Sorry, we couldn't find any article matching ''
Saat Anak Mengalami Pelecehan Seksual di Sekolah, Orang Tua Perlu Lakukan Hal Ini!
Ketika anak jadi korban pelecehan seksual di sekolah, menurut psikolog sebagai orang tua sebaiknya Anda melakukan hal berikut ini!
Beberapa kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak di sekolah kini sedang banyak terungkap. Anak yang menjadi korban tentu akan mengalami bisa trauma dan ketakutan yang jika tidak diberi penanganan yang tepat bisa memengaruhi masa depan mereka.
Mommies Daily pun bertanya langsung kepada Paramita Estikasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog Anak Klinis tentang apa hal yang harus dilakukan orang tua ketika anaknya menjadi korban pelecehan seksual di sekolah. Berikut jawabannya!
BACA JUGA: INFOGRAFIK: Tanda-tanda Pelecehan Seksual pada Anak Remaja
Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua
Apa saja bantuan yang sebaiknya diberikan orang tua pada anak ketika dia mengalami pelecehan seksual di sekolah? Menurut psikolog yang akrab disapa Mita ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua, yaitu:
1. Bersikap tenang dan tak menghakimi
“Ketika orang tua tahu bahwa anaknya mengalami pelecehan seksual di sekolah, pertama-tama yang perlu orang tua lakukan adalah bersikap tenang dan tidak menghakimi,” jelas Mita. Anak mungkin masih mengalami kebingungan, ketakutan, atau tidak yakin dengan apa yang dialaminya.
Anak juga seringkali menutupi fakta pelecehan karena takut dimarahi, tidak dipercaya, atau disalahkan. Karena itulah orang tua diharapkan melakukan langkah pertama yang tepat, yaitu menerima kondisi anak sepenuhnya tanpa terlalu banyak bertanya.
“Bisa dibilang yang dibutuhkan oleh anak saat itu adalah perasaan aman dan dicintai. Orang tua perlu memfasilitasi kebutuhan anak terlebih dahulu. Pelukan dari orang tua mungkin bisa menenangkan mereka,” jelas Mita.
2. Mulai ajak anak bicara
Ketika orang tua merasa situasi sudah lebih stabil, Anda bisa menanyakan kronologis kejadian, tentu dengan respon senetral mungkin. “Yakinkan anak bahwa dia tidak terlibat dalam masalah, kita percaya, dan akan membantunya jika anak membutuhkan,” saran Mita.
Mengajak bicara anak bisa dimulai dari memilih lokasi yang nyaman, situasi yang tenang, santai, dan tidak ada orang lain. “Kita bisa mulai dengan bertanya ‘Apa ada orang atau teman yang menyentuh kamu?’, ‘Ada yang membuat kamu tidak nyaman di sekolah?'”
Orang tua perlu memahami bahwa pelecehan seksual bisa saja terasa menyenangkan bagi anak, karena mereka belum tahu bahwa itu termasuk pelecehan, jadi menanyakan apakah ada seseorang yang “menyakiti” mungkin tidak memberikan informasi yang kita butuhkan.
“Selanjutnya, dengarkan dan ikuti saja apa yang anak sampaikan. Biarkan anak berbicara dengan bebas, tunggu sampai anak selesai cerita, kemudian bisa orang tua bisa tindak lanjuti poin-poin yang membuat khawatir.”
3. Pastikan tidak ada luka fisik
Orang tua juga perlu untuk memastikan tidak ada luka fisik pada tubuh anak. Jika memang ditemukan, bantu untuk mengobati lukanya tersebut.
4. Laporkan
Sebisa mungkin jangan menunda untuk melaporkan pelecehan seksual yang terjadi pada anak di sekolah. “Ketika orang tua sudah tau bahwa anak mengalami pelecehan seksual (terlebih ada bekas luka), meminta pertolongan atau berdiskusi terlebih dahulu kepada ahlinya, seperti membawa ke dokter, polisi, atau dinas pemberdayaan perempuan dan anak setempat, sangat diperlukan,” ungkap Mita.
Bagaimana jika tidak ada bekas luka? Anak pasti menunjukkan berbagai perilaku tidak lazim seperti tidak mau berangkat sekolah, takut saat melihat pelaku kekerasan seksual di sekolah, nilai menurun drastis, dan berbagai ciri lainnya.
Orang tua perlu mengamati perilakunya. Sampaikan kepada anak bahwa Anda akan bicara dengan seseorang yang bisa membantu. Anak mungkin tidak ingin Anda melapor dan mungkin ketakutan, terutama jika pelaku telah mengancam, tetapi kita perlu sampaikan ke anak bahwa kita tidak meminta izin kepada anak.
Yakinkan bahwa semua akan aman dan dia aman bersama Anda, orang tuanya. “Perlu diperhatikan juga bahwa dengan melaporkan, Anda akan melibatkan pihak berwenang yang bisa menjaga keselamatan anak,” tambah Mita. Anda juga bisa minta juga kepada pihak berwenang untuk menjaga keselamatan anak dan keluarga Anda.
5. Sabar menjalani prosesnya
Membicarakan maslaah kasus pelecehan seksual ini mungkin sangat menakutkan bagi anak. Banyak pelaku membuat ancaman tentang apa yang akan terjadi jika seseorang mengetahui tentang pelecehan tersebut, seperti menyakiti orang tua, menculiknya, dan banyak ancaman lain.
Tidak semua dugaan kekerasan terhadap anak bisa jadi terbukti benar. Namun semua patut mendapat perhatian serius dan tindakan cepat. Pelecehan yang diintervensi sejak dini, seperti mendapatkan perawatan medis, terapi, dan konseling bisa membantu anak-anak dan keluarga untuk dapat pulih lebih cepat.
Jadi, jika kita mencurigai adanya pelecehan, maka angkat bicara. Jika anak memberitahu kita tentang pelecehan maka itu harus dianggap serius. Semua anak berhak untuk didengar, dilindungi, dan dibantu.
BACA JUGA: INFOGRAFIK: Tanda-tanda Pelecehan Seksual pada Anak Usia 2-11 Tahun
Hal yang Sebaiknya Tidak Dilakukan Orang Tua
Ketika anak mengalami pelecehan seksual di sekolah, ternyata ada juga hal-hal yang sebaiknya dihindari dilakukan oleh para orang tua. Hal yang utama perlu dihindari adalah:
- Menyalahkan anak
- Menekan anak untuk menceritakan kejadian pelecehan seksual dengan detail tanpa mempertimbangkan kondisi fisik dan psikologis anaknya (apakah anak sudah siap dan nyaman untuk membicarakannya)
- Tidak percaya dan merespon secara negatif pengakuan anak
Pastikan bahwa anak merasa aman dan nyaman untuk menceritakan berbagai hal yang mengganggunya. Apabila respon kita dalam menanggapi masalah anak cenderung negatif, anak akan menolak lagi untuk bicara, menahan segala emosi negatif, dan justru kondisi tersebut akan membawa dampak negatif lebih lanjut seperti stres, depresi, bahkan PTSD.
Apa yang harus dilakukan jika pelakunya adalah sesama teman sekolah atau pihak sekolah, seperti guru atau kepala sekolah?
Menurut Mita, langkah yang perlu diambil saat pelaku adalah anggota atau warga di sekolah adalah bekerja sama dengan guru atau staf di sekolah untuk memastikan anak merasa aman dan terlindungi di wilayah sekolah.
Kemudian orang tua bisa melaporkan ke polisi atau layanan perlindungan anak dan perempuan, umumnya mereka punya prosedur yang harus dilakukan sebagai langkah-langkah untuk menindaklanjuti masalah pelecehan anak.
Setelah pihak berwenang diberitahu, biasanya layanan sosial tersebut akan memutuskan apa yang harus dilakukan. “Umumnya sih, peran sekolah kemudian dibatasi. Staf sekolah tidak akan ambil bagian dalam penyelidikan, meskipun mereka mungkin diminta untuk memberikan informasi,” terang Mita.
Terlepas dari yang dilakukan oleh pihak berwenang, memastikan keselamatan dan kesehatan mental anak adalah nomor satu. “Anak juga perlu untuk dikonsultasikan kepada ahlinya, seperti psikolog anak, untuk mengetahui status mentalnya dan sejauh mana anak membutuhkan bantuan psikologis karena dampak pelecehan pada setiap anak anak berbeda-beda,” tutup Mita.
BACA JUGA: Waspadai Child Grooming, Pelecehan Seksual Anak Via Media Sosial
Cover: Pexels
Share Article
COMMENTS