Pengalaman mantan pacar Kim Seon Ho setelah putus cinta sempat menggegerkan dunia, sementara Taylor Swift selalu berujung jadi top hits.
Rasanya sudah jauh lebih adem, ya, semenjak kabar terakhir mengenai Kim Seon Ho dipublikasikan, setelah sempat bikin heboh sedunia. Akibat dari curhatan sang mantan yang meski awalnya mengaku anonim, eh, ketahuan juga akhirnya (ya, iyalah, hari gini?). Sekarang gantian, nih, panggungnya lagi di Taylor Swift, yang baru saja mengeluarkan lagu All Too Well versi 10 menit dari yang sebelumnya sempat ada di album Red, 2012. Saya nggak akan bahas lagunya, tetapi lebih kepada tren “curhat” tentang mantan di ranah publik yang dampaknya besar, well, karena mereka public figure, ya.
Memang, sih, bukan cerita baru, Taylor Swift, kan, memang terkenal selalu bisa mengubah kisah cintanya menjadi top hits. Di satu sisi, dia hebat, karena tangan senimannya yang ajaib, mengubah curhatan menjadi cuan. Tapi, akibat lagu All Too Well tersebut, jadi banyak netijen yang “main” ke profil Instagram Jake Gyllenhaal hanya untuk menyampah komentar, “Kenapa, sih, kok, kamu sejahat itu?” Becanda, sih, lagian kenal juga enggak!
Kemudian, saya jadi mikir, bagaimana seharusnya kita menanggapi ketika anak kita putus cinta? Beberapa pesan berikut ini saya dapat dari sesama Mommies, simak, ya!
Sebelum nasihat urusan putus, brainstorm dulu tentang pacaran
Saya yakin, kita pun akan meneruskan nasihat dari orangtua kita dulu yang works di kita, dalam hal pacaran. Apa, sih, yang kita cari dari pacaran? Teman spesial? Dari mana kita bisa menentukan kalau dia spesial? Apakah dia mendukung hal-hal positif yang kita lakukan? Apakah sebaliknya, kita juga mendukung? Kalau ternyata pacaran hanya saling ngelarang ini itu, ya, lebih baik putus. Silakan saling mengenal satu sama lain, tapi, santai saja, karena di usia muda, masih banyak hal lain yang jauh lebih membutuhkan effort, dibanding keinginan si pacar.
Know your value and self-worth
A.k.a, jangan bucin! Tapi dalam hal ini, peran orangtua juga sangat besar. Kitalah yang bertugas membekali anak cara supaya ia mampu menilai dirinya sendiri, supaya ia paham kalau ia punya nilai, ia istimewa, nggak hanya di mata pacarnya, tapi di mata keluarganya, di mata guru-guru dan pendampingnya, serta di mata teman-teman dan sahabatnya. Semakin anak sadar akan hal ini, semakin kecil risiko anak merendahkan diri sendiri ketika putus cinta.
Masih banyak hal-hal yang bisa dijadikan prioritas dalam hidup
Bahasa sederhananya, make yourself busy! Sebagai makhluk yang beragama, pasti kita juga membekali anak untuk bisa punya hubungan dengan Tuhannya. Itu yang terutama. Setelahnya ada goals and dreams, yang juga bisa ia utamakan. Kemudian, ada keluarga dan teman yang juga punya peran besar dalam kehidupan anak. Tetapi, ketika salah satu dari hal di atas hilang (teman spesial atau pacar), ia masih bisa melanjutkan hidup dan mengejar impiannya dengan dukungan dari keluarga dan sahabat.
Pacaran itu proses eliminasi
Meski kita sendiri juga nggak akan tahu kisah cinta anak akan berakhir seperti apa, bukan nggak mungkin juga pacarnya yang sekarang bisa jadi pasangan hidupnya kelak. Maka, ketika ia putus, kita bisa menjelaskan bahwa ini adalah proses eliminasi, kamu akan terus berjalan sampai pada akhirnya bertemu dengan pilihanmu yang tepat.
“It’s not the end of the world, Baby!”
Jadi inget lagunya Shaden, “Dunia belum berakhir, bila kau putuskan aku, masih banyak teman-temanku di sini, menemaniku!” (Kalau nyanyi, berarti kita seangkatan, hahahaha!) Ya, bagus, kalau dengan putus cinta, anak jadi bisa bikin lagu, tapi kalau nggak bisa disalurkan ke hal positif, sebaiknya kita bantu anak untuk cari hiburan, nonton film favorit, baca buku, dan cari kegiatan yang bisa membuatnya happy.
When you feel hurt, don’t hurt others!
Belajar dari kasus Kim Seon Ho dengan mbak mantannya, yang sempat dikenal dengan inisial Miss A. Apa, sih, motifnya? Semua orang masih menebak-nebak, tapi yang paling obvious itu, ya, sakit hati. Rasa nggak terima, nggak puas, nggak senang dengan keputusan yang sudah dibuat. “Sakit hati dan marah itu sangat boleh kita rasakan, tapi jangan jadikan itu senjata buat kamu menyakiti orang lain!” Mungkin Miss A nggak pernah menyangka bakalan bisa merusak karir Kim Seon Ho dalam sekejap, tapi kalau lihat dampaknya ke banyak orang, apa nggak nyesel, tuh, dia, curhat sembarangan?
Fokus ke masa depan!
Tanpa melupakan pentingnya validasi perasaan sedih anak remaja kita, kita bisa mengingatkannya bahwa perjalanan hidup masih jauh. Take your time to cry but don’t forget to move on! Karena kalau lihat ke belakang terus, nanti yang bagus di depan mata malah terlewat. Setuju, kan?
Mungkin Mommies mau menambahkan?
Image created by jcomp – www.freepik.com