banner-detik
#MOMMIESWORKINGIT

Ini 8 Harapan dari Karyawan untuk Para Atasan

author

RachelKaloh07 Nov 2019

Ini 8 Harapan dari Karyawan untuk Para Atasan

Buat Mommies yang kesehariannya menyandang gelar “Girl Boss”, simak hal ini yang menjadi harapan para karyawan.

Karier seseorang itu hampir dapat dipastikan ada tanjakannya, dari mulai menjadi calon karyawan, lalu diangkat menjadi karyawan tetap, naik jabatan, jadi manager, lalu naik lagi jadi head, sampai akhirnya duduk di posisi tertinggi di dalam perusahaan. Kecuali, mereka yang memang born to be a boss, alias belum ada pengalaman apa-apa sudah langsung memegang kendali atas perusahaan baru, atau, ya, dapat titahan tahta dari orangtuanya.

B5 Keterampilan yang Perlu Diasah untuk Mencapai Puncak Karier

Apapun dan bagaimanapun prosesnya menjadi seorang atasan, jangan sampai membuat kita lupa diri sama para bawahan. Saya ingat banget kata Mbak Fia, managing editor Mommies Daily, yang dulu pernah jadi atasan saya di kantor lama, “Kalau mau jadi bos, artinya kamu harus siap dibenci banyak orang!”

Setuju banget, sih, karena untuk mencapai posisi teratas itu persaingannya sengit, Kak! Tapi, kan, nggak perlu juga kita jadi bos yang dibenci sama bawahan! Menjadi bos yang dihargai dan disegani is way better, setuju?

(Baca: Tak Sekadar Diganti Uang, Ini Tips Memanage Rasa Bersalah Sebagai Ibu Bekerja)

Nah, caranya gimana? Ini dia, nih, hal-hal yang seringkali menjadi harapan para karyawan.

Let them work their way

Sebagai seorang atasan, memang sudah seharusnya mengawasi pekerjaan karyawannya. Namun, pengawasan yang sifatnya micro-managing akan cenderung membuat karyawan tidak leluasa bekerja. Padahal, setiap orang memiliki cara sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya. Maka, dalam hal ini, trust is the key.

Sepaham dalam hal ekspektasi

Saat masih menduduki posisi sebagai bawahan, ingat lagi, coba, betapa susahnya menebak-nebak keinginan atasan. Semua yang terbaik yang sudah kita lakukan, tetap aja salah. Hal ini terjadi karena ekspektasi antara kita dan atasan nggak sejalan. Oleh karena itu, nggak ada salahnya duduk bareng sama bawahan untuk mengutarakan dan menyamakan persepsi terhadap apa yang menjadi ekspektasi kita.

Peluang untuk memberi input

Meski memiliki peran sebagai decision maker, bukan berarti semua hal adalah maunya kita. Buat apa punya bawahan dan tim, kalau apa-apa kita kerjakan sendiri? Berikan mereka peluang untuk memberikan input, menyumbang ide maupun menyusun program dalam mencapai goals.

(Baca: Cara Ampuh Kurangi Stres untuk Para Ibu Bekerja)

Appreciate the person, not just the worker

Tanyakan pada diri sendiri, seberapa jauh sih kita mengenal karyawan kita? Tahukah kita kalau anaknya si A lagi mau ujian masuk SMP? Sudah dengar kabar kalau ibunya si B lagi berjuang melawan penyakit berat? Di antara berpuluh-puluh meeting dalam sebulan, coba sempatkan untuk ngobrol bareng karyawan, BUKAN SEPUTAR KERJAAN!

Fair, tidak memihak dan terbuka

Silakan jadi bos yang galak, selama Anda bisa pastikan untuk berlaku demikian terhadap SEMUA KARYAWAN. Percayalah, “rasa sayang” yang berlebihan pada satu orang karyawan sangat bisa dirasakan oleh karyawan lainnya. Begitu pula dalam memberlakukan sebuah aturan, pastikan semua karyawan paham mengapa peraturan tersebut dibuat, menghindari terciptanya berbagai asumsi dan analisa yang enggak-enggak.

Menghargai privasi saat memberi kritik

Sekesal-kesalnya sama anak buah, nggak perlu berteriak di depan semua orang. Lagipula, apa tujuannya? Itu hanya akan mempermalukan si karyawan. Panggil ke dalam ruangan, lalu ajak ngobrol. Dijamin suasana akan tetap kondusif. FYI, dengerin rekan sendiri dimarahin itu otomatis bisa menghilangkan mood kerja, lho.

Memberikan penghargaan di depan publik

Sebaliknya, memberikan pujian terhadap karyawan di depan publik is a good thing, karena statement dari seorang atasan itu bisa meningkatkan rasa percaya diri dan semangat bekerja seseorang karena merasa effort-nya dihargai. Bagi karyawan lain yang saat itu hanya jadi pentonton, biasanya akan lebih “tercolek” buat berusaha lebih baik lagi.

(Baca: Kantor Idaman Para Ibu Bekerja Perlu Punya Fasilitas Ini!)

It’s not all about you and your company

Satu hal yang perlu selalu kita ingat saat berada di posisi paling tinggi dalam sebuah perusahaan: Semua orang berhak mendapatkan kesempatan berkembang, meski caranya adalah dengan meninggalkan perusahaan Anda. Mau gajinya baru saja dinaikin dua kali lipat, kalau besoknya dia minta resign karena mau pindah ke tempat lain, we should let them. Jadi, sayangilah karyawan Anda sebelum dia pindah ke tempat lain!

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan