Jika pasangan menunjukkan ciri-ciri financial red flag, segera cari solusi agar tak menciptakan masalah dalam keuangan keluarga.
Ketika membicarakan kecocokan dalam hubungan, sering kali fokus kita hanya pada kesamaan minat, komunikasi, atau chemistry. Namun, ada satu aspek penting yang sering terabaikan padahal berdampak besar terhadap keberlangsungan hubungan jangka panjang yaitu finansial.
Cara seseorang mengelola uang bisa menjadi gambaran bagaimana mereka menghadapi tanggung jawab, berkomitmen, dan menyelesaikan masalah. Jika sejak awal hubungan sudah muncul tanda-tanda negatif dalam hal keuangan, itu bisa menjadi peringatan dini akan potensi stres, utang, masalah, atau bahkan krisis keuangan di masa depan.
Uang mungkin bukan segalanya, tapi cara pasangan kita mengelola uang bisa memberi gambaran besar tentang nilai hidup, prioritas, dan masa depan bersamanya. Mengenali tanda-tanda awal masalah keuangan dalam hubungan adalah bentuk perlindungan terhadap diri sendiri.
Dengan komunikasi yang jujur dan niat baik dari kedua belah pihak untuk tumbuh bersama, masalah finansial sebenarnya bisa diatasi. Namun jika red flag tetap diabaikan, bukan tidak mungkin masa depan keuangan keluarga Mommies bakal ikut terdampak.
Istilah financial red flag merujuk pada tanda-tanda peringatan terkait kebiasaan atau perilaku keuangan seseorang yang dapat berdampak negatif pada hubungan. Dr. Traci Williams, seorang psikolog klinis sekaligus terapis keuangan bersertifikat, menjelaskan salah satu tanda utamanya: “Jika pasangan menolak membahas hal-hal yang berkaitan dengan uang, itu adalah hal yang patut dikhawatirkan.”
Ia menambahkan, “Bagi sebagian orang, membicarakan uang bisa jadi terasa tidak nyaman. Ini mungkin berkaitan dengan latar belakang keluarga, kurangnya literasi keuangan, atau faktor lainnya. Namun, jika seseorang benar-benar menolak membahas topik finansial sama sekali, itu menjadi tanda bahaya karena bisa jadi ada sesuatu yang ingin disembunyikan dari pasangannya.”
BACA JUGA: Dampak Media Sosial terhadap Pernikahan Saat Ini, Apa Kata Psikolog?
Agar bisa mengenali tanda-tanda ini lebih cepat, berikut sepuluh indikator utama yang bisa menunjukkan adanya masalah keuangan serius dalam hubungan. Jika diabaikan, keuangan keluarga bisa terjun bebas ke jurang:
Pasangan cenderung tertutup soal penghasilan, utang, atau kebiasaan belanja. Mereka menghindari pembicaraan tentang uang atau menjadi defensif saat topik ini muncul. Padahal transparansi keuangan sangatlah penting. Jika Mommies tahu pasangan merahasiakan pengeluaran, pendapatan, atau utangnya, ini akan memunculkan perasaan khawatir, sedih, dikhianati, dan ketidakpastian.
Bagaimana bisa mengambil keputusan dan merencanakan masa depan bersama jika kita nggak punya gambaran yang lengkap dan jelas tentang situasi keuangan masing-masing? Main rahasia-rahasiaan seperti ini juga dapat menimbulkan perasaan curiga terhadap satu sama lain.
Jika satu pihak adalah penabung dan pihak lain adalah pemboros, potensi konflik bisa sangat besar. Meski perbedaan bisa dikelola, perbedaan yang terlalu mencolok mengenai tujuan keuangan, seperti membeli rumah, menyiapkan dana pendidikan anak, atau pensiun, dapat menimbulkan ketegangan.
Memiliki utang bukanlah hal yang tabu. Namun jika pasangan memiliki utang besar dan tidak punya rencana realistis untuk melunasinya, atau bahkan terus menambah utang, itu adalah tanda bahaya. Kebiasaan ini bisa menenggelamkan masa depan finansial keluarga Mommies.
Pasangan sering membeli barang-barang mewah secara impulsif, meski sedang kesulitan keuangan. Gaya hidup seperti ini bisa menimbulkan tekanan ekonomi dalam hubungan, terutama jika tidak disertai tanggung jawab finansial yang seimbang.
Jika pasangan menolak membuat anggaran, tidak tertarik merencanakan investasi, atau menunjukkan kengganan untuk mendiskusikan tujuan finansial jangka panjang, itu bisa mengindikasikan kurangnya komitmen dalam membangun masa depan bersama.
Dalam beberapa kasus, pasangan bisa mencoba mengatur cara Mommies menggunakan uang, membatasi akses Mommies ke rekening bersama, atau menggunakan uang sebagai alat untuk mengontrol. Ini adalah bentuk kekerasan finansial yang bisa mengikis kepercayaan dan kemandirian Mommies.
Ada kalanya pasangan sangat hemat, namun tiba-tiba melakukan pemborosan besar. Perubahan ekstrem seperti ini bisa membuat Mommies sulit membuat perencanaan jangka panjang dan menciptakan rasa tidak aman dalam hubungan.
Kondisi darurat keuangan memang bisa terjadi, tetapi jika pasangan sering mengalaminya dan selalu bergantung pada pinjaman atau bantuan dari Mommies, teman, atau keluarganya, itu bisa menunjukkan kurangnya kemampuan pasangan dalam mengelola keuangan secara bijak.
“Ketergantungan yang tidak ditangani, seperti berjudi, bisa berdampak besar secara finansial dan emosional,” kata Dr. Williams. Bila pasangan memiliki kecenderungan berjudi, belanja berlebihan, atau gaya hidup jauh di luar kemampuannya—dan tidak bersedia berubah—itu merupakan sinyal serius bahwa Mommies perlu mempertimbangkan kembali hubungan tersebut.
Mengapa ini menjadi tanda bahaya? Tak bisa dipungkiri, sejak Covid-19, banyak pengurangan pegawai terjadi sehingga ini berarti ada banyak pula mantan pegawai yang harus cerdas mencari pemasukan. Saat ini, banyak orang bekerja secara freelance. Pekerjaan lepas berarti penghasilan juga tidak menentu, tidak stabil, dan kadang juga harus sering berganti pekerjaan. Itu tidak akan menjadi masalah jika pasangan kita pandai mengelola uang mereka. Namun ini mungkin juga akan berujung pada situasi sulitnya memiliki perencanaan atau komitmen finansial. Nggak ada yang salah dengan menjadi pekerja lepas, tapi jika tidak disertai dengan kemampuan mengelola keuangan yang baik, ini akan berimbas pada keuangan keluarga.
Menghadapi masalah keuangan dalam hubungan dan perikahan bukanlah hal yang mudah. Namun ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan:
Langkah pertama adalah menyadari bahwa ada masalah. Selanjutnya, kita perlu belajar cara membicarakan hal tersebut, meski mungkin awalnya terasa tidak nyaman.
Cobalah temukan kesepakatan dasar, misalnya siapa yang bertanggung jawab membayar tagihan, atau seberapa besar kontribusi masing-masing untuk tabungan bersama. Kejelasan ini bisa membantu mencegah konflik di masa depan.
Jika komunikasi mandek, tidak ada salahnya menemui terapis pasangan atau konselor keuangan. Mereka bisa membantu Mommies dan pasangan menyusun strategi dan solusi yang realistis.
“Sebagian besar financial red flags bisa diselesaikan dengan komunikasi, perencanaan keuangan, dan terkadang bantuan profesional. Namun, jika setelah mencoba memperbaiki masalah ternyata tidak ada perubahan, itu bisa menjadi pertanda bahwa kita perlu mempertimbangkan kembali hubungan tersebut,” saran Dr. Williams.
BACA JUGA: Mengenal Sifat Suami yang Terlahir sebagai Anak Pertama dan Cara Menghadapinya
Cover: tirachardz on Freepik