Mendidik dan Menjaga Generasi Z Itu Sungguh Menantang

Kids

dewdew・12 Jul 2017

detail-thumb

Agar Gen Z (alias anak-anak saya) punya semangat seperti generasi millenials, daya juang ala Gen-Y dan sopan santun seperti Gen X, ada beberapa hal yang ingin saya tanamkan dari sekarang.

Untuk mommies yang nggak terlalu ngeh soal generasi-generasi-an ini, saya coba terangkan, ya. Kita mulai dari generasi Y saja, biar nggak kepanjangan (sungkem sama generasi baby boomers dan Gen-X).

Di rentang tahun 1977 sampai 1994 generasi dimulai dengan nama Gen-Y. Ciri paling kentara pada Gen Y ini adalah kaum wanitanya nggak mau cepat-cepat menikah. Hamil pertama kali di atas 30 tahun menjadi hal yang sangat umum. Sementara mereka yang lahir di akhir tahun 90-an dan awal 2000 disebut Millenials. Mereka dianggap punya daya juang rendah namun sudah tahu banget mau ngapain untuk hidupnya nanti.

Bagaimana dengan anak-anak generasi Z? Generasi Z memiliki tahun lahir di rentang 2000-an hingga saat ini. Yang artinya, ini adalah anak-anak dari para Gen-Y. Generasi Z adalah generasi mahir digital dan gandrung akan teknologi informasi. Gen-Z juga mudah mengekspresikan perasaannya berkat media sosial. Bersosialisasi pun lebih sering menggunakan gadget.

Nah, supaya para Gen Z ini punya semangat milenials, namun punya daya juang ala Gen-Y, dan kesopan santunan ala Gen-X, ada beberapa hal yang musti kita tanamkan dari sekarang.

Mendidik dan Menjaga Generasi Z Itu Sungguh Menantang - Mommies Daily

Semua dimulai dari rumah

Tetapkan nilai yang baik dan benar di rumah, sesuai dengan karakter keluarga kita masing-masing. Buat saya, three magic words,  “Please”, “Thank You”, “Sorry” masih menjadi 3 kata yang wajib ditanamkan pada anak-anak. Berhubung di lingkungan kita juga ini sedang ramai soal kasus SARA, saya juga memberikan nilai-nilai tentang keberagaman. Yang pasti nilai keagamaan sesuai kepercayaan yang dianut setiap keluarga adalah hal yang paling utama. Saya percaya, setiap agama pasti mengajarkan kasih, bukan ujaran kebencian apa lagi ngajak bunuh-bunuhan.

Ikatan kuat dengan ayah dan ibu

Bukan jamannya lagi, peran ayah dan ibu dikotak-kotakkan. Ayah cari uang, ibu mengurus rumah dan anak-anak. Anak juga butuh pelukan dan main bersama ayahnya. Anak juga butuh lihat ibunya mandiri dan jadi perempuan kuat. Biar mereka tumbuh dalam lingkungan yang nyaman, aman, dan penuh percaya diri.

Rem interaksi dengan layar, gadget, dan internet

Kita terkadang suka sinis bilang, para millenials dan Gen-Z seringkali terlalu attach dengan gadgetnya. Well, hello…banyak juga lho Gen-Y yang begitu. Kalau kita mau anak-anak kita nggak begitu, kita juga harus mencontohkan hal yang sama. Sudahkah kita menjadi contoh yang baik? Saat ini saya sedang mengerem anak-anak dalam berinteraksi dengan layar, gadget, dan internet. Gadget detox istilahnya. Di saat yang sama, saya pun sebaiknya juga begitu. Kecuali berkenaan dengan pekerjaan atau hal-hal penting lainnya. Jangan pula kita menemani anak bermain, sambil memantau perkembangan terkini (baca:gossip) di whatsapp group. Saya ingin anak-anak saya paham bahwa tanpa hal-hal tersebut, mereka juga bisa tetap hidup, kok, dan bersenang-senang.

Baca juga:

Televisi Untuk Anak, Yay or Nay?

Jangan dibikin gampang

Sering, kan, ya ketemu anak yang sedikit-sedikit mutung kalau wifi nggak ada, lantas orangtua sibuk mencarinya. Demi tenang di restoran, sodorin game di tab atau smartphone. Soal tugas sekolah yang menanyakan ke guru malah si orangtuanya. Anak tinggal duduk manis, orangtua sudah siapkan. Please, mereka juga harus diajarkan yang namanya usaha. Kalau mereka lupa bikin tugas karena nggak mendengarkan gurunya, ya, sudah biarkan saja Sekali-sekali biarkan menerima konsekuensi. Jangan apa-apa dibikin gampang sehingga mereka memiliki daya juang yang rendah.

Itu semua kalau saya, gimana dengan mommies yang lain?

Baca juga:

Smart Parenting in Digital Area