Sorry, we couldn't find any article matching ''
Lentur Sebagai Orang tua Itu Penting
Lentur sebagai orang tua itu penting, lho!
Sekitar dua minggu yang lalu, Nara, anak saya, sembelit. Lima hari sudah dia nggak BAB. Setiap hasrat BAB dating, dia akan lari keliling rumah sambil memegangi pantatnya. Lalu, dia akan duduk di toilet selama setengah jam, sebelum akhirnya minta turun karena hasratnya sudah menghilang. Setelah diperiksa, dokternya bilang, “Ini banyak kok poop-nya. Cuma kayaknya ditahan. Karena memang harus dikeluarin, kita pakai mikrolax dulu, ya.”
Kami pun pulang setelah Nara diberi mikrolax. Sesampainya di rumah, dia BAB dengan lancar. Suami dan saya lalu memikirkan apa yang dikatakan dokter, “.. Cuma kayaknya ditahan.” Mungkin memang betul dia nahan. Tapi kenapa? “Soalnya kalo pup sakit.” Begitu jawabnya ketika kami nanya. Yaiyalah, sakit. Namanya juga sudah beberapa hari.
Tiga hari kemudian, dia belum BAB lagi. Gejalanya sama, muter aja keliling rumah, duduk di toilet lalu kabur. Saya mulai spaneng. Akhirnya, di hari ketiga, saya bilang ke dia, “Kalau kamu berhasil BAB sore ini dan kita nggak ke dokter lagi, kamu dapet mobil-mobilan.”
Seolah matahari terbit di mukanya yang buram. Setengah jam berikutnya, saat saya nanya “Kamu nggak mau BAB-nya dilanjutin nanti aja, Nak?” Dia jawab , “Aku mau pup sekarang.” Dan serius, akhirnya dia BAB. Saya belum pernah sebahagia itu ngeliat pup. “ “Yay! Aku dapet mobil!” kata Nara.
Ayahnya dan seisi rumah bersuka cita. Nara terlihat bangga dan senang karena akan dapat mobil-mobilan baru. Kelar kehebohan ini, saya dan suami ngobrol soal mobil yang saya janjikan. “Itu apa ya, reward atau bribe?” tanya saya. “Hahahaha. Apa, deh. Yang penting anaknya BAB!” jawab suami.
Label nggak penting buat kami saat itu. Bagi kami saat itu, lebih penting Nara mengalahkan rasa takut akan sakitnya. Dan kebetulan saja satu hal yang bisa membuatnya merasa rasa sakitnya itu ‘cemen’ adalah mainan mobil.
Boleh dibilang kami mendapat pencerahan hari itu saat obrolan kami bergeser tentang betapa sulitnya jika kita harus jadi orang tua yang kaku saat membesarkan anak. Rupanya kelenturan adalah salah satu ketrampilan penting yang perlu dimiliki para orang tua.
Lentur bukan berarti bebas, ya. Lentur berarti bergerak dalam koridor aturan yang tidak saklek. Aturan yang bisa beradaptasi sesuai dengan kondisi selama tujuan utamanya terpenuhi. Jadi boleh aja kita berpedoman pada panduan membesarkan anak yang kita jumpai di berbagai tempat. Buat kami, membesarkan anak, lebih mirip merambah hutan belantara yang akan lebih menenangkan dan menyenangkan kalau kita sudah berbekal peta tempat tujuan dan pengetahuan untuk melaluinya. Dan hutannya berbeda untuk setiap anak.
Setiap anak hadir dengan keunikan sifat dan kondisi yang memerlukan kelenturan kita. Setiap keluarga pun unik dengan segala situasinya, jadi fleksibilitas sangat penting dalam membesarkan anak.
Yang perlu diingat, sebuah peraturan yang berlaku di sebuah keluarga, belum tentu bisa diadopsi oleh keluarga yang lain. ‘Rapat keluarga’ untuk menentukan peraturan dan konsekuensi bisa jadi siasat menentukan aturan macam apa yang pas untuk keluarga kita. Komunikasi dua arah dan hubungan yang baik dengan anak juga bisa menjadi jalan supaya kita tahu betul apa yang diperlukan anak dalam koridor pedoman kita.
Lalu, ngomong-ngomong, yang saya lakukan tadi itu bribe atau dukungan? Jawabannya ada di sini :D
Wicahyaning Putri, Editor di Keluarga Kita – yang semula bernama 24hourparenting.com – kini berubah menjadi keluargakita.com. Keluarga Kita adalah penyedia konten edukasi keluarga dan berharap bisa menjadi teman seperjalanan keluarga Indonesia. Ikuti updatenya di Twitter: @KeluargaKitaID, Instagram: @keluargakitaid dan Facebook: Keluargakitaid
Share Article
COMMENTS