Menurut psikolog, ternyata masih banyak orang tua yang sering melakukan kesalahan pengasuhan anak dan berujung membahayakan untuk mereka di masa depan.
Ditulis oleh: Rachel Kaloh
Psikolog Mike Leary yang sehari-harinya berhadapan dengan urusan relationships dan parenting membeberkan kesalahan pengasuhan anak yang kerap dilakukan orangtua, yang ternyata bisa merusak kesehatan mental dan fisik anak.
Efeknya mungkin tidak akan terasa saat ini juga, tetapi baru akan terlihat di kehidupan anak di masa depan dan ternyata bisa membahayakan mereka. Yuk, simak apa saja kesalahannya.
Cek kesalahan pengasuhan anak di bawah ini dan mulailah hindari!
Banyak orangtua yang menganggap bahwa anak harus diberikan pilihan sebanyak-banyaknya, realitanya, anak cenderung jadi kewalahan.
Tidak heran kalau sekarang makin banyak anak yang haus pujian. Mereka tidak segan menolak untuk melakukan sesuatu kalau mereka nggak dapat apa-apa, alias mesti “disogok.”
“Mama janji bikin kamu selalu bahagia, Nak!” Kalimat yang banyak dikatakan orang tua ke anak ini sebenarnya salah. Sebab membuat anak bahagia adalah tugas mereka sendiri, bukan tugas kita orang tuanya. Tidak ada yang bisa menjamin kebahagiaan seseorang, termasuk orangtua pada anaknya. Anak pun perlu tahu cara membahagiakan diri mereka sendiri.
Punya banyak kegiatan seringkali dianggap sebagai cara agar anak jauh dari masalah. Jangan salah, kegiatan tersebut seringkali menjadi tempat anak dibully atau sebaliknya, menjadi tukang bully.
Walau anak termasuk pintar tapi jika dia suka merendahkan orang lain maka Mommies harus mengoreksinya. Kadang attitude seorang anak cenderung menjadi arogan ketika dia sering dibilang pintar, di mana ia menganggap orang lain di sekitarnya tidak sepintar dirinya. Efeknya anak bisa dengan mudah berbuat curang yang tentunya dapat membuat dia jadi public enemy.
Masih banyak orangtua yang memilih untuk menjauhi topik seks untuk dibicarakan bersama anak, tahu-tahu panik saat menghadapi anaknya sudah tidak perawan atau justru menghamili anak lain.
BACA JUGA: Ketika Anak Remaja Saya Mengatakan “Aku Sudah Make Love Ma”
Beware, Tiger Moms! Anak yang tumbuh dengan ukuran harus sempurna dari segi penampilan, minat, kegiatan, prestasi, sekalinya melakukan kesalahan, cenderung menganggap dirinya sebagai manusia yang nggak berharga dan mudah emosi, dalam hal ini termasuk mencelakai dirinya sendiri bahkan… bunuh diri!
Melihat anak usia 10 tahun sudah pintar mengurus adiknya, memang hal biasa. Mungkin mereka bisa memberikan kasih sayang, tetapi bukan untuk menggantikan peran Anda, orangtuanya. Akibatnya? Banyak dari mereka yang menolak menjadi orangtua akibat sudah kenyang mengurus anak.
Stimulasi memang penting, tetapi bukan dengan cara mendaftarkan anak untuk berkegiatan Senin sampai Minggu, demi nggak gampang bosan. Anak sebenarnya mampu berpikir secara kreatif dalam mencari cara untuk menghilangkan rasa bosan.
Mainannya hilang, gampang, tinggal beli yang baru. Ini dilakukan supaya ia tidak perlu nangis lama-lama. Padahal anak perlu belajar untuk lebih menghargai miliknya.
Sekolah dengan konsep alam dan ruang terbuka menunjukkan bahwa murid-muridnya lebih jarang sakit, lebih mudah beradaptasi dan bersosialisasi, dibandingkan sekolah dengan bangunan tertutup.
Jangan pernah melewatkan percakapan dengan anak, karena ini sangat penting bagi kehidupannya. Sekadar bertanya ‘Hari ini ngapain aja, Nak?’ punya efek yang hebat. Anak akan merasa dirinya berharga saat tahu Ayah maupun Ibunya selalu peduli terhadap kehidupannya sehari-hari.
Padahal saat kegiatan ini berlangsung, anak belajar untuk diam dan menyimak serta menggunakan imajinasinya. Kebiasaan ini adalah bekal supaya ia lebih siap mengikuti kegiatan di kelas.
Artikel ini diadaptasi dari www.fatherly.com
BACA JUGA: 7 Kesalahan Pengasuhan yang Harus Dihindari Orang Tua Pintar