Di balik semua kesulitan itu, mereka lebih happy, kok! Para single mom berbagi cerita.
Menjadi single mom, tampak sebagai kekurangan di mata orang lain. Berbagai label tak sedap disematkan, seperti dysfunctional family atau broken home karena dianggap tidak utuh sebagai sebuah keluarga. Stigma yang selalu mengikuti, belum lagi, tantangan yang jauh lebih berat karena segala sesuatunya harus dipikul sendiri. Di antara pekerjaan dan kesibukan mengurus anak, masalah demi masalah seolah nggak ada habisnya.
Baca juga: Membesarkan Anak Tanpa Figur Ayah
Tapi kalau kita tanyakan ke yang bersangkutan, di balik semua kesulitan itu, mereka akan bilang, banyak hal yang patut disyukuri. Jawabannya rata-rata, mereka bilang jauh lebih happy sendiri.
Baca juga: Bercerai Lalu Bahagia, Bagaimana Caranya?
“Aku bisa menjalani hidup sesuai yang aku mau. Buat apa menikah tapi dengan orang yang tidak menginginkannya, atau menikah dengan orang yang tidak aku inginkan. Kalau soal bahagia, banyak juga kok pasangan menikah yang nggak bahagia,” – Liz
“Ketemu cinta baru. Dia lebih sayang, lebih perhatian, lebih respek sama pasangan, lebih dalam hal segala-galanya. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangin sebelumnya.” - Juli
“Aku sebagai ibu, sekaligus ayah, kami 24 jam selalu bareng, jadi dekeet banget sama anak. Anakku adalah sahabat tempat aku curhat.” - Melly
“Dikelilingi teman-teman dan keluarga yang selalu memberi support untuk saya dan anak-anak. Saya tak pernah merasa sendirian.” – Rina
“Lepas dari ketakutan. Tidak ada lagi orang yang bikin emosi saya selalu negatif. Suka bentak-bentak, nuduh macam-macam, curigaan, pokoknya semua yang saya lakukan itu sepertinya salaah terus. Capek rasanya.” - Ayik
"Nggak ada orang lain yang perlu saya mintain pendapat, bikin saya jadi sering refleksi, minta pertimbangan ke diri sendiri, jadi sering menulis tentang apa yang bikin saya happy, apa yang bikin saya sedih, tahu kelemahan dan mengerti bagaimana menanganinya. Saya jadi belajar banyak tentang diri sendiri.” - Maria
“Nggak pakai berantem dan nggak harus dengerin pendapat pasangan dalam membuat keputusan. Saya mau memutuskan anak sekolah di mana, mau diajarin apa, ambil les apa, beli gadget apa, semua diputuskan sendiri.” - Candra
Baca juga: Panduan Keuangan Setelah Bercerai
“Berkurang satu beban orang yang perlu diurusin di rumah. Masakin makan tiga kali sehari dengan menu yang beda-beda, setrikain semua bajunya, buatin kopinya.” - Melly
“Berhubung anak sekarang sudah lulus SMA dan tinggal ngekos di luar kota, sekarang aku tinggal sendiri, bebas, merdeka. Rasanya seperti gadis yang baru lulus kuliah.” - Juli
“Sekarang, saya jadi lebih percaya diri dari sebelumnya. Bisa nyetir mobil sendiri ke mana-mana, mengganti ban mobil, benerin kran rusak, benerin masalah gadget. Hal-hal yang nggak pernah saya lakukan sebelumnya. Ternyata, bisa tuh!” - Ayu
“Tidak perlu menghadapi masalah dengan mertua dan ipar-ipar, ha…ha…ha…” - Maya
“Dia mau selingkuh, mau punya pacar banyak, mau deket sama siapa, bukan lagi urusanku.” - Ayik
“Anak lebih patuh sama saya dan lebih mau mendengar nasihat saya. Tidak lagi mengontraskan, kalau dulu dikasih tahu selalu membantah, jawabnya, “Tapi, kata ayah bilang begini. Ayah bilang boleh.”” - Shinta
“Balik lagi tinggal sama orangtua, bikin saya jadi lebih dekat ke mereka. Di masa tua, mereka butuh perhatian lebih dari anak, untuk membantu mengurus mereka.” - Linda
“Anak saya jadi lebih empati dengan temannya yang hidupnya lebih susah dari kami. Dia juga bilang, saat kepikiran ingin ‘nakal’ dan senang-senang seperti teman-temannya, dia nggak mau bikin ibunya susah.” - Maya
Baca juga: Nasihat Tentang Perceraian Untuk Kedua Anak Saya dari Seorang Mama yang Bercerai