Sorry, we couldn't find any article matching ''
Tren Skincare 2025: Skincare-an Ringkas dan Cerdas
Say goodbye dulu dengan pemborosan beli skincare yang nggak perlu, dan beralihlah ke tren skincare 2025: skincare-an ringkas, cerdas dan tetap bermanfaat.
Sudah beberapa tahun belakangan rasanya kita sudah lelah banget, ya, digempur dengan berbagai kemunculan brand skincare yang sangat beragam. Brand satu klaim ini, brand lain klaim itu. Lama-lama terasa overclaim. Masing-masing brand muncul dengan teknologi dan istilah njelimet yang menjadi trademark-nya, membuat konsumen tertarik mencoba. Namun saat digunakan, ternyata nggak semua seindah klaimnya.
Di 2025 ini, rasanya sudah saatnya, deh, kita bijak memilih dan menggunakan skincare. Dilansir dari Cosmetic Design Asia, ada beberapa poin penting dari Mintel 2025 Global Beauty and Personal Care Trends Report, yang bisa kita intip dan jadikan tren skincare tahun ini.
Tren Skincare 2025: Rutinitas Skincare yang Ringkas Semakin Jadi Pilihan
Sejak tahun lalu, tren 10 langkah menggunakan skincare sudah makin ditinggalkan. Ini karena banyak orang menyadari bahwa manfaat dari skincare bukan terletak pada berapa langkahnya, namun lebih ke konsistensi menggunakan skincare dengan kandungan yang sesuai dengan kebutuhan kulit. Selain itu, nggak praktis, tak ramah lingkungan, dan memang nggak perlu juga.
Penggunaan skincare dasar yang lebih ringkas atau sering disebut dengan istilah skinimalism kini kembali jadi tren. Menurut beberapa dokter kulit dan ahli kosmetik, toner tidak wajib, masker tidak perlu setiap hari, dan penggunaan scrub sebagai eksfoliasi juga bukan untuk digunakan sehari-hari.
Untuk pagi hari, pembersih, serum, pelembap dan sunscreen sudah terbilang cukup. Sementara malam hari, pembersih, serum dan krim malam juga sudah memadai untuk mengantar kulit wajah beristirahat. Lainnya bisa diaplikasikan sebagai tambahan sesuai kebutuhan dan kondisi kulit.
Baca juga: 8 Rekomendasi Skincare untuk Memperbaiki Skin Barrier, Bisa Dipakai Usia 35 ke Atas
Produk Skincare Wajib Didukung Bukti Klinis
Pengguna skincare kini semakin cerdas dalam memilih produk. Klaim-klaim muluk nggak lagi bisa dijadikan modal utama dalam membeli skincare. Harus didukung oleh bukti klinis.
Produk yang didukung oleh penelitian ilmiah, riset panjang, uji coba, baik di laboratorium atau pada manusia, atau pengakuan dari dermatologi, akan menimbulkan kepercayaan konsumen terhadap produk skincare.
Bioderma adalah salah satu skincare yang dikembangkan secara ekobiologis melalui riset panjang bersama dermatologis. Brand ini telah eksis selama 40 tahun dan senantiasa melakukan inovasi dan terobosan dalam dunia kesehatan kulit. Jadi, nggak sekadar menjanjikan kulit glowing aja, namun benar-benar sudah terbukti sebagai brand yang berkomitmen dalam merawat berbagai kondisi kulit, yang rusak sekalipun.
Skincare Ramah Lingkungan
Produk skincare yang juga mengusung sustainability atau keberlanjutan juga bakal mendapat tempat di hati masyarakat. Sebab, masyarakat sudah semakin peduli dengan lingkungan. Jadi, skincare yang mengklaim produknya ramah lingkungan atau tidak merusak lingkungan di dalam proses produksinya, akan lebih diminati.
Menurut laporan Mintel 2025, 66% konsumen produk kecantikan di Jepang tertarik membeli produk skincare dengan klaim ramah lingkungan. Sementara 78% konsumen di Thailand menolak produk-produk skincare yang menerapkan praktik tidak etis terhadap lingkungan.
Di Indonesia sendiri, Avoskin tercatat sebagai brand skincare yang sudah menerapkan prinsip sustainability di dalam memproduksi dan mendistribusikan produknya. Avoskin melakukan daur ulang kemasan, menanam pohon, mengurangi produksi sampah dan lain sebagainya.
Mereka juga mengkampanyekan mindful skincare: menghindari keputusan berbelanja impulsif dan hanya menggunakan produk yang dibutuhkan kulit. Keren, ya?
Baca juga: Wajib Tahu, Ini Kandungan Skincare yang Tidak Boleh Digunakan Bersamaan
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS