Bullying verbal memang tidak akan terlihat kasat mata, namun efeknya justru lebih 'mematikan' ketimbang tipe bulling yang lainnya. Mengapa?
Suatu hari, Bumi pernah bertanya ke saya, “Bu, kenapa, sih, nama aku ini Bumi? Aku nggak suka dengan nama Bumi”. Mendengarnya, jelas bikin saya patah hati. Kemudian, saya pun bertanya apa yang membuat anak lanang saya ini tidak suka dengan mana Bumi. Setelah ngobrol ini itu, akhirnya terungkap juga kalau dia merasa nggak nyaman saat ada teman atau orang yang baru dikenalnya komentar mengenai namanya.
Memang, sih, beberapa kali saya pernah mendengar ada teman barunya yang bertanya, “Kok, namanya Bumi? Namanya aneh, deh. Bumi ini kan yang kita injak-injak...”. Sejak saat itu saya pun menjelaskan tidak ada yang salah dengan namanya. “Bumi adalah satu-satunya planet yang bisa memberikan kehidupan pada semua mahluk hidup. Bumi adalah tempat yang nyaman dan indah buat semua orang. Jadi, nama Bumi itu bagus kan?”. Beruntung, sejak mendengar penjelasan dari saya, Bumi nggak pernah protes lagi.
Saya sendiri sangat percaya kalau dalam setiap nama ada doa dan harapan yang ingin dipanjatkan orangtua. Makanya, saya bisa dongkol kalau ada orang yang dengan seenak udelnya memberikan nama julukan pada Bumi seperti ‘Ndut’ atau ‘Si Gembrot’. Meskipun maksudnya cuma untuk guyon, tetap saja nggak pantas. Jadi, jangan heran kalau saya lantas protes. Untungnya, anak saya juga tipe anak yang komunikatif. Kalau memang nggak suka dan nggak nyaman, dia nggak akan sungkan untuk bilang langsung. Tapi bagaimana dengan anak-anak belum mampu mengutarakannya? Kebayang nggak bagaimana perasaannya?
*foto dari www.timesofmalta.com
Tanpa disadari pemberian nama julukan atau name calling, sebenarnya termasuk dari tindakan verbal bullying. Meskipun terlihat sepele, kenyataannya efek verbal bullying ternyata jauh lebih besar ketimbang bullying lainnya. Seperti yang diutarakan Liza Marielly Djaprie, penyandang gelar master psikologi klinis dari Universitas Indonesia bilang, “Bullying verbal biasanya tak terlihat, tetapi justru mematikan, karena tidak menimbulkan efek fisik seperti memar, namun nikam banget ke hati orang yang di-bully. Artinya, akan ada banyak efek psikologis ang bisa dirasakan, mulai dari tidak percaya diri bahkan, menganggap dirinya tidak ada harganya lagi”.
Jadi, kemarin Coca Cola baru saja meluncurkan sebuah kampanye 'Rayakan Namamu’, yang mengajak dan menyadarkan kita semua untuk merayakan keindahan makna dari semua nama. Kampanye ini turut menggandeng SudahDong, sebuah komunitas yang fokus pada anti-bullying.Waktu acara jumpa pers, Katyana Wardhana selaku pendiri SudahDong sempat menjelaskan kalau data UNICEF menyebutkan kalau saat ini ada 50% anak melaporkan mengalami bullying di sekolah. Hal ini pun menyebabkan anak-anak kehilangan minat untuk ke sekolah. Memilih untuk sering bolos bahkan akhirnya drop-out.
Memang, sih, sampai sekarang kasus tindak verbal bullying paling gampang ditemui, baik di sekolah, lingkungan sekitar bahkan rumah atau keluarga. Mulai dari tindakan memaki, mengejek, membodohkan, mengkerdilkan, termasuk dengan cara memberikan nama julukan. Lalu apakah hal ini lantas kita diamkan saja? Meskipun urusan bullying ini sangat kompleks, tapi orangtua punya peran yang sangat besar.
Ada banyak cara untuk mencegah anak kita jadi pelaku atau pun korban bullying. Selain perlunya mencotohkan beragam good manners, mengajarkan anak untuk melawan ketika di-bully, peran pendidikan agama juga sangat penting. Termasuk menanamkan nilai postitif seperti menanamkan prinsip untuk menghargai perbedaan. Termasuk dengan merayakan keindahan makna sebuah nama, cara ini bisa dijadikan langkah awal untuk kita semua melawan verbal bullying. Mari kita sama-sama memutus praktik pemberian nama julukan atau name calling.
Seperti yang diungkapkan Suryanto Gunawan, Marketing Manager Coca-Cola Indonesia, “Kami percaya nama seseorang memiliki keindahan yang perlu terus dihargai dan dirayakan. Karenanya, kami berharap kampanye ini dapat terus digulirkan dan bersama-sama kita dapat ikut menginspirasikan sebuah gerakan yang positif, sekaligus terus menghadirkan kegembiraan di tengah-tengah masyarakat.”
Mengingat bullying sangat berpengaruh dalam proses tahapan tumbuh kembang anak, yuk, kita sama-sama katakan say no to bully!