Sorry, we couldn't find any article matching ''

Mengenal Sifat Suami yang Terlahir Sebagai Anak Pertama dan Cara Menghadapinya
Suami yang terlahir sebagai anak pertama punya banyak karakter unik. Ada plus dan minus-nya. Kenali sifatnya supaya Mommies tahu cara menghadapinya.
Banyak dari kita yang nggak menyadari bahwa bahwa urutan kelahiran seseorang bisa memengaruhi kepribadian dan cara mereka menjalin hubungan. Karakter-karekter ini juga bisa memengaruhi hubungan dalam pernikahan.
Anak pertama, misalnya, sering kali tumbuh dengan karakter unik yang terbentuk dari peran dan tanggung jawab yang mereka emban sejak kecil. Jika Mommies sedang atau akan menikah dengan seorang pria first born, memahami sifat anak pertama sebagai suami bisa menjadi kunci keharmonisan rumah tangga.
BACA JUGA: 10 Sifat Anak Sulung dan Parenting yang Tepat, Bentuk Karakter Positif
Karakter Umum Anak Pertama
Menurut Dr. Caroline West, seorang pakar hubungan dan kesehatan, penulis buku serta presenter televisi, anak pertama cenderung memiliki sifat yang terorganisir, ambisius, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Hal ini tentu menjadi nilai plus dalam hubungan, karena pasangan seperti ini biasanya dapat diandalkan, mampu mengambil keputusan dengan cepat, tertib, dan konsisten.
Namun di balik kelebihannya, terdapat pula sisi yang perlu diwaspadai. Anak pertama juga cenderung otoriter, ingin selalu mengontrol, dan perfeksionis. Bila tidak disikapi dengan bijak, karakter ini bisa menimbulkan konflik dalam pernikahan, terutama jika pasangannya juga memiliki kepribadian dominan atau justru sangat berbeda.
Karakter Anak Pertama yang Memengaruhi Pernikahan
Yuk, kenali karakter yang satu dan pengaruhnya terhadap penikahan.
1. Selalu ingin mengambil alih kendali
Anak pertama terbiasa menjadi penanggung jawab dalam keluarga. Mereka sering merasa perlu mengatur segala sesuatu, termasuk dalam rumah tangga. Meski awalnya terasa menyenangkan karena pasangan Mommies tampak “sigap”, lama kelamaan ini bisa terasa mengekang bila tidak ada ruang untuk Mommies ikut berperan.
2. Perfeksionis
Mereka punya standar tinggi dalam banyak hal, termasuk bagaimana rumah harus ditata, bagaimana pasangan mereka bersikap, bahkan dalam urusan kecil seperti cara melipat pakaian. Jika Mommies tergolong pribadi yang santai maka perbedaan ini bisa jadi sumber gesekan.
3. Susah berkompromi
Karena merasa lebih tahu dan berpengalaman, anak pertama sering kali yakin bahwa cara mereka adalah yang paling benar. Mereka bisa keras kepala dan enggan mengalah dalam perdebatan.
4. Tanggung jawab tinggi, sekaligus rentan terbebani
Meski sikap bertanggung jawab adalah hal yang positif, jika tidak seimbang, anak pertama bisa merasa memikul semua beban rumah tangga sendiri. Akibatnya, mereka bisa cepat lelah dan merasa tidak dihargai jika pasangannya tidak membantu.
Cara Menghadapi Sifat Suami yang Terlahir Sebagai Anak Pertama
Foto: Freepik
Menghadapi pasangan dengan kepribadian kuat memang menantang, tapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Berikut beberapa cara menghadapi suami yang lahir sebagai anak pertama agar hubungan dan pernikahan Mommies tetap harmonis:
1. Komunikasi terbuka dan jujur
Sampaikan perasaan dan ekspektasi Mommies secara terbuka. Anak pertama mungkin terbiasa ‘memimpin’, tapi jika Mommies bisa menyuarakan pendapat dengan jelas dan tenang, suami yang terlahir sebagai anak pertama akan belajar untuk menghargai perspektif Mommies juga.
2. Saling menghormati
Hargai kelebihan suami Mommies. Misalnya kedisiplinan dan ketegasannya. Dan tunjukkan empati saat menghadapi kelemahan atau kekurangannya. Jika Mommies mau menunjukkan rasa hormat, suami akan lebih terbuka untuk bekerja sama, menerima masukan, dan mengubah, minimal mengurangi karakternya yang susah fleksibel.
3. Ajak suami mau berbagi peran
Anak sulung kadang sulit untuk mendelegasikan tugas karena mereka merasa hanya mereka yang bisa melakukannya dengan benar. Dorong mereka untuk mempercayakan sebagian tanggung jawab pada Mommies, dan tunjukkan bahwa Mommies bisa diandalkan dengan melaksanakan dengan baik tanggung jawab yang suami percayakan kepada Mommies.
4. Bersedia berkompromi
Hubungan yang sehat butuh keseimbangan. Mommies tidak harus selalu setuju, tetapi penting untuk belajar saling menyesuaikan. Jangan ragu untuk berdiskusi dan mencari titik temu yang nyaman bagi kalian berdua.
5. Kenali sifat Mommies sendiri
Cobalah refleksi, apakah ada karakter masa kecil yang terbawa hingga sekarang yang justru memperkeruh hubungan? Misalnya, jika Mommies anak bungsu yang terbiasa dimanja, Mommies mungkin punya kecenderungan menghindari tanggung jawab. Menyadari hal ini bisa membantu memperbaiki dinamika hubungan dalam pernikahan.
6. Luangkan waktu bersama
Lakukan kegiatan yang sama-sama kalian bisa nikmati berdua untuk membangun kedekatan emosional. Ketika anak sulung bisa santai dan merasa dihargai tanpa harus “memimpin”, mereka akan lebih terbuka dan rileks.
7. Pertimbangkan bantuan profesional
Jika konflik sulit diatasi, jangan ragu berkonsultasi dengan konselor pernikahan. Profesional bisa membantu mengurai masalah komunikasi dan menciptakan solusi terbaik untuk kepentingan bersama.
8. Fokus pada kelebihan suami
Jangan lupa bahwa menjadi anak pertama berarti mereka punya banyak kelebihan. Ketegasan, konsistensi, dan rasa tanggung jawab adalah fondasi kuat dalam membangun keluarga. Dengan pendekatan yang tepat, semua itu bisa jadi aset luar biasa dalam pernikahan Mommies.
Menikah dengan anak pertama memang butuh penyesuaian, tetapi bukan berarti sulit dijalani. Dengan komunikasi yang sehat, saling menghargai, dan kemauan untuk berkembang bersama, hubungan Mommies bisa tumbuh semakin kuat. Ingat, perbedaan bukanlah masalah jika suami dan istri mau belajar saling memahami dan mendukung.
BACA JUGA: Istri adalah Anak Pertama? Kenali Sifat-sifatnya dan Cara Menghadapinya
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS