*Gambar dari sini
Saya pernah menjalani bekerja di kantor. Ketika saya bandingkan dengan pekerjaan saya sekarang yang terus-menerus di sekitar rumah (alias ibu rumah tangga saja), nampaknya lebih menyenangkan saat-saat di kantor dulu, hahahaha… iya, buat saya bekerja di kantor lebih menyenangkan. Misalnya, banyak bertemu orang yang lebih dewasa atau sebaya dengan saya (sedangkan sebagai ibu rumah tangga, otomatis saya lebih banyak bertatap muka dengan anak yang masih balita ketimbang orang dewasa seumur saya). Belum lagi terlibat percakapan yang “dewasa” juga saat masih bekerja di kantor dulu (untuk sekarang, saya lebih banyak bercakap-cakap sesuai dengan umur anak dong). O ya, perjalanan dinas adalah hal yang selalu saya tunggu-tunggu saat bekerja di kantor dulu. Mengunjungi daerah baru, bertemu dengan orang baru dan selalu terlibat percakapan seru adalah hal-hal menyenangkan saat bekerja di kantor. Tapi itu dulu ya dan sesuai dengan pengalaman saya yang pernah bekerja di sebuah perusahaan konsultan. Nggak enaknya selama bekerja adalah saat deadline tiba atau atasan lagi nggak mood. Itu saja sih nggak enaknya. Selebihnya, bekerja di kantor cukup menyenangkan bagi saya.
Saya sendiri agak kaget saat beradaptasi menjadi seorang ibu rumah tangga secara penuh. Ditambah lagi, banyak kegiatan saya seputar mengurus rumah dan suami ketika anak belum hadir ke dunia ini. Saat anak lahir, kesibukan saya pun bertambah: mengurus suami, mengurus rumah dan mengurus anak. Soal rasa bosan dan keinginan untuk bekerja di kantor atau di luar rumah pernah membara di hati saya selama dua tahun di awal pernikahan kami. Oh, jangan ditanya kelabilan saya. Benar-benar naik-turun seperti roller coaster. Sesaat ingin di rumah saja, namun di kemudian hari rasanya ingin pergi keluar rumah dan pulang saat malam tiba.
Setelah belajar menelaah apa yang terjadi pada diri saya, akhirnya saya berani menyimpulkan bahwa ibu rumah tangga pun rentan terkena stres. Dan hal ini merupakan hal yang wajar. Banyak pemicunya, antara lain lingkungannya bergaul yang hanya di sekitar area seputar rumah atau komplek, jarang berkomunikasi dengan manusia dewasa lainnya (selain keluarga ya) atau rutinitas rumah tangga yang itu-itu lagi. Lambat laun, rasa bosan yang menumpuk akan meledak dan membuat emosi kita menjadi tidak terkendali.
Setelah lima tahun bergulat menjadi ibu rumah tangga secara penuh, saya mulai belajar mengatasi stres dengan cara saya sendiri. mau tau? Lihat di halaman berikutnya ya!
*Gambar dari sini
Mendengarkan lagu favorit atau mencari tahu lagu teranyar-masa kini dapat membantu saya mengendorkan urat-saraf yang sempat tegang. Setelah hilir-mudik bergulat dengan rutinitas yang ada, mendengarkan lagu melalui handphone (lebih seringnya dengan bantuan earphone)atau sambil menyaksikan video klip music via youtube membuat saya merasa tenang kembali. Tak jarang, saya ikut bernyanyi meski dalam volume kecil. Iya, saya cukup sadar bahwa suara saya tidak terlalu renyah di telinga orang lain.
Halaman rumah bukanlah area yang harus setiap hari bisa dibersihkan. Namun jangan salah loh, ternyata buat saya, sembari mencabut rumput liar, memotong dahan yang kering, menanam tanaman yang saya inginkan bisa memberikan kepuasan tersendiri. Dijamin, rasa puas itu memberikan kesenangan batin yang tak terkira! Apalagi, jika tanaman yang kita tanam dengan kedua tangan kita sendiri memberikan hasil yang bagus, dijamin hati ini makin girang tanpa batas.
Aneh ya. Tapi, inilah 'tindakan mencegah stres' yang selalu saya lakukan. Enaknya lagi, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Caranya pun mudah. Saya hanya perlu berkonsentrasi pada nafas yang masuk melalui hidung dan keluar melalui mulut. Biasanya, saya ikut melatih otot perut sambil mengatur nafas dengan cara perlahan. Kadang, saya juga menutup mata dan membiarkan pikiran saya kosong sejenak. Hasilnya, setelah melakukan pernafasn dengan sadar, pikiran saya menjadi plong. Hati pun ikut tenang.
Selanjutnya: Ke luar rumah yuk!
Buat saya, berdiri tegak sejenak di luar rumah saat pagi atau sore hari memberikan ketenangan bagi pikiran saya. Melihat hijaunya rumput di halaman atau langit di atas kepala saya, membuat hati saya menjadi tenteram. Tak jarang, saya juga melakukan bernafas secara sadar saat berdiam diri di halaman rumah.
Setiap minggu, saya selalu menyempatkan waktu untuk : menggunakan masker wajah, melakukan scrubbing pada wajah dan badan serta menyediakan waktu khusus untuk memijat kulit kepala plus masker rambut. Semuanya saya lakukan seorang diri karena hingga saat ini saya masih belum mempunya waktu untuk ke salon. Awalnya saya sebal karena tidak bisa pergi ke salon. Tapi setelah dirutinkan, hasilnya tetap bagus. Bahkan saya jadi lebih mengerti kondisi kulit kepala, wajah dan tubuh saya. Pengerjaannya pun bisa diatur dan selang seling kapan kita mau. Efek positif lainnya adalah tidak ada biaya tambahan selain membeli produk yang kita pakai dan tidak buang waktu dengan menunggu di salon.
Semua yang saya lakukan hanyalah sebagian kecil dari beberapa tindakan pencegahan terhadap stres. Jika dulu saya memilih untuk jajan, bengong tanpa arah atau leyeh-leyeh di depan televisi untuk mengisi waktu luang, kali ini saya memilih melakukan hal-hal yang memberikan efek positif bagi kesehatan jiwa saya. Ditambah lagi, semua kegiatan ini bisa dilakukan di rumah dan bisa dilakukan dalam waktu kurang dari setengah jam (meskipun melakukannya dalam waktu lama juga tidak dilarang). Namun, jangan lupakan manajemen waktu agar waktu luang seperti ini bisa kita dapatkan.
Jadi, sudah siap kan untuk mencegah kedatangan stres?