10 Kesalahan Ibu Baru

New Parents

Mommies Daily・28 Oct 2015

detail-thumb

Ditulis oleh: Nayu Novita

Kondisi “jet-lag” selepas menyandang status “ibu baru” membuat banyak di antara kita (termasuk saya tentunya) melakukan sejumlah kesalahan tanpa disadari.

Andai detak waktu bisa berputar ke arah kiri, ingin rasanya saya terbang kembali ke masa si kakak masih memakai popok dan minyak telon. Saya ingin mengingatkan diri sendiri untuk tidak melakukan kesalahan konyol yang membuat saya kurang menikmati momen sebagai orangtua baru. Tapi, yaa… berhubung mesin waktu cuma ada di bengkel Lang Ling Lung, yang bisa saya lakukan hanyalah berbagi pengalaman dengan para new mommies. Take it from me: tanpa “drama” yang sebenarnya tak perlu terjadi, hari-hari sebagai ibu baru akan terasa jauuuh lebih indah dan mudah dijalani. Bahkan siapa tahu aja banyak priceless moment sebagai ibu baru yang Anda rasakan.

Kesalahan #1: Gampang Panik

Ingeeeet banget, pas baru jadi ibu, kayaknya status saya selalu “siaga darurat” . Anak demam, muntah, nggak mau menyusu, timbul ruam dan sebagainya bawaannya panik. Padahal, setelah dipikir-pikir, tombol panik saya nggak perlu on terus kalau saya mau mencari informasi dari sumber terpercaya. Cek di internet dan cek ke dokter. Jadi kan saya bisa tahu kalau anak muntah, kapan perlu paniknya!

Kesalahan #2: Sibuk membandingkan

“Sudah bisa apa bayinya?” Ini adalah pertanyaan “jebakan” yang biasanya sukses menjerumuskan saya (dulu) ke dalam kancah kompetisi dengan sesama ibu lainnya. Ujung-ujungnya, pasti ada salah satu pihak yang terserang galau karena bayinya belum bisa duduk sendiri, merangkak, dan sebagainya, seperti bayi yang dijadikan pembanding. Tell the truth, ini adalah kegiatan yang menguras emosi dan waktu. Selama dokter tidak memberikan sinyal negatif, berarti proses tumbuh kembang si kecil masih berada dalam taraf normal.

Super Mom

*Gambar dari sini

Kesalahan #3: Nggak Pede

Dulu saya suka nggak pede karena sibuk mendengarkan nasihat yang mengalir deras dari berbagai penjuru—mulai dari orangtua, mertua, sampai teman-teman, mengenai cara merawat bayi. Parahnya lagi, nasihat tersebut terkadang saling bertolak belakang. Makanya, biar nggak bingung, saya sepakat dengan pasangan mengenai sumber informasi yang layak dipercaya, yaitu dokter anak dan pakar tumbuh kembang anak.

Kesalahan #4: Berusaha menjadi supermom

Sama seperti sosok wonder woman yang hanya ada di dalam komik, sosok supermom juga hanya ada dalam impian kita. Saya setuju dengan pepatah yang berasal dari Afrika, “It takes a village to raise a child”. Tanggung jawab membesarkan seorang anak memang tidak terletak di pundak ibu semata, tetapi juga orang-orang di sekelilingnya. Realistis saja, memangnya kita punya waktu dan tenaga yang cukup untuk mengurus bayi sendirian sekaligus bekerja dan mengurus rumah.

Kesalahan #5: Tidak belajar memberikan ASI

Ini kesalahan besar saya dulu. Berhubung percaya bahwa memberikan ASI adalah suatu proses alamiah yang akan berjalan lancar seiring waktu, saya lengah mencari tahu apa saja hambatan yang dialami para ibu yang baru mulai menyusui. Untuung.. saja ketemu dokter anak yang meyakinkan saya bahwa proses relaktasi (kembali memberikan ASI setelah pemberian sufor) bisa dilakukan.

Apa  5 kesalahan lainnya?

New Mom Shopping

*Gambar dari sini

Kesalahan #6: Belanja berlebihan

Yang namanya ibu baru pasti tak kuat iman ketika melihat benda-benda imut yang dipajang apik di rak-rak baby-shop. Mulai dari jumper, kaos kaki, sepatu, bantal, boneka, sampai furnitur, semuaaa... seakan berteriak minta dibawa pulang. Percaya nggak sih, kalau saya pernah membeli payung anak berenda ketika si kakak baru berumur 5 bulan? Please deh... Makanya, batasi kunjungan ke baby-shop dan kids area di mall-mall, daripada kebablasan menghabiskan dana untuk hal-hal yang tidak penting. Ingat juga nih ya: katalog itu bukan bahan bacaan! Seandainya dulu saya sudah baca tentang tips hemat untuk ibu baru.

Tired New Mom

*Gambar dari sini

Kesalahan #7: Lupa mengurus diri

Sebagai seorang ibu, tentu kita akan merasa senang dan puas jika bisa mengasuh anak dengan baik. Tapi jangan lupa, kita juga tidak boleh mengabaikan perawatan bagi diri sendiri, yaitu mencukupi kebutuhan tidur dan beristirahat, menyantap makanan bergizi, olahraga, dan rekreasi. Ungkapan “happy baby starts with happy mommy” bukanlah semboyan kosong. Jika kita merasa sehat, nyaman, dan bahagia, maka aura positif itu juga akan menular pada diri si kecil.

Kesalahan #8: Tidak melibatkan suami

Yang satu ini sih syukurnya tidak pernah saya alami. Tapiii.. banyak di antara para ibu baru yang melakukannya, lho! Dengan anggapan bahwa perempuan itu lebih jago merawat bayi dibandingkan pria, seringkali para ibu mendominasi semua proses pengasuhan—mulai dari memandikan, mengganti popok, sampai mengajak bermain. Padahal, sang ayah juga perlu merasa dipercaya dan dilibatkan dalam proses perawatan bayinya. Toh kalau pasangan sudah lihai mengurus bayi, kita juga yang akan menikmati hasilnya, kan?

Kesalahan #9: Memaksakan jam tidur

Berhubung ingin menerapkan rutinitas tidur sedini mungkin, tak sedikit ibu yang memaksa menidurkan bayinya di boks ketika ia tidak mengantuk. Alhasil, si kecil protes karena masih ingin bersama dengan ibunya. Padahal beberapa hari sebelumnya ia bisa tidur pada jam tersebut. Ujung-ujungnya, sang ibu jadi frustasi karena tak kunjung bisa mengajak bayinya terlelap. Semestinya sih kita santai saja dan tak perlu memaksakan diri. Soalnya, wajar saja kok kalau bayi mengalami perubahan waktu tidur di sepanjang pertumbuhan usianya.

Kesalahan #10: Selalu menganggap tangisan sebagai sinyal lapar

Bayi memang akan menangis kalau dia lapar. Tapi jangan lupa, dia juga akan menangis kalau sedang bosan, lelah, kedinginan, kepanasan, mengantuk, termasuk ketika digigit semut. Intinya, cara bayi menyampaikan rasa tidak nyaman, ya dengan cara menangis. Makanya, jangan buru-buru mengartikan tangisan bayi sebagai sinyal lapar. Salah-salah, si kecil akan semakin merasa tidak nyaman jika “dipaksa” makan sebelum ia lapar.

Nah, itu kesalahan saya dulu sebagai new mommy. Kalau Anda bagaimana?