banner-detik
DAD'S CORNER

Rinaldi Herdianto: Saya Ingin Terus Jadi Comfort Zone Buat Anak Saya Sampai Kapan Pun

author

dewdew09 Nov 2020

Rinaldi Herdianto: Saya Ingin Terus Jadi Comfort Zone Buat Anak Saya Sampai Kapan Pun

Saya adalah tempat anak saya bersandar ketika ia mengalami mimpi buruk, merasa takut, atau sakit. Dari dulu hingga kapan pun.

Setelah kurang lebih satu setengah tahun berpisah dari Callie (4 tahun), dan hanya bertemu setiap akhir pekan tak mengurungkan niat Rinaldi Herdianto untuk terus menjadi comfort zone buat Callie. “Sejak bayi sayalah tempat ia bersandar ketika ia mimpi buruk, merasa takut, atau sakit. Saya ingin selamanya Callie tahu itu, bahwa saya siap sedia buat dia walau kita nggak bisa selalu dekat.”

Apa yang kamu lakukan dalam mempersiapkan Callie saat memutuskan berpisah?

Ketika kami berpisah, saya dan ibunya Callie berpendapat kalau usia Callie saat itu masih terlalu kecil untuk memahami apa itu perceraian. Yang kami komunikasikan ke Callie adalah Papa harus tinggal dan kerja di rumah Poncol, yaitu tempat tinggal saya, sementara Mama lebih banyak beraktivitas di apartemen. Biasanya saya akan mengatur waktu ketemu dengan Callie bersama ibunya, yang seringkali kita lakukan saat weekend. Boleh dibilang saya adalah seorang "weekend dad", hehehe.

Apa yang paling menantang menjadi seorang single dad terutama di masa pandemi ini?

Sebelum pandemi waktu ketemu dengan anak sudah cukup challenging buat saya, apalagi sekarang, kan? Hubungan saya dan Callie cukup dekat. Sejak dia masih bayi, saya adalah 'comfort zone' bagi dia, tapi karena saya tidak tinggal satu atap dengannya, kalau dia alami mimpi buruk, merasa takut atau sakit, saya tidak bisa dampingi dia seperti dulu. Paling hanya dengar cerita dia via video call pada keesokan hari setelah kejadian.

Salah satu kejadian yang cukup berat bagi saya terjadi Lebaran tahun lalu, saat Callie pergi dengan ibunya keluar kota dan jatuh sampai bibirnya terluka dan berdarah. Jika ada saya di situ, biasanya saya akan tenangkan Callie, tapi saat itu hanya bisa dengar ceritanya saat dia keluar dari UGD.

Nah saat pandemi ini, makin challenging lagi mencari waktu untuk bisa bertemu dengan Callie. Mencari tempat untuk bisa bermain atau mencari aktivitas yang bisa kita lakukan bersama juga nggak mudah. Karena mantan istri hanya ingin saya interaksi dengan Callie saat dia tidak ada di apartemen, aktivitas yang bisa kita lakukan jadi sangat terbatas. Kegiatan yang kita biasanya lakukan bersama seperti berenang atau jalan kaki dan eksplor, jadi terbatas karena pandemi. Saat ini akhirnya menjadi terbatas pada membacakan buku dan nonton TV bersama. Sekarang lagi coba ajar Callie memasak, tapi minatnya masih belum terlalu terlihat ke arah sana.

Baca juga: Bercerai Lalu Bahagia, Bagaimana Caranya?

Kompromi-kompromi apa yang dilakukan dengan ibu Callie yang berhubungan dengan perkembangan dan tumbuh kembang Callie?

Untuk masalah dokter, kami sudah sepakat sejak Callie masih bayi. Kami sudah menentukan satu dokter yang kita merasa cocok banget dengan Callie. Lagipula seluruh riwayat kesehatan diketahui oleh dokter tersebut. Bisa dibilang, Callie sendiri yang tentukan dokternya saat bayi, karena hanya ada satu dokter yang berhasil obati dia saat alami mata bengkak waktu bayi, dan dokter inilah yang sampai sekarang jadi dokternya Callie.

Sejujurnya, untuk sekolah saya serahkan semua kepada ibunya Callie. Saya hanya mengikuti keputusan dia dan bantu membiayai serta mendampingi Callie jika ada acara di sekolah. Paling saat video call atau main bersamanya saya coba pancing dia mengulang yang dia pelajari di sekolah, sekaligus menstimulasi keinginannya agar mau berbagi cerita dengan saya.

Untuk kegiatan ekstra, seperti gymnastik atau dance juga ditentukan ibunya, karena waktunya dengan Callie lebih banyak dan dia bisa lihat langsung minatnya. Kalau dari saya, saya hanya tegaskan bahwa aktivitas tertentu seperti berenang dan naik sepeda harus saya yang ajarkan. Hopefully sepatu roda juga...

Baca juga: Tips Untuk Pejuang Co-Parenting

Sebagai seorang ayah, ingin dilihat oleh anak seperti apa, atau sebagai apa, atau ayah yang bagaimana?

Saya tetap ingin dipandang sebagai 'comfort zone' bagi Callie dan jadi orang tua yang bisa dia andalkan ketika alami masalah atau merasa tidak nyaman. Sebisa mungkin saya coba tunjukkan kepada Callie bahwa saya selalu siap sedia membantunya walau saya jauh dari dia.

Baca juga:

Membesarkan Anak Tanpa Figur Ayah

Ajarkan Anak Agar Mau Berbagi Makanan dan Mainan

Share Article

author

dewdew

Mother of Two. Blogger. Make-Up Lover. Skin Care Amateur. Beginner Baker. Entrepreneur Wannabe. And Everything in Between. www.therusamsis.wordpress.com


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan