banner-detik
SELF

Take Back Your Family Time

author

fiaindriokusumo06 Jul 2015

Take Back Your Family Time

Idealnya, cuti menjadi waktunya orangtua memberi atensi penuh untuk anak -  asal orangtua memilliki komitmen. Yang sering jadi masalah adalah MINIMNYA KOMITMEN para orangtua untuk menghabiskan cuti bersama anak-anak.

Saat mengumpulkan hari cuti, saya memiliki semangat yang sama besarnya dengan menabung uang di bank. Kenapa? Ya, karena kesibukan saya bekerja, jujur saja saya hanya memiliki sedikit waktu bersama anak-anak setiap harinya. Kalau jalanan lagi ramah, lumayan cepat bisa sampai di rumah dan masih bisa quality time walaupun sebentar. Nah, kalau jalanan lagi bersikap kejam, bisa dipastikan anak-anak sudah tidur lelap saat saya membuka pintur kamar mereka. Maka, hari cuti menjadi ‘hari pembalasan’ atau ‘penebusan’ hilangnya waktu saya bersama keluarga.

Family-Time-Poster

*Gambar dari sini

Tapi, seperti saya tulis di atas, biasanya ‘masalah’ ada di orangtua yang seringkali melanggar tujuan cuti itu sendiri (tunjuk diri sendiri!). Tak jarang (walaupun tidak setiap cuti juga saya melakukan ini) hari cuti malah saya gunakan untuk beristirahat seharian. Jadi kembali lagi, memang saya harus meningkatkan komitmen saya untuk fokus pada anak-anak di saat cuti. Saat komitmen sudah tercipta, maka terapkan beberapa aturan berikut ini agar cuti benar-benar dapat dimaksimalkan bersama anak dan pasangan. Hey, this is  time to take back your family time!!!

1. CUTI BUKAN BERARTI BEKERJA DARI RUMAH

Acungkan tangan untuk Anda yang cuti tapi kenyataannya masih juga mengurus pekerjaan. Takut dihubungi oleh rekan kerja, atasan atau calon klien potensial? Kalau Anda merasa takut mengecewakan rekan kerja, atasan atau klien, kenapa Anda tidak merasa takut jika mengecewakan keluarga Anda?

H-2 sebelum cuti, tak ada salahnya Anda menginformasikan ke rekan kerja di  kantor tentang rencana Anda. Jadi, jika ada urusan pekerjaan yang membutuhkan keterlibatan Anda, mereka bisa ‘ mengejar’ Anda selama 2 hari itu. Minta pengertian mereka untuk tidak mengganggu Anda di saat cuti. Percaya deh, tetap bekerja di saat cuti itu bukan berarti Anda berdedikasi, tapi Anda tidak menghargai diri sendiri dan juga keluarga Anda.

2. MINIMALKAN KETERLIBATAN ASISTEN RUMAH TANGGA

Saya pernah mengalami dua kondisi yang berbeda. Pertama, saat cuti namun ART saya masih ada, yang terjadi adalah saya merasa ada orang lain yang bisa saya titip untuk menjaga anak-anak. Jadi, sebentar-sebentar bisa saya tinggal tidur, tinggal baca, nonton DVD, dsb. Kalau dipikir-pikir, memang sih saya cuti dan tidak mengurus pekerjaan kantor, tapi tetap saja anak-anak lebih banyak bersama ART. Kondisi kedua, saat cuti namun bertepatan dengan ART sudah mudik. Nah, karena tidak ada orang lain yang membantu saya menjaga anak, jadi mau tidak mau saya terjun langsung dan full mengurus mereka. Ternyata bisa-bisa saja dan saya enjoy, kok, menjalaninya.

Kalau memang terlalu lelah mengurus semua sendiri, colek saja pasangan Anda dan minta bantuannya. Mengurus anak-anak tanpa bantuan ART, hanya Anda dan pasangan, ini menjadi momen yang bagus untuk membuat Anda berdua semakin kompak dan solid. Anak-anak pun merasa lebih nyaman dipegang oleh kedua oangtuanya. Dan, biasanya, kekompakan ini menular juga ke anak-anak.

3. MEMILIH KEGIATAN YANG MELIBATKAN SELURUH ANGGOTA KELUARGA

No smartphone sudah, no work sheet sudah, no ART sudah, tapi kemudian Anda masing-masing sibuk dengan mainan dan aktivitas yang berbeda. Nggak salah. Tapi kenapa tidak mencoba memilih aktivitas yang akan melibatkan Anda sekeluarga. Pilihan favorit saya biasanya adalah bermain board game. Mulai dari permainan ludo, ular tangga, halma sampai monopoli. Mainan zaman saya kecil dulu ini ternyata seru saat dimainkan bersama anak-anak dan pasangan, lho. Board games yang terlihat sepele, faktanya dapat memberi banyak edukasi bagi si kecil. Mulai dari berhitung, memikirkan strategi, melatih kejujuran, mengajarkan anak bersikap lapang dada saat kalah bermain dan masih banyak lagi.

A+family+playing+a+board+game

*Gambar dari sini

4. NO SMARTPHONE

Bosan, ya, rasanya mendengar aturan yang satu ini. Ya, mau gimana lagi. Memang gadget kalau tidak digunakan dengan bijaksana pada akhirnya hanya akan menjauhkan manusia satu dengan yang lainnya. Dan, ini biasanya berawal dari antara anggota keluarga di rumah. Biasanya apa, sih, yang membuat kita gatal ingin mengintip gadget atau smartphone? Aktivitas di social media. Benar, nggak? Memangnya kalau Anda tidak eksis di social media selama beberapa hari terus eksistensi Anda akan hilang? Tidak juga, toh!

Kalau Anda segitunya ingin tahu kegiatan teman-teman di luar sana, lebih baik ajak ngobrol anak-anak dan pasangan lalu bertanya bagaimana kegiatan mereka selama Anda sibuk bekerja. Percaya deh, anak itu kalau ditanya satu pertanyaan akan memberikan jawaban yang panjaaaaaang sekali. Obrolan ini juga akan membuat komunikasi dengan pasangan tetap hidup.

Jadi, mommies, siap untuk merebut kembali quality time Anda bersama keluarga di hari cuti?

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan