Haruskah (Selalu) Bilang Iya Ketika Suami Mengajak Berhubungan Intim?

Sex & Relationship

adiesty・07 Sep 2016

detail-thumb

Badan capek bin pegal, ngantuk juga sudah di ubun-ubun. Tiba-tiba suami kasih kode untuk mengajak berhubungan. Duuh... bagaimana, dong? Iyakan saja atau langsung tolak ya?

Oke, saya mau membuat satu pengakuan. Meskipun hubungan seksual perlu dan  harus tetap dijaga supaya rasanya nggak jadi hambar, tapi tetap saja ada momen di mana saya kurang semangat menjalaninya. Sudahlah... saya nggak mau bohong dengan bilang kalau setelah melewati beberapa fase  pernikahan, di mana usia pernikahan sudah lebih dari 7 tahun, hubungan seksual dengan suami masih spektakuler seperti saat pangantin baru. Ya, dulu ketika baru menikah, bawaannya mau nempel terus dengan suami. Kalau sekarang? Jelas saja berbeda :D

ISTRI TIDAK PUAS KEPADA SUAMI (SEX)

Belum lama ini, saat sedang pillow talk dengan suami, saya sempat bertanya, "Mas... kalau kamu mau mengajak aku berhubungan seksual, lantas aku menolak, gimana?". Dengan mimik muka serius, suami saya langsung jawab. "Aduh... gimana, ya? Umh.... dongkol, sih, ya, pasti. mau gimana? Tapi selama ini aku nggak pernah maksa kamu kan?".

Apa yang dikatakan suami saya ini benar, sejauh ini setiap melihat saya nggak mood, suami memang nggak pernah memaksa. Sejauh ini saya dan suami memang selalu berusaha terbuka dalam segala hal, termasuk urusan yang satu ini. Buat kami honesty is best policy. Buat apa pakai pura-pura mau kalau menjalaninya dengan perasaan terpaksa?

Seorang teman pernah bercerita ke saya, kalau dirinya salalu nggak bisa menolak ketika diajak berhubungan seksual dengan suaminya. Ia pun mengaku menjalankannya dengan rasa terpaksa, bahkan menilai apa yang ia lakukan merupakan ‘charity sex’. Hubungan seksual lantaran hanya ingin memuaskan pasangan. Mendengarnya saja saya sudah merasa iba. Bukankah idealnya hubungan seksual dilakukan dengan perasaan suka sama suka?

Tapi..... saya sendiri yakin kalau setiap pasangan punya visi tersendiri tentang kehidupan seksualnya. Rules yang diterapkan juga bisa berbeda, tapi buat saya dan suami selain bermanfaat bagi kesehatan tubuh, hubungan seksual juga merupakan bagian dari ‘rekreasi’.

Balik lagi ke persoalan di atas, ketika suami mengajak berhubungan seks, sebenarnya apakah seorang istri harus SELALU bilang iya?

Kalau menurut Santi Siera, Managing Editor Female Daily, yang sudah menikah 19 tahun, “Sah-sah saja, kok, menolak suami ketika diajak berhubungan. Saya selalu bilang kalau kondisi badan memang sedang lelah, atau misalnya besok pagi ada meeting yang harus saya hadiri. Tapi, saya selalu menjanjikan waktu lain untuk ‘menebus’nya”. Mbak Santi juga menambahkan, bahwa dirinya kerap terus terang sejak awal menikah. “Jadi, nggak cuma baru-baru ini saya bilang ke suami. Buat kami, seks itu kebersamaan. Jadi harus enjoy melakukannya”.

Hal senada juga diungkapkanThatha, salah satu penjaga gawang Mommies Daily. Thatha bilang, “Buat gue nggak harus kok, bilang iya saat suami mengajak hubungan seksual. Pasti ada kalanya kita juga merasa capek, apalagi kan gue suka pulang kerja dan sampai di rumah malam hari. Tapi, ketika menolak gue pun akan memberikan ‘kompensasi’ dengan mengganti hari untuk melakukannya”.

Dalam hal ini saya pun sempat bertanya pada Anna Surti Ariani, S. Psi, M. Psi sebagai psikolog keluarga. Ia menjelaskan, “Kalau dilihat dari sisi psikologi kan yang penting adalah bagaimana caranya supaya relasi pasutri masih terus dijalani dengan sehat. Jadi yang bisa dilakukan sih sebaiknya memang berterus terang kepada suaminya. Ketika berterus terang sebaiknya mengungkapkan kata-kata yang baik, yang empatik. Jadi misalnya, jangan bilang, ‘Aku males berhubungan karena kamu bau," atau, ‘Kamu mestinya ngerti, kek, aku kan capek ngurus anak. Kamu mah enak, minta-minta seks aja."

Psikolog yang kerap saya sapa dengan panggilan Mbak Nina Teguh ini juga tidak menampik, jika penolakan istri bisa memicu masalah dalam hubungan. Salah satunya bisa saja menimbulkan persepsi yang keliru di mana penolakan istri bisa berdampak secara biologis ataupun menyinggung perasaan kejantanannya. Untuk itulah, Mbak Nina menyarankan salah satu cara memperhalus keterusterangan adalah dengan menggunakan I message. “Misalnya dengan bilang, ‘Aku pasti lebih semangat kalau kamu mandi dulu,’ atau, ‘Aku sebetulnya mau, tapi aku capek sekali karena seharian ini si kecil rewel banget.’ Setelahnya bisa kasih usulan, misalnya, ‘Boleh nggak kalau malam ini aku peluk kamu aja?’”.

Di sisi lain, Mbak Nina juga menegaskan kalau dalam hal ini suami juga memang perlu sensitif dan menghargai permintaan ataupun keinginan istrinya. Sebelum mengajak hubungan seksual, nggak ada salahnya, lho, perhatikan aktivitas dan kondisi emosional istri lebih dulu. Kerja seharian di kantor plus ngurus anak di rumah sering kali bikin badan rasanya rontok.

Kalau suami terus menuntut dengan mengatakan meminta haknya bagaimana? Umh, kalau buat saya, sih, urusan hak juga harus dikaitkan juga kewajiban. Kalau cuma menuntut haknya  saja, bukankah hal tersebut hanya mencerminkan keegoisannya? Menurut Mommies yang lain gimana?