleh mendapat sesuatu apabila ia melakukan sesuatu yang lain, dan ini terjadi setiap saat. Anak remaja jadi mengira yang namanya cinta itu bersyarat dan butuh banyak pengorbanan.
  • Sering mempermalukan remaja, atau melakukan kekerasan lain terhadap mereka sehingga anak remaja tidak menyadari bentuk cinta yang sehat.
  • Tidak mengelola konflik keluarga secara sehat, bahkan disembunyikan atau ditutupi. Anak remaja terus berada dalam konflik namun ditutupi, merasa tidak nyaman, tetapi juga tidak paham apa yang bisa dilakukan.

12 Kesalahan Orang Tua yang Bikin Anak Remaja Rentan Terjebak Toxic Relationship

Foto: Freepik

Nah, berikut beberapa kesalahan orang tua yang mungkin tanpa disadari membentuk anak jadi pribadi yang mudah terjebak dalam toxic relationship.

1. Selalu bertengkar di depan anak

Pertengkaran yang terjadi terus-menerus di depan anak menciptakan persepsi bahwa konflik adalah bagian wajar dari hubungan. Anak bisa menjadi lebih agresif, mudah marah, dan kesulitan membangun hubungan yang sehat.

2. Kekerasan fisik terhadap pasangan

Kekerasan fisik bukan hanya merusak hubungan pasangan tapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi anak. Mereka bisa merasa tidak aman di rumah dan mengembangkan rasa takut terhadap kedekatan emosional.

3. Melampiaskan kemarahan kepada anak

Saat orang tua marah kepada pasangan tapi melampiaskannya kepada anak, anak merasa bersalah atas konflik yang bukan tanggung jawab mereka. Ini bisa merusak harga diri dan membuat mereka merasa tidak layak dicintai.

4. Kekerasan emosional

Kritik terus-menerus, manipulasi, gaslighting, dan ancaman adalah bentuk kekerasan emosional yang dapat membuat anak merasa tidak berharga dan bingung tentang batasan dalam hubungan.

5. Kata-kata tidak pantas dan merendahkan

Ketika orang tua saling merendahkan atau menggunakan kata-kata kasar, anak belajar bahwa penghinaan adalah bagian dari komunikasi. Ini bisa membuat mereka menerima perlakuan serupa dari pasangan di masa depan.

6. Komunikasi yang tidak seimbang

Jika satu pihak selalu mendominasi percakapan dan yang lain tidak didengar, anak belajar bahwa pendapat tidak penting. Ini bisa membuat mereka pasif atau terlalu dominan dalam hubungan.

7. Drama yang terus-menerus

Konflik yang berulang dan tidak terselesaikan menciptakan lingkungan penuh ketegangan. Anak menjadi terbiasa dengan ketidakstabilan emosional dan sulit merasa tenang dalam hubungan.

8. Tidak ada batasan pribadi

Kurangnya penghargaan terhadap ruang pribadi dan batasan emosional membuat anak tidak belajar pentingnya menjaga privasi dan menghormati batasan orang lain.

9. Perilaku mengontrol

Orang tua yang mencoba mengontrol pasangan mereka mengajarkan anak bahwa dominasi adalah bagian dari cinta. Ini bisa membuat anak menjadi korban atau pelaku dalam hubungan yang tidak sehat.

10. Ketidakstabilan emosional

Perubahan suasana hati yang ekstrem dan perilaku yang tidak dapat diprediksi membuat anak merasa tidak aman. Mereka bisa mengalami kesulitan mengatur emosi dan membangun hubungan yang stabil.

11. Perselingkuhan

Perselingkuhan menghancurkan kepercayaan dalam keluarga. Anak remaja bisa kehilangan rasa percaya terhadap cinta dan kesetiaan, serta merasa tidak cukup baik.

12. Selalu membela orang lain daripada pasangan

Ketika orang tua lebih membela orang luar daripada pasangan, anak remaja belajar bahwa loyalitas dalam hubungan tidak penting. Ini bisa membuat mereka sulit membangun kepercayaan dalam hubungan romantis.

Tips Memutus Toxic Relationship

Ini saran dari psikolog Nina tentang hal apa saja yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah agar anak remaja nantinya tidak terjebak dalam toxic relationship.

  • Orang tua perlu membuat relasi perkawinannya sehat, hubungannya harmonis dan menyenangkan. Jadi anak remaja paham bahwa yang namanya hubungan romantis memang seperti itu. Bukan yang saling menekan atau menyebabkan ketidaknyamanan.
  • Orang tua perlu belajar cara parenting yang tepat, bukan hanya mengandalkan pengalaman dan pengetahuan pribadi saja.
  • Apabila orang tua memiliki trauma atau luka psikologis, perlu melakukan penanganan psikologis, agar dampaknya tak berlanjut.
  • Membuat hubungan yang sehat dan mesra dengan anak remajanya, sehingga anak remaja bisa bercerita lebih leluasa tentang pergaulan dan pacarannya.

Apabila anak remaja ternyata telah terjebak dalam toxic relationship, berikut penanganan yang bisa dilakukan.

  • Ajak anak remaja bicara secara serius.
  • Sampaikan kepedulian orang tua pada perubahan yang dialami anak remaja, sejak pacaran.
  • Jangan menyalahkan pacarnya, agar remaja tak perlu defensif.
  • Ajak anak remaja berdiskusi tentang hubungan pacaran yang sehat, seperti saling minta tolong, tetap membuka diri pada teman lain, belajar percaya, dan lain lain.
  • Ingatkan anak remaja untuk tetap mengembangkan dirinya dalam kegiatan lain dan pergaulan lain, bukan dengan pacarnya saja.
  • Apabila remaja mengalami kesulitan untuk berpisah dari pacarnya, diskusikan cara paling aman buat remaja supaya bisa lepas.
  • Termasuk diskusikan kemungkinan bahaya dari pacarnya.
  • Apabila perlu, tawarkan anak remaja untuk konsultasi psikologis.

BACA JUGA: 5 Alasan Anda Harus Keluar dari Toxic Relationship

Cover: Pexels

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan