banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

Mengenal Istilah Resesi Seks, Penyebab, dan Akibatnya

author

Fannya Gita Alamanda06 Jan 2023

Mengenal Istilah Resesi Seks, Penyebab, dan Akibatnya

Masalah resesi ternyata nggak cuma kita temui di bidang keuangan dan ekonomi dunia. Urusan tempat tidur pun nggak kebal dari resesi. Oke, mari cari tahu apa yang dimaksud dengan resesi seks dan apa aja yang menjadi biang keladinya.

Jika Anda merasa kehidupan modern saat ini terasa semakin serba kacau sehingga memengaruhi kehidupan seks, Anda nggak sendirian, Mommies. Faktanya, tidak soal berapa pun usia seseorang, baik 18, 28 hingga 48 tahun pun, kemungkinan besar berhubungan seks lebih sedikit daripada orang-orang dengan usia yang sama, di tahun 1990-an. Yang mengejutkan, tren ini justru paling menonjol di kalangan usia remaja akhir dan dewasa muda, di mana di usia ini gejolak seksual justru sedang tinggi-tinginya dan sangat menggebu. 

Nah, ini adalah perubahan perilaku seksual yang oleh para peneliti disebut sebagai “resesi seks”. Menurut National Youth Risk Behavior Survey, pada 1991, 54 persen usia remaja menuju dewasa muda dilaporkan melakukan setidaknya satu kali berhubungan seksual. Pada 2015, jumlahnya turun menjadi 41 persen. Penelitian Jean Twenge, seorang psikolog di San Diego State University, menunjukkan rata-rata orang dewasa Amerika melaporkan berhubungan seks sembilan kali lebih sedikit per tahun sejak akhir 1990-an, dari sekitar 61 kali per tahun menjadi 52 kali per tahun pada awal 2010-an.

Lalu, datanglah pandemi COVID-19. Para peneliti masih dalam tahap awal untuk mengetahui dampak lockdown, penutupan sekolah, dan kekisruhan seputar masalah vaksin. Namun, hasil awal menunjukkan bahwa krisis virus corona telah membuat resesi seks semakin terasa.

BACA JUGA: Berhubungan Intim Saat Menstruasi, Boleh Nggak, Sih?

Sebuah studi tahun 2020 terhadap 1.117 orang menikah berusia 30-50 tahun yang dilakukan oleh Institut Kinsey menemukan bahwa COVID-19 tidak berdampak signifikan pada kehidupan seks mereka. Tetapi penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kehidupan selama pandemi telah menyebabkan penurunan tajam dalam frekuensi dan kualitas seks. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Indiana University menemukan bahwa hampir separuh orang dewasa Amerika mengalami penurunan perilaku seksual. Temuan serupa juga muncul dari para peneliti di Australia dan Turki. Wow!

“Ada banyak stres, duka, dan kesedihan selama pandemi. Banyak orang terpaksa mengasingkan diri dan memiliki banyak waktu untuk merenung termasuk soal seks dan kencan. Orang-orang jadi lebih penuh pertimbangan dan berhati-hati,” kata Shan Boodram, intimacy educator dan podcaster.  “‘Social distancing’ adalah slogan yang berdengung secara konsisten selama dua tahun terakhir ini. Efeknya, orang-orang terdorong untuk menjaga dan memperketat lingkaran sosial mereka karena khawatir berdekatan dan atau berada di sekitar orang-orang yang baru mereka kenal. Kehati-hatian juga berlaku dengan pasangan mereka sendiri. Takut tertular virus,” tambah Bodram. 

Penyebab lain dibalik terjadinya resesi seks

Penurunan frekuensi seksual pada orang dewasa dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

  1. Dewasa ini lebih sedikit minat orang-orang untuk menikah. Tanpa pernikahan, itu artinya ada effort lebih yang harus diupayakan jika ingin berhubungan seksual dengan seseorang.
  2. Orang tua saat ini sibuk dan sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Plus, mereka yang memiliki anak setelah melewati usia 40 lebih, secara alami kekurangan energi untuk melakukan aktivitas seksual.
  3. Di kamar tidur, alih-alih ngobrol dari hati ke hati, banyak pasangan justru menghabiskan lebih banyak waktu dengan perangkat elektronik mereka.
  4. Banyak obat dan masalah kesehatan kronis memiliki efek samping seksual. Beberapa penderita kanker, khususnya, harus mengatasi efek samping yang memengaruhi keinginan seksual mereka yang disebabkan oleh pengobatan kanker.

Kemungkinan alasan di balik penurunan frekuensi seksual di kalangan anak muda meliputi:

  1. Tekanan orang tua untuk fokus pada pendidikan dan meningkatnya pengawasan orang tua.
  2. Kesadaran dan penghargaan terhadap diri dan tubuhnya, gangguan-gangguan, kurang tidur, dan sumber hambatan lainnya.
  3. Lebih banyak anak muda yang memilih berhubungan seks tanpa cinta/ikatan daripada menjalin hubungan romantis jangka panjang. 
  4. Pengalaman buruk, seks yang dilakukan orang dewasa muda bukanlah seks yang menyenangkan dan/atau menyakitkan.
  5. Ada lebih banyak alternatif untuk merasakan kenikmatan seksual selain dengan cara konvensional.
  6. Munculnya individualisme dan berkurangnya tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial yang berlaku.

Penelitian menyimpulkan bahwa laki-laki yang tidak bekerja dan/atau laki-laki yang tinggal serumah dengan orang tuanya lebih mungkin menahan diri untuk tidak berhubungan seksual, misalnya para mahasiswa dan mahasiswi. 

Jangan khawatirkan ‘the magic number’-nya

Akibat dari resesi seks ini, jarangnya seseorang berhubungan seks, membuat banyak pasangan makin stres, paranoid, dan bertanya-tanya (mungkin termasuk Mommies), normalkah kehidupan seks saya? Seberapa sering seharusnya pasangan suami istri yang bahagia bercinta dalam seminggu? Atau timbul keraguan jangan-jangan pasangannya tidak bahagia dengan perkawinan mereka. Jika memang sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu di dalam hati, ini adalah hal yang normal, Mommies. Banyak pasangan juga mempertanyakan hal yang sama. 

Tetapi sebenarnya ‘magic number’ ini (berapa kali pasangan yang bahagia atau normal bercinta dalam seminggu) bervariasi dari satu pasangan ke pasangan lain. Satu hal yang perlu Mommies pahami, kebutuhan seksual setiap orang pasti berbeda-beda. Bahkan sulit bagi para peneliti untuk menentukan apakah pasangan yang bahagia berhubungan seks lebih sering atau lebih sering berhubungan seks akan meningkatkan tingkat kebahagiaan mereka. 

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa berhubungan seks lebih dari sekali seminggu tidak menghasilkan dan menjamin lebih banyak kebahagiaan dalam sebuah hubungan. Jadi, angka seminggu sekali mungkin bisa Mommies anggap sebagai titik awal yang baik bagi sebagian besar pasangan, yang ingin meningkatkan kehidupan seks mereka secara kuantitas. 

BACA JUGA: 10 Ide Foreplay yang Super, Bisa Dicoba Malam Ini!

Cover: Photo by Alex Green on Pexels

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan