banner-detik
PRETEEN & TEENAGER

5 Pelajaran Penting untuk Remaja dari Film ‘To All The Boys I’ve Loved Before’

author

annisast27 Aug 2018

5 Pelajaran Penting untuk Remaja dari Film ‘To All The Boys I’ve Loved Before’

Sabtu malam kemarin, saya mengikuti hype orang-orang satu timeline yang histeris pada film Netflix Originals berjudul ’To All The Boys I've Loved Before’. Setelah nonton, ternyata sebagus itu lho!

Bercerita tentang Lara Jean, remaja Asia-Amerika berusia 16 tahun yang selalu menulis surat cinta untuk orang yang disukainya namun tidak pernah benar-benar dikirimkan. Suatu hari, surat-surat itu dikirim diam-diam oleh adiknya dan konflik pun dimulai.

Di luar kisah cinta remaja yang membuat pipi bersemu merah, film yang diadaptasi oleh novel ini juga punya banyak pesan untuk remaja. Terutama bagi yang baru ingin coba-coba punya pacar.

Menurut saya, mommies yang punya anak remaja (dan mengizinkan anak pacaran dengan berbagai perjanjian) bisa banget nonton ini sambil memasukkan value keluarga tentang pacaran dan jatuh cinta. Filmnya aman kok, hanya adegan ciuman saja tidak ada adegan di ranjang sama sekali.

Ini 5 pelajaran penting yang bisa diambil dari film ‘To All The Boys I’ve Loved Before’:

Prinsip tentang cinta dan pacaran

to-all-the-boys-i-loved-before

Saat remaja seumurannya berpacaran, Lara Jean tetap memegang prinsip pribadi bahwa ia hanya akan berpacaran pada seseorang yang benar-benar spesial. Kakaknya, Margot juga memegang prinsip yang sama. Margot bahkan selalu mengajak adiknya saat pergi kencan agar adiknya tidak kesepian.

Margot juga mengambil keputusan besar, ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya karena si pacar ingin ikut kuliah bersamanya ke Skotlandia. Alasannya bikin terharu “iingat pesan ibu, ibu tidak pernah mengizinkan kita untuk membawa pacar saat kuliah”. Terharu karena ibunya sudah meninggal namun pesannya selalu diingat dan diterapkan.

Seks itu hanya untuk orang yang spesial

to-all-the-boys-i-loved-before-4

Di sini value keluarga bisa dimasukkan ya, misal hubungan seksual yang sehat itu adalah dengan suami setelah menikah karena suami sudah pasti adalah orang yang spesial.

Lara Jean memegang prinsip ini dengan sangat teguh. Ia bahkan membuat kontrak yang ditandatangani, nomor satunya adalah “No Kissing” karena ciuman hanya untuk orang yang spesial, bukan hanya untuk pacar pura-puranya.

Cowok harus mengerti soal consent

to all the boys i loved before 3

Yes, di tengah banyaknya berita pemerkosaan, yang harus diajari bukan hanya anak perempuan harus menjaga diri. Anak laki-laki juga harus diajari soal consent. soal bagaimana ia harus meminta izin perempuan (dan siapapun) jika ingin menyentuhnya.

Saya bahkan sudah mengajari ini mulai sekarang lho. Meski Xylo baru berumur 4 tahun, ia tidak boleh memegang tangan atau kaki teman perempuannya JIKA teman perempuannya tidak suka. Consent is as simple as that.

Peter yang digambarkan sangat sempurna, juga setuju pada konsep ini. Ia setuju dan menandatangani kontrak untuk tidak mencium Lara Jean karena Lara Jean tidak mau.

Keluarga itu yang terpenting

to-all-the-boys-i-loved-before-5

Film ini menunjukkan keluarga yang kompak sekali satu sama lain. Lara Jean, anak tengah dari 3 bersaudara perempuan selalu bercerita apapun pada kakak dan adiknya. Mereka berpelukan bersama ketika sedih, saling menghibur, dan saling memperhatikan satu sama lain.

Ayah mereka yang seorang dokter kandungan juga selalu terlihat ceria dan sangat terlibat mengurus rumah tangga. Dari masak sehari-hari sampai membuat cupcakes.

Be like Lara Jean

to-all-the-boys-i-loved-before-2

Meski termasuk minoritas, Lara Jean tidak terjebak dalam stereotype orang Asia di Amerika. Ia sangat percaya diri, pintar, lucu, pemberani, dan stylish. Ia tidak takut tampil beda di antara teman-temannya.

Lara Jean juga terbiasa menyelesaikan masalah sendiri. Ia berani menghadapi Genevieve (karakter antagonisnya) sendirian tanpa meminta ditemani siapapun. Ia berani mengungkapkan perasaan dan tidak memendamnya sendirian. Be like Lara Jean!

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS