banner-detik
NEWS

Mempertanyakan Wibawa Guru pada Anak Kurang Ajar

author

annisast15 Feb 2019

Mempertanyakan Wibawa Guru pada Anak Kurang Ajar

Sekali lagi berita siswa melawan guru mampir di dunia pendidikan tanah air. Namun seperti sudah diduga, siswa, guru, dan orangtua hanya melakukan mediasi dan berujung dengan perdamaian.

Alkisah Nur Khalim, guru di SMA PGRI Wringinanom Gresik menegur siswanya AA. AA tak terima, ia merokok di kelas dan menantang Nur Khalim hingga memegang wajah dan mencengkeram kerah bajunya. Masalahnya “sepele”, AA gagal membolos karena ketahuan sedang nongkrong di warung.

Saat ditantang oleh siswa itu Nur Khalim terlihat kalem. Ia menahan amarah untuk tidak membalas balik. Ini diakuinya saat diwawancarai media, ia menahan amarah karena sudah banyak cerita guru yang “menyentuh” murid kemudian berakhir di penjara.

Untuk Bapak dan Ibu Guru, Tolong Ajarkan Anak Saya 4 Hal Ini - Mommies Daily

Singkat cerita mereka berdamai, mediasi dan AA dimaafkan. Ia tidak diberi hukuman dan melanjutkan sekolah seperti biasa karena hampir UN. Saya kok melihatnya sebagai bentuk ketidakwibawaan ya?

Sebabnya perlakuan AA itu sudah di luar batas wajar alias kurang ajar. Tidak sopan dan tidak tahu sopan santun. Anak yang tahu sopan santun pasti tidak akan berani memegang kepala orangtua seperti itu.

Oh jangan salah, saya juga bukan tipe ibu yang menghalalkan kekerasan. Tapi jangan double standard dong. Kalau orangtua berhak melaporkan guru, guru juga sebetulnya bisa melaporkan anak dan orangtua.

Asalkan memang keduanya benar bersalah kan?

Berlebihan? Ya untuk menimbulkan efek jera bagi murid lain se-Indonesia sih. Atau minimal ia tetap diberi hukuman apapun bentuknya. Misal datang lebih pagi ke sekolah untuk membersihkan kelas atau justru mendapat konseling wajib selama sekian bulan. Tapi jelas bukan hanya dibiarkan! Yang namanya institusi apalagi sekolah tetap harus ada batasan, aturan, dan hukuman untuk mengajarkan disiplin.

Saya jadi memikirkan sekali orangtua dari anak-anak kurang ajar begini. Seperti apa sih kita membesarkan anak sampai anak berani seperti itu pada orang yang lebih tua? Diajari sopan santun kah? Diberitahu apa itu kasih sayang kah?

Kembali lagi pada lingkaran setan kemiskinan ya. Karena selalu kasus seperti ini terjadi pada siswa yang berasal dari status ekonomi menengah ke bawah. Orangtuanya terlalu sibuk mengisi perut dibanding mendidik anak.

Kalau masalahnya sudah begini mau bagaimana lagi. Masih panjang sekali sepertinya agar dunia pendidikan Indonesia bisa maju. :(

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan