Perundungan atau bullying pada anak sekolah bisa terjadi di mana saja, termasuk di pondok pesantren. Beberapa pondok pesantren ini pernah ada kasus bullying
Pendidikan dengan basis agama ternyata tidak luput dari kasus bullying atau perundungan. Siapa sangka, kasus bullying atau perundungan terhadap siswa ternyata bisa terjadi di mana saja, termasuk di pondok pesantren.
Ada segelintir kasus bullying yang membuat korban siswa menjadi trauma, bahkan berakhir tragis sampai harus dirawat di rumah sakit hingga bahkan menewaskan nyawanya. Kondisi ini harus menjadi perhatian penting dari segala sisi, baik dari orang tua, guru, institusi pendidikan, hingga pemerintah.
Berikut beberapa kasus bullying yang pernah terjadi di pondok pesantren di Indonesia.
BACA JUGA: 15 Pondok Pesantren Indonesia yang Terdaftar di Kemenag dan Syarat Masuknya
Kasus bullying yang terjadi di Ponpes Al Hanifiyah, Kediri, Jawa Timur yang menewaskan seorang santri bernama Bintang Balqis Maulana (14) ini menggemparkan dunia pendidikan. Kasusnya pun ramai dibicarakan di media sosial karena pihak ponpes sempat tidak memperbolehkan ibu korban untuk melihat jenazah anaknya dan sempat memberikan alasan jatuh di kamar mandi sebagai penyebab meninggal. Setelah terkuak, ternyata sang santri dianiaya oleh 4 orang seniornya dan sempat menghubungi ibunya untuk segera menjemputnya. Namun sayang, nyawanya terlambat untuk diselamatkan.
Dugaan bullying terjadi pada santri berinisial H (18) yang meninggal dunia pada Desember 2023. Ditemukan beberapa bekas lebam dan organ yang mengalami luka-luka. Kapolres Kuningan AKBP Willy Andrian menjelaskan ada sebanyak 18 anak yang terlibat dalam dugaan kekerasaan. Hingga saat ini polisi masih mendalami kasus ini.
Kasus perundungan juga terjadi di Ponpes Al Maghfur Sekapuk, Gresik pada 7 Agustus 2023. Korban A terluka akibat dikeroyok oleh sejumlah santri. Kejadian ini dimulai saat para santri sedang bermain bola pada jam istirahat, kemudian terjadi pertengkaran antara santri A dan santri lainnya. Mereka pun dibawa ke ruang guru untuk mediasi. Setelah mediasi, A dibawa oleh sekelompok santri ke ruang kelas di lantai dua dan dikeroyok hingga mengalami luka yang cukup parah. A diselamatkan oleh Kepala Pondok yang mendengar kejadian pengeroyokan.
Pada Agustus 2022, seorang santi berinisial BD (15) meninggal dunia akibat dianiaya oleh temannya yang sesama santri. Kejadian bermula saat pelaku RE mendatangi korban untuk menanyakan temannya. Pelaku RE mendorong pintu kamar mandi hingga mengenai korban dan membuat korban marah sampai keduanya berkelahi. Perkelahian sempat dilerai oleh santri-santri lainnya. Namun naas, korban tidak sadarkan diri dan meninggal dunia di rumah sakit.
Santri asal Palembang, AM, menghembuskan nafas terakhirnya saat menimba ilmu di Ponpes Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur pada 22 Agustus 2022. Kasus terungkap setelah ibu korban, Soimah, mengadukan kejadian ini pada pengacara Hotman Paris sebab orang tua AM merasa ada kejanggalan atas meninggalnya anaknya, mulai dari keluarnya banyak darah dari tubuh korban hingga ditemukan banyak lebam pada tubuhnya.
Februari 2019, seorang santri bernama Robby Alhalim menghembuskan nafas terakhirnya setelah diduga dikeroyok oleh 19 santri lainnya di Ponpes Nurul Ikhlas, Padang Panjang, Sumatera Barat. Pihak keluarga menjelaskan bahwa korban sempat tidak sadarkan diri dan menjalani perawatan sampai lebih dari satu minggu di rumah sakit.
Penyebab kasus ini adalah korban yang diduga mencuri barang santri lain tanpa izin. Dan meski sudah meminta maaf, korban tetap melakukannya lagi hingga membuat para pelaku yang dinyatakan polisi berjumlah 17 orang menjadi marah. Kekerasan dilakukan para pelaku yang semuanya masih di bawah umur sebanyak tiga kali sehari dalam waktu 3 hari.
BACA JUGA: Biaya Masuk Pesantren di Indonesia Tahun Ajaran 2024-2025
Cover: Mikhail Nilov on Pexels