Sebagai perempuan pasti bukan hal yang aneh dong punya geng? Sepertinya itu sudah tidak terelakan di mana kita punya sekelompok teman-teman dekat entah itu teman dari jaman sekolah, kerja atau satu permainan. Waktu masih muda (eh, sekarang juga masih muda deng :p), punya geng itu biasa. Tapi apa jadinya ketika sudah mulai terjadi "perpecahan" di antara teman-teman ini? Yang saya maksud dengan perpecahan di sini bukanlah karena beda prinsip atau karena ketidakcocokan, tapi lebih karena beda status. Kalau dulu, lagi-lagi ketika masih muda, status hanya sudah punya pacar atau jomblo. Kalau sekarang, sudah mulai memasuki tahap: belum menikah, menikah dan sudah punya anak.
Biasanya yang terjadi adalah:
Kalau masalah nomor satu sih udah lah yah nggak usah dibahas lagi. Namanya juga baru nikah dan belum punya anak, lagi menikmati hidup sebagai pasangan, lebih baik sebagai teman kita mengerti saja. Lagipula ini juga nggak bisa selamanya :D
Nah tapi yang permasalahan nomor dua dan tiga ini, loh, yang kerap saya hadapi. Biasanya begini skenario yang saya hadapi:
Saya: Ketemuan yuk geng [broadcast to group]
X (single): Ayuk. Kabarin aja kapan.
Y (married): Bisa, setelah jam kerja aja ya. Weekend pacaran sama suami.
Z (married with kids): Yah jangan malem dong, anak udah tidur nanti rewel. Kalau ketemuan weekend, deket tempat gue aja, tempatnya kids friendly.
Saya: *murka*
Biasanya, teman yang single masih bebas waktunya jadi fleksibel dan paling gampang dikorbankan masalah jadwal. Yang sudah nikah, yah mau nggak mau harus bawa suami, kita juga harus bisa berteman dengan sang suami. Tapi yang punya anak? Wah, yang membuat saya biasanya murka adalah syarat dari mereka terkesan tidak bisa diganggu gugat, take it or leave it. Jadinya sebagai teman lama kelamaan saya jadi punya persepsi, jangan ajak si Z kalau malam hari atau tempatnya sempit, dll, dsb, karena sudah pasti tidak bisa dan ribet. Nggak salah dong saya punya persepsi ini?
Sebenarnya ini bisa diselesaikan dengan beberapa kompromi:
For all Mommies out there, please make some compromises and do spare time with your friends. Jangan biarkan karena punya anak jadi alasan keribetan sendiri dan tidak punya waktu bertemu teman dan malah jadi menyebalkan. Sebenarnya, bertemu teman-teman lama itu salah satu kegiatan yang menyenangkan dan bisa membuat kita rileks juga.
Oia, sebelum menilai saya adalah teman menyebalkan yang tidak mengetahui kondisi teman yang punya anak, sedikit saya ceritakan tentang saya ya. Saya adalah yang pertama menikah di antara teman-teman satu geng saya dan punya anak pada usia 24. Anak saya sekarang usianya sudah 7 tahun, paling besar di antara anak-anak teman saya yang lain. Jadi, saya juga pernah merasakan kok berada di posisi ribet harus keluar dengan anak. Malah saya senang diajak jalan sama teman-teman saya. Walaupun sudah ada buntut, mereka masih mau menghadapi saya dan keribetan saya. Biasanya mereka akan saya "palak" buat jadi babysitter dadakan untuk menjaga anak saya sementara saya bisa leyeh-leyeh sejenak.
Sekarang sih rasanya teman-teman saya rata-rata sudah insaf. Seiring dengan tambah besarnya anak dan lebih banyak pengalaman sebagai Ibu :D
*thumbnail dari sini