Dua minggu lalu, satu perempuan berusia 19 tahun dari Bangladesh dibakar hidup-hidup karena melaporkan kepala sekolah yang melecehkannya. Kapan kekerasan pada perempuan akan berakhir?
Nusrat Jahan Rafi, adalah siswa Sonagazi Senior Fazil Madrasa. Suatu hari ia dipanggil ke ruang kepala sekolah dan dilecehkan di beberapa bagian tubuhnya. Ia berhasil kabur.
Nusrat kemudian melaporkan hal itu pada keluarga yang langsung membuat laporan pada polisi. Bukannya dilindungi, seorang polisi malah merekam kesaksian Nusrat meski sudah menutup muka dan menolak karena malu. Video itu kemudian viral dan kepala sekolah ditangkap.
(Baca: Ibu Wajib Baca: Mitos Kekerasan Seksual pada Anak)
Sebelas hari setelah kejadian, Nusrat kembali ke sekolah untuk ujian diantara oleh kakaknya. Ia lalu diajak ke rooftop oleh teman-teman sekolahnya (PEREMPUAN!) namun di atas, 4-5 orang yang mengenakan burqa menyudutkannya dan mengancam agar ia membatalkan tuduhan pada kepala sekolah.
Nusrat menolak lalu ia dibakar hidup-hidup namun berhasil melarikan diri. Di perjalanan ke rumah sakit ia masih sempat merekam pernyataan bahwa ia benar dilecehkan dan akan memperjuangkan dirinya sampai mati.
Ia meninggal 4 hari kemudian. Sedih sekali. :(((((
Sedih mengingat hal seperti ini juga masih banyak terjadi di Indonesia! Angka kekerasan pada perempuan itu tinggi sekali dan rasa-rasanya memang solusinya harus datang dari kesadaran dari laki-laki.
Jadi ibu-ibu dengan anak laki-laki, tugas kita berat sekali. Bukan anak perempuan yang harus menjaga diri tapi anak laki-laki yang harus diajarkan untuk menghargai semua orang, laki-laki atau perempuan.
(Baca: Tujuh Hal yang Harus Diketahui Orangtua Mengenai Pelaku Pelecehan Seksual)
Apa yang harus kita lakukan? Ini bisa jadi sangat panjang, tapi singkatnya:
1. Perempuan punya hak yang sama dengan laki-laki. Jangan pernah bilang “dia kan perempuan harusnya dia …” JANGAN! Perempuan berhak atas semua hal yang bisa laki-laki lakukan.
2. Perempuan itu manusia, perlakukan manusia dengan respect. Jangan membeda-bedakan manusia berdasarkan gender. Perlakukan semua manusia sama, dihargai seperti kita ingin dihargai orang lain.
3. Ayah harus jadi contoh! Iya, anak harus punya role model yang baik dalam memperlakukan perempuan. Ayah atau sosok laki-laki dewasa lain bisa jadi contoh baik bagaimana memperlakukan perempuan. Kalau ayahnya sendiri masih suka meremehkan ibu ya bagaimana anak laki-laki akan punya role model yang baik untuk memperlakukan perempuan?
4. Hapus toxic masculinity. Tolonglah, jangan lagi larang anak laki-laki menangis, jangan lagi larang anak laki-laki mengerjakan tugas rumah tangga, jangan lagi bilang “anak laki-laki harus kuat” karena anak perempuan juga harus kuat!
Dengan bilang demikian, anak laki-laki akan merasa yang kuat hanya laki-laki dan yang lemah adalah perempuan. Karena perempuan dianggap lemah maka perempuan seringkali dijadikan objek dan berakhir pada kekerasan.
Mommies mau menambahkan?