banner-detik
PARENTING & KIDS

Lelah Menghadapi Kebiasaan Buruk Anak? Ini Cara Menghentikannya Menurut Pakar

author

Sisca Christina22 Jun 2023

Lelah Menghadapi Kebiasaan Buruk Anak? Ini Cara Menghentikannya Menurut Pakar

Anak kecanduan gadget atau kebiasaan ngomong kotor? Memarahi saja nggak akan efektif, gunakan cara ini untuk menghentikan kebiasaan buruk anak.

Sejak anak masih kecil, kebanyakan orang tua pasti melatihkan kebiasaan-kebiasaan diri yang baik pada anak, agar terhindar dari kebiasaan buruk. Sebut saja dari yang paling sederhana: melatih anak agar tak mengisap jempol ketika balita, mengupil sembarangan, menonton gadget terlalu lama, dan seterusnya.

Tapi semakin besar, kok, malah ada saja, ya, kebiasaan buruk yang muncul pada diri anak? Yang kecanduan gadget lah, yang suka bercanda dengan kata-kata kotorlah. Gimana, nih? Perlu khawatir nggak?

Wajar jika orang tua gusar melihat kebiasaan buruk pada anak, dan ingin agar anak berhenti melakukannya. Namun sebelum makin gusar, simak dulu, yuk, penjelasan Febrizky Yahya, S.Psi, M.Si, Parenting & Sex Educator yang akrab disapa Mbak Ebi, tentang kebiasaan buruk anak. Di sini akan dibahas juga cara-cara menghilangkannya. Baca sampai habis, ya.

Bagaimana kriteria sebuah perilaku anak bisa disebut sebagai kebiasaan buruk?

“Kebiasaan buruk adalah perilaku berulang yang memiliki pola yang sama, yang biasanya dilakukan tanpa sadar yang tidak dapat diterima secara sosial, dan memberi efek negatif bagi anak itu sendiri, maupun lingkungan.

Disebut kebiasaan buruk jika faktor pemicu yang sama muncul dan perilaku yang sama juga muncul. Contohnya, jika anak sedang bosan, anak secara konsisten memilih untuk mengupil, atau sedang cemas, anak konsisten menggigiti kukunya, maka itu dikatakan kebiasaan buruk. Namun, jika saat cemas anak terkadang menggigit kuku, terkadang menarik rambut atau melakukan hal lainnya, dan tidak konsisten perilakuknya dengan faktor pemicu yang sama, maka hal itu belum dikatakan kebiasaan buruk.”

Apa saja yang bisa mendasari anak untuk mulai melakukan sesuatu hal yang pada akhirnya menjadi kebiasaan buruk?

“Suatu perilaku dari hanya dilakukan beberapa kali sampai akhirnya bisa menetap menjadi kebiasaan adalah karena anak mendapatkan reward positif saat melakukan hal tersebut, dan akhirnya terus mengulang tanpa sadar. Namun, ada juga penyebab lainnya, seperti:

  • Sebagaicoping strategy atau strategi menghadapi masalah yang dialami anak. Misalnya saat sedang menghadapi cemas, takut, anak cenderung mencari sesuatu yang membuatnya tenang dan nyaman serta mengalihkannya dari perasaan negatif tersebut. Secara kebetulan pada awalnya anak melakukan satu perilaku dan memberi reward berupa rasa nyaman, dan akhirnya terus diulang tanpa sadar. Misalnya menarik rambut atau menggigit kuku.
  • Rasa bosan. Kebiasaan buruk bisa jadi salah satu cara anak menghibur dirinya di kala sedang bosan, misalnya mengupil, mengucek mata, menonton tv/gadget.
  • Melihat contoh dari lingkungan sekitar. Misalnya, orang tua memiliki kebiasaan buruk mengeluarkan kata makian saat marah atau bahkan ketika merasa excited saat menonton pertandingan sepakbola, maka anak akan meniru kebiasaan serupa.”

Baca juga: 7 Penyebab Perilaku Berbahaya pada Remaja, Nomor Lima Sering Nggak Kita Sadari

Lalu, latihan-latihan apa yang harus orang tua lakukan untuk menghentikan kebiasaan buruk anak, Mbak?

“Nah, ini penting sekali untuk diingat. Mungkin ketika sudah lelah menghadapi anak dengan kebiasaan buruknya, orang tua kerap emosi lantas menghukum anak. Padahal, para ahli sepakat, menghentikan kebiasaan buruk anak tidak bisa dengan cara memberi konsekuensi negatif, seperti hukuman fisik, membentak atau memarahi anak. Malah, ini dapat meningkatkan frekuensi kebiasaan buruk tersebut. Coba lakukan hal berikut yang bisa membantu anak mengurangi kebiasaan buruknya:

  • Beri tahu anak akan konsekuensi dari kebiasaan buruk yang ia lakukan, dengan cara yang tenang. Misalnya jika anak kecanduan main gadget, maka matanya akan kelelahan, bahkan bisa menyebabkan mata minus, ia harus menggunakan kaca mata, dan mungkin akan membuatnya nggak nyaman. Bahkan profesi tertentu yang menjadi cita-citanya, nggak bisa, lho, pakai kaca mata. Selain itu, terlalu banyak main gadget membuatnya kehilangan kesempatan untuk melakukan kegiatan lain yang bisa jadi lebih menyenangkan.
  • Cari tau penyebab anak melakukan kebiasaan buruk tersebut agar orang tua dapat mengantisipasi dan mencegahnya. Apakah karena bosan? Cemas? Kuatir?
  • Memberi pujian dengan positif jika anak tidak sedang melakukan kebiasaan buruknya tanpa terus menyebut kebiasaan buruknya. Misalnya, jika anak punya kebiasaan buruk mengupil dan ia sedang melukis, maka orang tua dapat mengatakan, “Nah gitu dong, Nak, kamu pakai tangannya untuk melukis. Bagus dan rapi, deh, lukisanmu,” dengan begitu anak akan memikirkan alternatif perilaku lain yang bisa dilakukannya pada saat bosan.
  • Berikan opsi perilaku lain yang lebih dapat diterima pada saat pemicu dan penyebab kebiasaan buruk anak muncul. Misalnya, ketika sedang cemas anak suka menggigit kuku. Mommies bisa memberikan squishy atau boneka kecil penenang dan sertakan cerita, “Ini ada squishy warna kesukaan kamu. Squishy ini bisa membantu untuk menyerap kecemasan yang kamu rasakan. Jadi setiap kamu merasa cemas, kamu bisa remas ini sampai 10x sambil menarik napas dalam, ya.”
  • Buat anak termotivasi menghentikan kebiasaan buruknya tersebut. Misalnya anak perempuan yang suka menggigit kukunya, bisa dimulai dengan memasangkan kutek dan memintanya menjaga dengan baik dan tidak menggigit karena berbahaya jika tertelan.
  • Jika anak sudah bertekad untuk mengubah perilakunya, berikan pujian yang spesifik saat ia sedang tidak melakukan kebiasaan buruknya tersebut. Contoh: “Terima kasih yaa, Kak, sekarang sudah nggak berkata kasar lagi jika sedang marah.”

Oya, boleh juga memberi reward untuk memperkuat kebiasaan barunya. Misalnya: “Kalo kakak bisa bermain gadget sesuai aturan hari ini, kakak boleh main ke tempat bermain yang kakak mau weekend besok.”

Kapan orang tua perlu berkonsultasi dengan psikolog sebagai salah satu upaya untuk menghentikan kebiasaan buruk anak?

“Ketika kebiasaan buruk anak sudah membawa dampak buruk bagi dirinya dan lingkungan sekitar, maka sudah saatnya orang tua mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog. Misalnya:

  • Saking sering mengupil, anak jadi sering mimisan; atau kukunya sering berdarah karena selalu digigiti tanpa bisa dikontrol.
  • Kebiasaan berkata kasar dan mendorong teman saat emosi, sehingga melukai teman.
  • Saat kebiasaan buruknya dikhawatirkan sudah naik menjadi adiksi atau kecanduan. Misalnya anak yang kecanduan gadget akan menangis seharian, tidak mau makan, tidak bisa tidur jika tidak diberikan gadget.
  • Saat faktor pemicu dari kebiasaan buruknya makin menjadi. Misalnya anak menggigit kuku saat cemas, namun frekuensi cemasnya menjadi semakin sering, otomatis menggigit kuku pun jadi semakin sering. Oleh karena itu kecemasan yang meningkat ini harus segera diatasi.”

Baca juga: 10 Kebiasaan Anak Sulung, Dari yang Positif Hingga yang Bikin Elus Dada

Foto: Image by Freepik

Share Article

author

Sisca Christina

Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan