banner-detik
PARENTING & KIDS

Modus Game Online dan THR, Guru Marawis di Ciputat Cabuli 3 Bocah Laki-Laki

author

Mommies Daily2 days ago

Modus Game Online dan THR, Guru Marawis di Ciputat Cabuli 3 Bocah Laki-Laki

Diberi iming-iming THR dan bermain game online, pria di Ciputat cabuli tiga bocah di bawah umur. Ini langkah yang perlu Mommies lakukan jika anak laki-laki jadi korban pelecehan!

Kasus pelecehan seksual terhadap anak tampaknya tak pernah surut, bahkan terus mengintai di lingkungan yang tak terduga. Di Ciputat, Tangerang Selatan, seorang pria berinisial AAM alias Bang Aziz (34) yang selama ini dikenal sebagai guru hadroh (marawis) di wilayah Serua ditangkap atas dugaan pencabulan terhadap tiga bocah laki-laki.

Modus yang dilakukan sangat licik, pelaku mengiming-imingi korban bermain game online Free Fire di rumah kontrakannya. Selain itu, pelaku juga menjanjikan uang saku atau tunjangan hari raya (THR) sebagai bentuk rayuan. Kasus ini terungkap setelah salah satu orang tua mendapatkan kabar bahwa anaknya menjadi korban kelakuan bejat AAM.

BACA JUGA: Ketahui 6 Manfaat Anak Main Game Online Sebelum Melarang

Kronologi Kejadian

Kasus ini mulai terungkap pada Minggu (13/04/2025) setelah salah satu orang tua korban mendapatkan informasi dari tetangga berinisial IS bahwa anaknya menjadi korban pencabulan AAM. Orang tua tersebut yang merupakan ibu dari dua anak laki-laki mengaku sangat terkejut saat menerima kabar. Dengan hati-hati ia menanyai mereka satu per satu mengenai apa yang sebenarnya terjadi.

Dari pengakuan kedua anaknya, diketahui bahwa AAM kerap memanggil anak-anak ke rumahnya secara langsung dengan iming-iming bermain game online Free Fire. Tak hanya itu, AAM juga merayu anak-anak dengan janji akan memberikan uang saku atau tunjangan hari raya (THR) untuk menarik perhatian dan kepercayaan mereka.

Saat ditanyai lebih lanjut, salah satu anak mengaku hanya dicium oleh pelaku, tetapi korban yang lain menyebut bahwa tindakan pelaku sudah lebih jauh dari itu. Informasi tersebut membuat sang ibu semakin yakin bahwa telah terjadi tindakan pelecehan dan segera bertindak.

Hukuman yang Dijerat Pelaku

Hingga kini, diketahui sudah ada tiga bocah laki-laki yang menjadi korban perbuatan bejat AAM, masing-masing berusia 10 tahun, 9 tahun, dan 7 tahun. Kasus ini akhirnya dilaporkan ke pihak kepolisian oleh salah satu orang tua setelah mendengar pengakuan korban.

Merespons laporan yang diterima, Polsek Ciputat Timur pun langsung bergerak cepat dan segera mengamankan pelaku yang tinggal tidak jauh dari lingkungan korban. Berdasarkan informasi yang diterima, AAM atau Bang Azis merupakan warga pendatang yang tinggal mengontrak di lingkungan tersebut dan berprofesi sebagai pengajar marawis.

“Pelaku melakukan pencabulan kepada Korban 1 selama 5 kali, Korban 2 sebanyak 4 kali dam ke korban 3 sebanyak 2 kali. Pencabulan terhadap para korban terjadi pada Februari sampai Maret 2025. Bahwa korban mengenal tersangka sebagai guru hadroh di rumah (mengajar marawis di mushola/masjid lingkungan tempat tinggal),” jelas Kapolsek Ciputat Timur Kompol Bambang Askar Sodiq mengutip dari detik.com

Dampak dari perbuatannya tersebut, pelaku dijerat dengan Pasal 82 UU RI No. 17 Tahun 2016 tentang penetapan PERPPU No.1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang dan/atau pasal 6 UU RI Nomor 12 Tahun 2022 tentang TPKS. Sampai saat ini pelaku masih diperiksa dan kasus sudah dilimpahkan kepada unit PPA di Polres Selatan.

Tips Orang Tua Mengajarkan Anak Bermain Game Online

Foto: Freepik

Game yang dimainkan oleh anak memang bisa menjadi sarana belajar, tapi juga bisa berisiko jika tidak diawasi oleh orang tua. Berikut beberapa tips bijak agar anak bisa bermain game online dengan bijak dan aman.

1. Mendampingi Anak dan Ikut Terlibat

Mommies bisa ikut bermain bersama anak sesekali agar bisa mengetahui jenis game yang dimainkan, fitur-fiturnya, hingga interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. Tanyakan kepada si kecil tentang game yang mereka mainkan untuk membuat anak merasa nyaman untuk bercerita.

2. Mengajarkan Anak tentang Batasan

Buatlah aturan waktu bermain yang jelas dan konsisten, sebagai contoh anak hanya boleh bermain setelah tugas sekolah selesai atau maksimal selama 1 jam sehari. Jelaskan juga bahwa terdapat dunia nyata yang perlu diutamakan, seperti belajar dan istirahat.

3. Pilih Game yang Sesuai Usia Anak

Cek rating game, seperti ESRB atau PEGI untuk memastikan isinya sesuai dengan usia anak. Pilihlah game yang mengasah logika, kreativitas, serta strategi, bukan hanya sebagai hiburan semata.

4. Memberikan Edukasi terkait Keamanan Digital

Ajarkan anak untuk tidak mudah percaya pada orang asing di dalam game. Larang mereka untuk membagikan data pribadi, seperti nama lengkap, alamat, sekolah, nomor telepon, hingga foto wajah sendiri.

5. Bangun Komunikasi yang Terbuka dengan Anak

Ciptakan lingkungan dimana anak dapat merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman mereka saat bermain game online, termasuk jika ada orang asing yang mencoba mendekati atau melakukan hal yang tidak pantas. Bangunlah hubungan yang terbuka agar anak bisa bercerita kepada orang tua jika merasa tidak aman dalam game, bukan memendam dan mencari solusi sendiri.

Langkah yang Perlu Dilakukan Orang Tua jika Anak Laki-Laki jadi Korban Pelecehan

Kasus di Ciputat menjadi peringatan keras bahwa pelaku kejahatan seksual bisa menyasar siapa saja, tanpa pandang jenis kelamin. Terlebih, modifikasi modus dengan memanfaatkan game online. Berikut langkah yang perlu dilakukan jika anak laki-laki Mommies menjadi korban pelecehan.

  1. Tetap tenang dan tunjukkan dukungan penuh. Ucapkan kepada anak bahwa Mommies mempercayai mereka dan itu bukan kesalahan anak. Tunjukkan bahwa orang tua berada di pihak mereka dan akan melindunginya.
  2. Dengarkan dengan empati. Biarkan anak menceritakan dengan caranya sendiri dan jangan memaksakan detail. Beri waktu jika si kecil belum siap untuk bercerita.
  3. Segera mengambil tindakan hukum. Jika anak sudah merasa lebih tenang, segera laporkan kejadian kepada pihak yang berwenang, seperti polisi, PPA, atau lembaga perlindungan anak.
  4. Menghubungi bantuan profesional dengan membawa anak ke psikolog atau pendamping trauma. Terapi sangat penting dilakukan untuk membantu anak pulih dari trauma emosional dan membangun kembali rasa percaya dirinya.
  5. Menjaga privasi dan reputasi anak. Lindungi identitas anak, terutama di media sosial atau ruang publik. Pastikan bahwa lingkungan sekitar tidak memberikan tekanan atau mempermalukan anak.

Kejahatan bisa bersembunyi di balik sosok yang tidak terduga. Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah penting sebagai pelindung dan teman diskusi. Semoga bermanfaat informasinya, Mommies!

BACA JUGA: Ciptakan Lingkungan Kondusif untuk Atasi Anak Kecanduan Game Online

Ditulis oleh: Nariko Christabel

Cover: Freepik

Share Article

author

Mommies Daily

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan