banner-detik
PARENTING & KIDS

7 Hal yang Jadi Tanda Anak Punya Kemampuan Adaptasi Baik

author

RachelKaloh06 Aug 2020

7 Hal yang Jadi Tanda Anak Punya Kemampuan Adaptasi Baik

Bertahan melewati pandemi sampai hari ini sebetulnya merupakan tanda paling nyata bahwa anak mampu beradaptasi.

Coba ingat lagi, deh, situasi di awal tahun, di mana anak-anak masih bebas beraktivitas, di rumah, di sekolah, bahkan di luar rumah dan sekolah. Rutinitas yang anak jalani di bulan Januari sampai Februari kemarin sangat jauh berbeda dengan sekarang.

7 Hal yang Jadi Tanda Anak Punya Kemampuan Adaptasi Baik - Mommies Daily

Meski seringkali dirasa berat ketika harus menyesuaikan diri dengan berbagai aturan, ternyata, anak bisa bertahan juga, kok, bahkan sampai sekarang, di era the new normal. Karena pada dasarnya, beradaptasi itu adalah life skill yang dimiliki setiap orang, termasuk anak.

Ada tiga aspek yang dapat kita lihat dalam menilai kemampuan anak beradaptasi: perilaku atau cara dia bertindak, kognitif atau cara dia berpikir, dan emosional atau cara dia merasakan. Tingkat kemampuan adaptasi anak menentukan seberapa baik ia menghadapi dan menangani situasi yang tidak pasti.

Setelah ngobrol dengan Kara Andrea Handali, M. Psi., Psikolog (Psikolog Pendidikan), perlu kita garis bawahi bahwa tanda-tanda ini bukan serta merta menjadi tolak ukur anak bisa beraptasi dengan baik atau tidak baik. Kembali lagi, kita perlu memahami karakter anak. Semua anak pada dasarnya mampu beradaptasi, menghadapi situasi yang dirasa berat di awal, namun memang waktu yang diperlukannya saja yang berbeda. Ada yang butuh waktu lama sampai merasa nyaman, ada yang bisa menerimanya begitu saja.

Tidak tertekan ketika rutinitasnya berubah

Sepanjang weekend, anak bisa seharian menonton TV dan bermain. Begitu hari Senin tiba, ia nggak lantas cemberut seharian karena nggak boleh nonton TV, melainkan bisa kembali semangat menjalani kegiatannya yang lain. Kita saja orang dewasa sering merasa galau saat tahu akhir pekan akan segera berakhir, namun, bukan artinya kita tidak bisa menerima kenyataan, kan?

Tidak kesulitan saat harus menentukan pilihan

Anak akan terbiasa memilih kalau orangtuanya juga menyediakan pilihan. Misalnya, saat lagi jamnya baca buku, ia bisa memilih mau buku yang mana. Meski dalam beberapa hal, anak memang butuh waktu lebih lama sebelum mengambil keputusan. Ketika memilih kegiatan lain di luar sekolah, misalnya, wajar kalau ia butuh waktu untuk menimbang mana yang dirasa paling cocok.

Easy to warm up

Meski banyak juga anak yang tergolong slow to warm up dan bukan artinya mereka memiliki kemampuan adaptasi yang buruk. Namun, biasanya anak yang “cepet panas” ini cenderung lebih mampu menyesuaikan dirinya dengan keadaan di sekitarnya.

Bisa diajak berandai-andai tentang pilihan lain

Saat pandemi, keinginan anak jadi banyak yang terhalang untuk dilakukan; nggak bisa ketemu kakek dan nenek, tapi dia tetap bisa sering-sering video call. Batal liburan ke Bali, tapi masih bisa main sepeda di lapangan dekat rumah. Anak mengerti bahwa masih ada alternatif lain, nggak selamanya harus kekeuh sendiri dengan rencana sebelumnya.

Senang beride atau menyampaikan pendapatnya

Kemampuan ini sebetulnya tergantung pada seberapa sering kita meminta anak untuk menyampaikan pendapatnya. Misalnya saat cuaca lagi terik, kita pancing, “Panas-panas gini, enaknya ngapain, ya?” yang kemudian membuatnya beride, ”Bikin es krim, yuk, Ma!” Pada anak yang lebih besar, bisa berbentuk permintaan yang lebih spesifik, misalnya, “Ma, kayanya sepatuku udah sempit, deh, nggak enak dipakai!” Artinya, ia paham ia harus melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya, bukan sekadar iming-iming minta dibeliin yang baru.

Tidak langsung sedih atau menangis ketika harus berhenti bermain untuk melakukan hal lain

Ketika waktunya habis buat main, nggak lantas membuatnya frustrasi, tapi anak bisa menjumpai hal yang nggak kalah menarik ketika melakukan hal lain.

Tidak perlu dibujuk sampai berhari-hari saat ingin memintanya terlibat dalam kegiatan baru

Ia akan mudah menemukan hal positif pada kegiatan barunya tersebut, sehingga tidak akan menjadi penghalang buatnya ketika kegiatan tersebut menjadi rutinitas baru.

Di balik anak yang bisa beradaptasi dengan baik, ada orangtua yang turut andil dalam mempersiapkan anak menghadapi perubahan.

Baca juga:

Pentingnya Menumbuhkan Kemampuan Beradaptasi pada Anak

Tips Masak dan Cara Menambah Berat Badan Anak

Ketika Anak Terlalu Perfeksionis, Harus Bagaimana?

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan