banner-detik
#MOMMIESWORKINGIT

Sharlini Eriza Putri: Kehadiran Anak Membuat Tujuan Bekerja Semakin Jelas

author

Katharina Menge09 Feb 2022

Sharlini Eriza Putri: Kehadiran Anak Membuat Tujuan Bekerja Semakin Jelas

Sharlini Eriza Putri mengakui bahwa dia bekerja untuk memberikan dunia yang lebih baik untuk buah hatinya.

Sebagai seorang ilmuan, ternyata Sharlini Eriza Putri belajar banyak ketika menjadi seorang ibu. Momen ketika membesarkan sang buah hati menjadi titik di mana dirinya memutuskan untuk mendirikan Nusantics, perusahaan di bidang teknologi genomika (genomics technology) yang fokus memenuhi kebutuhan gaya hidup sehat serta berkelanjutan atau sustainable.

Wanita yang kini menjabat sebagai Co-Founder dan CEO Nusantics ini pun berbagi caranya menghadapi kegagalan dalam karier, yang ternyata merupakan hal biasa bagi seorang ilmuan. Yuk, simak bincang-bincang Mommies Daily dengan Sharlin di bawah ini!

BACA JUGA: 25 Kursus untuk Ibu Bekerja, Cocok untuk Menambah Daya Saing

Kenapa memilih berkarier sebagai ilmuan?

Aku terinspirasi dari sosok ibu aku. Beliau adalah seorang ilmuan yang ahli di bidang laser. Dari kecil ibu selalu mengajarkan kalau pelajaran seperti matematika, fisika, dan kimia itu sebenarnya tidak menyeramkan dan tidak perlu ditakuti.

Sejak kecil aku sudah sering ikut ibu bekerja di laboratorium dan selalu melihat dia asyik dan penuh kebahagiaan saat melakukan pekerjaannya, kayak sedang bermain. Jadi dia tidak pernah terlihat stres dan secara tidak sadar aku jadi melihat pekerjaan sebagai ilmuan itu enak dan memotivasi aku untuk berkarier sebagai ilmuan.

Apa hal yang membuat Sharlin mendirikan Nusantics?

sharlini eriza putri

Sejak punya anak aku merasakan yang namanya dinyinyirin banyak orang. Ada yang bilang ASI ibu bekerja itu tidak bagus, lebih baik susu formula, dan sebagainya. Dari perdebatan itu aku tidak pernah mendapatkan jawaban yang pas sampai akhirnya aku, yang terbiasa kepo, membaca beberapa jurnal dan menemukan bahwa ada penelitian yang bernama Human Microbiome Project.

Dalam jurnal itu sebutkan kalau setengah dari tubuh manusia itu terdiri dari bakteri, virus, dan jamur, yang namanya microbiome. Dari situ aku berpikir kalau selama ini kita membeli produk hanya dengan asumsi untuk tubuh kita saja, bukan untuk microbiome di dalamnya.

Semudah memilih sabun anti bakteri, yang mungkin cocok untuk orang yang bakteri dalam kulitnya berlebihan. Namun, apa cocok jika kulitnya normal? dan sehat? Nantinya kulit malah jadi kering.

Jadi, ke depannya kita harus melihat konsep bahwa tubuh kita itu sebagiannya adalah bakteri, virus, jamur. Jadi bukan semata-mata melawan mereka tapi bagaimana kita hidup berdampingan dengan baik. Dari situ tercetuslah untuk membangun Nusantics yang diharapkan bisa membantu banyak orang memilih produk paling sesuai dan dibutuhkan oleh tubuh masing-masing.

Apa prinsip hidup kamu dalam menjalankan pekerjaan?

Enjoy saja. Selain itu yang paling penting adalah selalu penasaran dan konsisten mencari jawabannya. Kalau kesulitan pasti ada banyak, bahkan sampai sekarang. Beruntungnya, ilmuan itu sudah terlatih gagal dan bagi kami kegagalan adalah hal biasa. Karena setiap melakukan percobaan, kesempatan untuk percobaan pertama itu berhasil seperti tidak mungkin. Jadi, jika gagal, ya, dicoba lagi.

Biasanya setelah gagal melakukan sesuatu, aku tidak akan memaksakan diri. Aku ambil waktu istirahat dan tidur. Aku juga mengimajinasikan hal-hal positif dan bagus yang aku anggap sebagai time off. Kadang aku juga memilih untuk menyetir sambil mendengarkan musik atau bermain mind puzzle saat sedang burn out.

Pokoknya cari kegiatan yang membuat kepala sibuk dan memacu pikiran. Sebab kalau kita me time diam sambil bengong, nanti yang namanya hal-hal buruk dan pikiran negatif akan menguasai kita lagi.

BACA JUGA: Tips Wawancara Ibu Bekerja untuk Para HRD agar Berjalan Nyaman

Apa perubahan yang terjadi setelah punya anak?

Aku jadi lebih gercep alias sigap. Ketika ada pekerjaan aku berpikirnya jadi lebih cepat dan begitu juga saat menyelesaikannya. Otak aku jadi semakin encer dan banyak ide. Sebab yang aku pikirkan adalah mau pulang cepat dan ketemu anak di rumah.

Sebelum punya anak aku sebenarnya tidak terlalu punya sense of purpose. Aku tidak tahu seberapa pentingnya masa depan untuk diperjuangkan. Nah, setelah punya anak, aku jadi melihat ke sekeliling dan berpikir, ‘bagaimana bentuk dunia ketika anak aku masuk SD, ya?’.

Aku justru semakin memikirkan masa depan tempat hidup anak aku kelak dan jadi semakin ingin memperbaiki dunia. Sesederhana aku menemukan fakta bahwa anak-anak di zaman aku jarang jarawatan tapi kok sekarang itu hal yang normal. Nanti ketika anak aku besar akan seperti apa, ya? Sama halnya dengan penyakit kanker. Zaman dulu masih jarang tapi sekarang semakin sering.

Jadi seorang ibu itu benar-benar membuat aku memproyeksikan semua hal tersebut dan ingin berusaha memberikan dunia yang baik untuk anakku.

Bagaimana cara menciptakan quality time dengan anak dan keluarga?

Beruntungnya aku punya dua co-founder yang paham kalau peran ibu itu penting gitu. Kami jarang ada meeting sampai malam. Kalau pun ada bisa dilakukan di rumah secara online, dan itu juga jarang. Mereka mengerti bahwa jam 6 artinya sudah harus ada di rumah.

Untuk menciptakan quality time dengan keluarga sendiri aku sederhana, ya. Paling main dengan anak dan guling-gulingan di kasur. Aku tidak pernah kehilangan waktu segitu banyaknya hingga harus menebus dengan bermain di waktu khusus dengan anak.

Prinsip yang aku pegang adalah aku mengatur jadwal kerja sesuai dengan jadwal anak, bukan sebaliknya. Misalnya saat anak aku sekolah dari jam 10-12 siang. Aku yang antar dan jemput. Kalau ada meeting akan dilakukan online.

Apa tips Sharlin untuk ibu lainnya yang juga mau aktif bekerja atau menjalankan usaha?

Kebanyakan ibu bekerja itu selalu merasa bersalah sama anaknya karena harus meninggalkan mereka di rumah. Menurut aku kunci jadi ibu bekerja dan tidak terlalu merasa bersalah adalah dengan melakukan pekerjaan yang juga sekaligus menyelesaikan masalah anak.

Ada banyak masalah yang berputar di dunia anak-anak di masa depan. Carilah dan bekerjalah di bidang tersebut. Misalnya, masalah kulit anak eksim, kamu bisa bekerja menciptakan skincare atau obat-obatan untuk mengatasi itu. Bisa juga masalah camilan anak yang terlalu banyak gula, lalu kamu buat camilan yang sugar-free.

Masih banyak masalah di sekitar anak lainnya yang bisa dijadikan sebagai bidang usaha. Contohnya lagi, masalah makan anak yang kurang bergizi, kamu bisa buka usaha katering. Atau tidak adanya konten YouTube yang mengedukasi untuk anak, maka buatlah itu.

Dengan begitu tidak akan ada dualisme yang timbul saat ibu memilih untuk bekerja. Sebab saat bekerja kamu tahu kalau ini tujuannya baik dan sesuatu yang akan dirasakan manfaatnya oleh anak di masa depan. Jadi, kamu bekerja untuk menyelesaikan masalah anak dan masa depannya.

BACA JUGA: Suara Para Anak dari Ibu Bekerja, Ternyata Penuh Rasa Bangga

Share Article

author

Katharina Menge

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan