5 Kesalahan Orangtua penyebab Sibling Rivalry Antara Anak Hingga Mereka Dewasa

Parenting & Kids

dewdew・25 Sep 2020

detail-thumb

Sibling rivalry antara anak bisa banget terjadi karena kesalahan orang tua dan sedihnya, itu bisa terbawa terus hingga anak-anak dewasa dan membuat anak rentan terkena depresi.

Normal kok dari setiap hubungan manusia terjadi konflik, apalagi konflik antar kakak adik. Bagaimana nggak. Tiap hari wajah dia-dia juga yang dilihat. Ngobrol, main, hingga mandi. Tentu saja rawan konflik. Siapa di sini yang sudah hapal pergerakan konflik si adik dan kakak? Saya sendiri rasanya percuma mau menasehati panjang lebar kalau di antara mereka berantem, wong 5 menit habis itu, ya, main bareng lagi. Nggak lama berantem lagi, nggak sampai 10 menit sudah kompak lagi. Tapi, kan, itu konflik biasa, ya. Konflik sehari-hari. Yang nggak biasa adalah ketika kakak adik bersaing nggak ada habisnya. Bahkan ketika kemudian persaingan tersebut menjadi tak sehat, tidak terselesaikan, dan pada akhirnya dapat berkembang menjadi sikap keras dan perasaan pahit, yang bisa jadi dibawa terus sampai mereka besar.

Iya, nyatanya persaingan yang dibawa sampai besar itu ada banget, lho. Dan penyebab utamanya bisa jadi perlakuan kita sendiri, orangtuanya. Berikut ini 5 kesalahan orangtua yang sangat mungkin memicu sibling rivalry atau persaingan ketat antar saudara kandung yang tak berkesudahan. 

Hobi membandingkan

Banyak dari kita yang hobi membandingkan si adik dengan kakak tanpa sadar. Bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. “Bisa nggak, sih, kamu tenang kayak si kakak?” atau “Dek, kayak kakak, dong, makannya nggak pakai tumpah-tumpah.” Buat kita mungkin terdengar sepele, tapi nggak sepele buat yang dengar. Kita juga nggak suka kalau dibandingkan, misalnya dengan kolega kantor :D. Kalau terus-terusan dilakukan bisa memicu perkelahian dan persaingan sengit di antara mereka. 

Membiarkan bercanda yang kelewatan

“Nggak serius, kok, becanda doang,” begitulah pengakuan kita kalau orang yang sudah dibecandain mulai menunjukkan rasa kesal. Perlu diingat, bukan cuma orang dewasa saja yang kesal dibecandain sampai kelewatan. Hal ini juga berlaku untuk anak-anak.  Jadi sebisa mungkin kita tidak membiarkan salah satu menggoda saudaranya hingga kebablasan. Apalagi kalau kita selalu bilang, “Duh, baper amat, sih, kakak, kan, hanya bercanda.” Si kakak jadi merasa punya surat izin bercanda, sementara si adik merasa mommies membiarkan dirinya dijadikan bahan lelucon. 

Perhatian yang nggak sama

Salah satu penyebab persaingan antar saudara adalah ketika seorang anak merasa dia tidak mendapatkan perhatian yang adil dari orangtuanya. Dilansir dari situs resmi IDAI, memiliki kedekatan tertentu dengan salah satu anak sebenarnya merupakan hal yang wajar. Itu sulit untuk dihindari. Nggak ada perasaan cinta yang sama besarnya untuk setiap orang. Tapi, sebagai orangtua harus bijaksana untuk nggak menunjukkan hal ini secara terang-terangan karena dapat memicu kecemburuan dan kebencian pada anak lainnya.

Baca juga: Anak Kesayangan Itu Memang Ada, Akui Saja!

Memberikan fasilitas yang kebablasan

Jangan memberikan masing-masing anak privasi dan fasilitas yang berlebihan. Misalnya, nih, ketika mereka memiliki kamar masing-masing, lalu setiap kamar dikasih televisi biar nggak rebutan. Setiap anak punya satu tab, satu handphone, hingga PS sendiri. Kamar sendiri-sendiri boleh saja, tapi ada baiknya untuk mengajarkan anak berbagi fasilitas atau barang supaya mereka belajar untuk memecahkan masalah dan bernegosiasi bersama. 

Baca juga: 7 Tanda Anak Mempunyai Kemampuan Beradaptasi yang Baik

Memaksa anak minta maaf pada saudaranya

Saat mereka berkonflik, nggak perlu meminta mereka untuk saling minta maaf langsung, apalagi ketika salah satu merasa tidak bersalah, dan memang nggak salah. Kasih waktu agar kemarahannya mereda, lalu ajak mencari solusi bersama. Pada akhirnya yang salah pasti akan minta maaf, selama kita mengajarkan pada mereka bahwa meminta maaf untuk sesuatu yang salah itu adalah wajar. Kalau kita maksa mereka minta maaf padahal nggak salah, malah mendorong anak untuk bohong dan lama-lama bikin hati anak sakit. Bisa dipendam terus-terusan dan kebawa-bawa hingga besar. 

Menurut IDAI, persaingan nggak sehat antara adik dan kakak akan melibatkan perilaku agresif, seperti berteriak-teriak, memukul, hingga menyakiti diri sendiri, terutama bila dialami saat mereka masih kecil. Nah, kalau dibiarkan hingga dewasa akan meningkatkan risiko depresi, kecemasan dan kemarahan. Jadi cepat-cepat introspeksi diri, ya, mommies.

Baca juga: Penyebab Anak Sulit Beradaptasi