banner-detik
PARENTING & KIDS

7 Pola Asuh untuk Anak Introvert, Nomor Dua Sering Salah Kaprah

author

Sisca Christina20 Nov 2023

7 Pola Asuh untuk Anak Introvert, Nomor Dua Sering Salah Kaprah

Anak introvert bukan berarti nggak bisa seru. Orang tua hanya perlu menerapkan pola asuh yang sesuai agar bisa membantu mereka menjadi versi terbaik mereka.

Sebagai orang tua, sadar atau tidak, kita seringkali menetapkan “standar umum” atau takaran yang ideal atas karakter seorang anak. Misalnya saja, anak yang periang, mudah bergaul dan aktif, seringkali jadi benchmark orang tua bahwa itulah yang lebih baik atau yang seharusnya. Mereka lebih sering mendapat perhatian hingga pujian karena berani tampil, tampak cerdas, ceriwis dan lucu.

Sementara ketika anak tak mudah nyaman untuk dekat dengan orang baru, lebih suka di rumah membaca buku ketimbang pergi ke tempat-tempat seru, dan memilih punya teman karib 1-2 orang saja, orang tua lantas gusar. “Emang gini anakku, susaaaahh banget buat diajak-diajak tampil atau pergi ke kegiatan anak yang lagi hits.”

Eits, tunggu dulu, bukankah setiap anak itu unik? Bukankah ada juga orang dewasa yang berkarakter seperti itu? Sayangnya, kita sering lupa bahwa layaknya orang dewasa, setiap anak punya preferensi atas hubungan sosial. Simpelnya, memang ada anak ekstrovert dan anak introvert. Masing-masing punya keunikan, kelebihan dan kekurangannya sendiri.

Baca juga: Apa Saja Kelebihan Anak Ekstrovert?

7 Cara Mengasuh yang Lebih Sesuai untuk Anak Introvert

Walau sangat berbeda karakter dengan anak ekstrovert yang enerjik, namun anak introvert juga memiliki banyak kekuatan seperti yang dijabarkan Susan Cain di dalam bukunya Quiet Power: The Secret Strengths of Introverted Kids, yang belum tentu dimiliki oleh anak ekstrovert. Anak-anak yang introvert umumnya lebih peka, memiliki fokus yang mendalam akan sesuatu, bersedia untuk mendengar, sabar dan punya empati tinggi terhadap orang lain.

Mommies hanya perlu membantu anak untuk menemukan passionnya dan menyalurkan kekuatannya hingga mereka bisa menjadi versi terbaik dari diri mereka, dengan cara-cara berikut.

1. Terima diri anak: anakku memang introvert, dan nggak harus jadi seperti anak lain

Menerima diri anak seperti adanya mereka adalah hal pertama dan terpenting yang bisa orang tua lakukan. Ini bisa membuat anak juga lebih mudah untuk menerima dirinya. Stop mengharapkan anak menjadi seperti si A atau si B. Ini akan membuatnya lebih tertekan. Menjadi anak introvert aja sudah nggak mudah bagi mereka. Jadi, mereka perlu tahu bahwa orang tuanya menghargai dan menerima dirinya yang terlahir sebagai pribadi yang introvert. Bantu mereka menyadari bahwa menjadi anak introvert itu, nggak masalah, dan bukan malah berusaha untuk mengubahnya

2. Jangan sangkal perasaan anak

Ketika anak bilang: “Aku, tuh, merasa nggak cantik, deh, Ma,” seringkali kita langsung menyirami dengan kalimat penguatan buat mendongkrak rasa percaya diri anak: “ Enggak, Nak, kamu itu cantik, kok!” Padahal tanpa sadar kita lagi menyangkal perasaan anak. Validasi emosi adalah hal yang sangat penting dalam mengasuh anak introvert. Mommies bisa ganti kalimatnya menjadi: “Nggak apa-apa kalau kamu sekarang merasa nggak cantik. Yang penting, bagi mama, kamu berharga. Mama bisa melihat kecantikanmu yang mungkin sekarang belum kamu sadari. Suatu hari, mungkin kamu akan menyadarinya juga.”

3. Kenali bahasa cinta anak

Bisa jadi anak tak perlu hadiah-hadiah (receiving gifts) atau kalimat-kalimat pujian (words of affirmation). Bisa jadi, yang anak butuhkan hanyalah quality time bersama orang tua selama akhir pekan di rumah saja sambil membaca buku. Atau act of service seperti membuatkan es teh manis saat cuaca lagi terik-teriknya di kala anak sedang belajar, atau sesimpel usapan di punggung atau belaian rambut saat anak menonton TV (physical touch). Bagi anak berkarakter introvert, hal-hal itu bisa jadi lebih bermakna ketimbang ribuan untaian kata.

Baca juga: 5 Bahasa Cinta Pasangan yang Perlu Dipahami dan Cara Memenuhinya!

4. Berikan privasi jika anak memintanya

Memberi ruang untuk anak bukan berarti nggak peduli, lho. Terutama untuk anak yang sudah remaja. Ada kalanya mereka butuh lebih banyak ruang dan waktu di zona nyaman mereka sendiri. Orang tua hanya perlu tahu kapan waktu dan momen yang tepat untuk masuk ke dunia mereka, sebelum akhirnya secara perlahan bisa mengajak mereka melihat dunia yang lebih berwarna, yang mungkin menarik bagi mereka.

5. Jangan memaksa

Kalau belum siap untuk ikut pertandingan, tak perlu memaksa. Nggak berarti anak jadi ketinggalan dari anak lain. Hal yang perlu orang tua lakukan hanyalah mendampingi anak hingga siap. Dorongan lembut tentu akan lebih masuk akal ketimbang dorongan keras yang bisa membuatnya makin resisten dan nggak nyaman.

6. Hindari overstimulasi

Bergabung dengan tim basket mungkin bukan gaya anak introvert mommies. Anak introvert bukan anak yang hobi bersibuk-sibuk seharian mulai dari sekolah, lanjut les ini itu, ikut berbagai kegiatan, dan seterusnya. Baginya, tak perlu setiap menit diisi dengan kegiatan. Pulang sekolah hanya ingin tidur siang, atau lanjut bikin prakarya yang kemarin di rumah. Untuk olahraga, cobalah tawarkan kepada anak yang nggak terlalu kompetitif, seperti yoga, senam atau berenang. Mungkin lebih cocok!

7. Menjadi panutan dalam keterampilan sosial

Hargailah pertemanan kecil yang anak pilih dan merasa nyaman. Namun secara perlahan, paparkan juga anak ke lingkungan lain dengan orang-orang yang berbeda. Mommies bisa mempraktikkan langsung bagaimana cara berinteraksi secara sosial dengan orang lain yang tidak begitu mommies kenal. Begitu ia menyadari itu tak terlalu menakutkan, ia pun akan terdorong untuk perlahan memperluas pergaulannya.

Awalnya mungkin nggak mudah mengasuh anak introvert. Apalagi buat orang tua yang ekstrovert, ini bisa jadi sangat challenging. Tapi, dengan menerima perbedaan karakter diri sendiri dan anak, itu bisa membuatnya jauh lebih mudah.

Baca juga: 4 Gaya Pengasuhan dan Dampaknya pada Karakter Anak

Cover: Image by senivpetro on Freepik

Share Article

author

Sisca Christina

Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan