banner-detik
PARENTING & KIDS

Orang Tua, Didik Anak Perempuan Agar Berani Bersuara, Bukan Untuk Jadi Sempurna

author

Sisca Christina08 Mar 2021

Orang Tua, Didik Anak Perempuan Agar Berani Bersuara, Bukan Untuk Jadi Sempurna

Mindset mendidik anak perempuan harus menjadi sosok yang penurut, lemah lembut dan sempurna sudah harus diubah. Saatnya mendidik anak perempuan agar menjadi pribadi yang berani bersuara.

Dunia ini sudah sangat bising. Anak-anak perempuan perlu diajarkan untuk berani bersuara agar didengar. Ini adalah soft skill penting yang wajib dimiliki anak perempuan. Tentunya, ini bukan perkara mudah. Sebab, sebagian masyarakat masih terkungkung dalam paradigma lama bahwa anak perempuan harus lemah lembut, menurut, dan menjadi warga rumah nomor dua setelah laki-laki. Nggak jarang, suaranya pun kerap diabaikan.

Pada tahun 1991, studi American American Association of University Women tentang anak perempuan terkait dengan harga diri menunjukkan, pada usia 9 tahun, sebagian sebagian besar anak perempuan percaya diri, tegas, dan merasa positif tentang diri mereka sendiri.

Sayangnya, ketika mencapai sekolah menengah, kurang dari sepertiga yang masih merasa seperti itu. Lebih dari 20 tahun kemudian, kesimpulan penelitian masih sama: harga diri anak perempuan "merosot" setelah usia 9 tahun, menurut laporan 2007 dari American Psychological Association (APA).

Menurut studi dari Pusat Studi Anak Universitas New York, ini terjadi karena pada sekitar usia 10 tahun, fokus anak perempuan mulai bergeser dari prestasi dan kemampuan, ke penampilan.

Sejalan dengan itu, studi APA juga mengutip bahwa seksisme anak perempuan adalah dalang utamanya, menyebabkan anak perempuan melihat harga diri mereka identik dengan daya tarik seksual mereka. Hasilnya, mereka menjadi pasif, sadar diri, terobsesi dengan penampilan dan, pada akhirnya, tidak bahagia dengan diri mereka sendiri.

Lalu, apa yang harus dilakukan orang tua untuk mendidik anak perempuannya agar tumbuh menjadi anak yang percaya diri, mandiri, tegas dan berani bersuara?

5 Tips Mendidik Anak Perempuan Agar Berani Bersuara

 Sebelum nantinya anak berani bersuara, terlebih dahulu orang tua perlu mengajarkan beberapa hal berikut, sejak dini.

Bantu mereka bangun rasa percaya diri

Kembangkan sikap "Saya bisa melakukan ini" pada putri mommies, agar mereka belajar mengandalkan kemampuan mereka sendiri untuk membuat keputusan sehingga menjadi lebih percaya diri. Syaratnya, orang tua harus memberikan kesempatan kepada mereka untuk menunjukkan bahwa mereka mampu. Jangan buru-buru menawarkan bantuan kalau anak menghadapi kesulitan. Singkirkan dorongan hati untuk mengambil alih tugas anak hanya karena: “biar cepat dan biar sempurna”. Ketika anak berbuat salah, mereka jadi bisa belajar dari kesalahannya dan nggak menghindari risiko. Saat anak percaya pada dirinya sendiri, di situlah akan timbul keberaniannya.

Melatih kecerdasan emosi

 Sejak dini, latih kecerdasan emosi putri mommies dengan membangun kosakata emosionalnya. Gunanya, agar mereka mampu mengidentifikasi emosi yang dia alami, kemudian memahami dan menghadapi emosi tersebut. Caranya, sering-sering mengobrol santai dengan anak, dan dengarkan apa yang dia katakan. Anak akan jadi lebih berani untuk mengungkapkan isi hati, pikiran, perasaan dan pendapatnya, saat ia didengar.

Baca juga: Validasi Perasaan Anak dengan 6 Teknik Ini Untuk Redakan Emosi

Tumbuhkan ketahanan diri anak

Ternyata, komentar spontan yang sering dilontarkan kepada anak perempuan: “kamu cantik sekali” atau “kamu imut banget”, secara nggak langsung telah membentuk definisi seorang anak perempuan sesuai dengan apa yang dilihat dan dipikirkan orang, yaitu berdasarkan penampilan fisiknya.

Padahal, anak-anak perempuan perlu ditumbuhkan ketahanan dirinya, yaitu sebuah kualitas diri yang menjadi bagian dari karakternya, bukan tentang penampilannya. Saat anak mengalami kemalangan atau sakit hati, orang tua perlu menahan diri buat nggak langsung “turun tangan”. Betul, sebagai orang tua, kita punya naluri melindungi putri kita dari rasa sakit. Namun, anak perempuan perlu belajar mengatasi rasa sakit sendiri. Tugas orang tua yaitu menumbuhkan ketahanan anak dengan mendorong anak perempuan untuk bangkit kembali dan mencari solusi sendiri. Jika anak prempuan memiliki ketahanan diri yang kuat, iapun akan lebih berani mengambil risiko.

Tumbuhkan rasa ingin tahu anak

Pancing anak untuk banyak-banyak bertanya. Di jaman saya sekolah, anak-anak begitu enggan mengangkat tangan dan bertanya. Entah karena malu, takut salah atau tidak mau dianggap nggak ngerti.

Sedari kecil, rangsang anak untuk banyak bertanya. Biarkan ia mempertanyakan bagaimana pelangi terbentuk. Lalu duduklah bersamanya untuk mencari jawabannya. Namun, ketika ia sudah besar, biarkan ia meneliti sendiri jawabannya. Ini membantu mereka untuk lebih mengenal dirinya sendiri, mengembangkan perasaan serta keterampilannya, sekaligus membangun empati pada sekitar. Ini juga akan mendorong anak untuk mampu berbicara atas namanya sendiri atau saat ia merasa perlu membela sesuatu yang dianggapnya benar.

Ajar anak agar merasa positif tentang dirinya

Orang tua dapat membimbing anak perempuan untuk memahami kekurangan mereka sendiri, menerimanya, namun pada saat yang bersamaan juga belajar dari kekurangannya itu, melakukan ”evaluasi” secara teratur, serta memperbaiki diri. Jika anak-anak tidak dibekali dengan kemampuan ini, ia bisa menjadi minder, dan tidak berani berdiri untuk dirinya sendiri.

Lagi-lagi, kita perlu banyak mengobrol dengan anak perempuan kita. Mintalah ia mengevalulasi apa yang telah dilakukan dalam satu hari. Dengan mengajari mereka untuk mengevaluasi diri mereka secara realistis secara teratur, ketika suatu saat mereka membuat kesalahan besar, mereka bisa memahami bahwa kesalahan adalah bagian hidup, dan memiliki keberanian untuk bertanggung jawab. Namun demikian, masih mampu bersikap positif dan tidak terus-menerus menyalahkan diri.

Baca juga:

8 Kesalahan yang Membuat Momen Orangtua Bonding dengan Anak Gagal Total

Kenapa Anak Harus Diajari Menghargai Perbedaan Sejak Dini

Share Article

author

Sisca Christina

Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan