Menjelaskan konsep pernikahan sesama jenis pada anak memang bukan hal mudah. Psikolog anak dan remaja punya tips mengajarkannya pada mereka.
Cukup bikin hati deg-degplas pastinya, ketika anak mulai mempertanyakan mengapa ada laki-laki menikah dengan laki-laki, atau sebaliknya.
Batin pun bertanya, dari mana, sih, dia tahu kalau ada pernikahan konsep ini? Sementara di Indonesia sendiri, praktik pernikahan ini nggak sesemarak di negara bebas macam Amerika atau Inggris. Mungkin ada, tapi biasanya pelakunya akan lebih low-profile.
Ini kemungkinan besar tak lepas dari peran sosial media dan tentu saja lingkungan di mana ia beraktivitas dan tumbuh. Mau kita kontrol juga, tetap ada kemungkinan anak terpapar konten-konten bertemakan pernikahan sesama jenis. But, tak perlu khawatir, Mommies. Ini adalah pertanyaan yang wajar dan menjadi bagian dari pembelajaran anak-anak di era digital yang derasnya nggak kira-kira ini.
Psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog memberikan tips, bagaimana menjelaskan pada anak tentang pernikahan sesama jenis, sesuai dengan usia.
Baca juga: Dampak Media Sosial Terhadap Pernikahan Menurut Psikolog
Mommies bisa menjelaskan ke anak usia SD dengan bahasa yang lebih simpel, sesuai dengan usia mereka. Misalnya saja, di belahan bumi lain seperti Amerika, atau Brazil, pernikahan antara pria dengan pria, atau sebaliknya diperbolehkan. Tapi, kalau di Indonesia dilarang. Agama mana pun juga tidak ada yang mendukung pernikahan sesama jenis ini.
Penting juga dijelaskan soal pelarangan hubungan sesama jenis ini dari sisi kesehatan. Misalnya, ada beberapa penyakit yang bisa ditularkan dari hubungan sejenis, seperti HIV, gonore, bahkan kanker anus.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia, Quraish Shihab menjelaskan bahwa meski pernikahan tersebut menentang hakekat kemanusiaan, tidak boleh dibenci. Siapa pun adalah ciptaan Tuhan, sehingga perlakukan mereka sebagaimana mestinya. Sama-sama ciptaan Yang Maha Kuasa.
Di Indonesia, pernikahan sesama jenis sudah dilarang oleh Undang-Undang. Begitupun oleh agama. Sehingga sebagai orangtua, kita bisa menegaskan bahwa pernikahan tersebut adalah perbuatan yang dilarang Allah dan juga negara. Meski begitu, tidak ada hak kita untuk membenci dan memperlakukan mereka dengan tidak adil, sebagai sesama manusia yang sama-sama ciptaan Yang Maha Kuasa.
Ketika ada berita yang viral dan Mommies curiga anak sudah mendengar dan melihat hal tersebut, kita boleh saja mengecek. Apakah mereka tahu akan hal tersebut atau tidak. Bahas saja langsung jika ternyata mereka sudah mendengar. Bila pun belum, boleh juga dibicarakan karena cepat atau lambat, anak bisa saja terekspos akan konsep tersebut.
Baca juga: Kata Pakar Tentang Barak Militer Bisa Ubah Anak Nakal
Menjelaskan tentang same sex marriage ini pada anak remaja memang akan lebih menantang. Pasalnya, remaja biasanya sudah punya pandangan sendiri, terutama untuk anak SMA.
Gali pendapat anak soal sudut pandang agama tentang konsep pernikahan ini. Diskusikan dan tetap tanamkan bagaimana berempati terhadap orang yang memiliki hubungan sesama jenis. Boleh saja kalu tidak setuju, tapi tidak perlu membenci.
Berkomunikasi dengan anak remaja sangat mungkin memunculkan perbedaan pendapat. Jadi, akan sangat membantu kalau orangtua mau membuka hati untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan, berdasarkan nilai-nilai yang dianut, baik itu nilai agama, ataupun nilai keluarga. Boleh, lho, jika orangtua tidak bisa menjawab kemudian mengakuinya kepada anak. Lalu konsultasikan pada ahlinya, apa jawaban dan tanggapan terbaik untuk didiskusikan dengan anak remaja.
Membahas dampak sosial dan psikologis dari pernikahan sesama jenis atau orientasi seksual yang berbeda dapat membantu remaja memahami kompleksitas isu tersebut. Diskusi ini sebaiknya dilakukan dengan bijak dan berdasarkan data yang akurat.
Cover photo by: Freepik