Jangan Jadi Teman Menyebalkan Karena Status Ibu

Etc

DesZeLL・13 Feb 2014

detail-thumb

Sebagai perempuan pasti bukan hal yang aneh dong punya geng? Sepertinya itu sudah tidak terelakan di mana kita punya sekelompok teman-teman dekat entah itu teman dari jaman sekolah, kerja atau satu permainan. Waktu masih muda (eh, sekarang juga masih muda deng :p), punya geng itu biasa. Tapi apa jadinya ketika sudah mulai terjadi "perpecahan" di antara teman-teman ini? Yang saya maksud dengan perpecahan di sini bukanlah karena beda prinsip atau karena ketidakcocokan, tapi lebih karena beda status. Kalau dulu, lagi-lagi ketika masih muda, status hanya sudah punya pacar atau jomblo. Kalau sekarang, sudah mulai memasuki tahap: belum menikah, menikah dan sudah punya anak.

Biasanya yang terjadi adalah:

  • Yang belum nikah sebal karena temannya yang sudah nikah tidak punya waktu untuk mereka lagi, mau apa-apa harus sama suami.
  • Yang belum nikah atau menikah tapi belum punya anak sebal sama yang sudah punya anak karena kalau diajakin ketemuan ribetnya bukan main.
  • Nah yang sudah punya anak kesal karena ribet pergi-pergi bawa anak apalagi kalau baru punya anak, rempong! Sebelnya lagi, teman-teman lainnya susah mengerti hal ini.
  • Kalau masalah nomor satu sih udah lah yah nggak usah dibahas lagi. Namanya juga baru nikah dan belum punya anak, lagi menikmati hidup sebagai pasangan, lebih baik sebagai teman kita mengerti saja. Lagipula ini juga nggak bisa selamanya :D

    Nah tapi yang permasalahan nomor dua dan tiga ini, loh, yang kerap saya hadapi. Biasanya begini skenario yang saya hadapi:

    Saya: Ketemuan yuk geng [broadcast to group]

    X (single): Ayuk. Kabarin aja kapan.

    Y (married): Bisa, setelah jam kerja aja ya. Weekend pacaran sama suami.

    Z (married with kids): Yah jangan malem dong, anak udah tidur nanti rewel. Kalau ketemuan weekend, deket tempat gue aja, tempatnya kids friendly.

    Saya: *murka*

    Biasanya, teman yang single masih bebas waktunya jadi fleksibel dan paling gampang dikorbankan masalah jadwal. Yang sudah nikah, yah mau nggak mau harus bawa suami, kita juga harus bisa berteman dengan sang suami. Tapi yang punya anak? Wah, yang membuat saya biasanya murka adalah syarat dari mereka terkesan tidak bisa diganggu gugat, take it or leave it. Jadinya sebagai teman lama kelamaan saya jadi punya persepsi, jangan ajak si Z kalau malam hari atau tempatnya sempit, dll, dsb, karena sudah pasti tidak bisa dan ribet. Nggak salah dong saya punya persepsi ini?

    Sebenarnya ini bisa diselesaikan dengan beberapa kompromi:

  • Cari waktu yang paling tepat dan semua bisa. Tidak usah diskusikan dulu deh tempat, dll, yang penting waktunya dulu. Kalau memang malam hari tidak ideal, berarti satu-satunya cara yaitu weekend. Sudah pasti siang hari?
  • Untuk yang punya anak, sedikit fleksibel dalam waktu dan jadwal anak di saat-saat bepergian. Lagipula anak itu kan tidak harus saklek tiap hari tidur jam 8 teng. Sekali-kali boleh meleset sedikit, tidak ada salahnya, loh.
  • Untuk yang belum punya anak, ketahuilah bahwa membawa anak itu repot! Jadi kalau ketemuan dengan teman yang sudah punya anak, offer them some help with the kid. Ini bisa menjadi waktu untuk mengenal lebih jauh anak dari sahabat dan cara mendekatkan diri kembali dengan sahabat. Selain itu, sahabat juga bisa menikmati waktu dengan lebih santai jadinya tidak terburu-buru kalau ketemuan karena anak juga enjoy di lingkungan ramah.
  • Tempat? Semua juga tahu kok, kalau bawa anak berarti harus punya menu yang anak bisa makan, bebas rokok, ada ruang gerak dan tidak sempit. Jadi jangan annoying terus-terusan bilang harus di tempat yang begini-begitu. We get you, really! Ingatkan saja, anak saya sukanya makanan A, jadi kalau bisa tempat yang menyediakan makanan itu dan juga ada area non-smoking. Which if you go to any restaurant nowadays has such area.
  • For all Mommies out there, please make some compromises and do spare time with your friends. Jangan biarkan karena punya anak jadi alasan keribetan sendiri dan tidak punya waktu bertemu teman dan malah jadi menyebalkan. Sebenarnya, bertemu teman-teman lama itu salah satu kegiatan yang menyenangkan dan bisa membuat kita rileks juga.

    Oia, sebelum menilai saya adalah teman menyebalkan yang tidak mengetahui kondisi teman yang punya anak, sedikit saya ceritakan tentang saya ya. Saya adalah yang pertama menikah di antara teman-teman satu geng saya dan punya anak pada usia 24. Anak saya sekarang usianya sudah 7 tahun, paling besar di antara anak-anak teman saya yang lain. Jadi, saya juga pernah merasakan kok berada di posisi ribet harus keluar dengan anak. Malah saya senang diajak jalan sama teman-teman saya. Walaupun sudah ada buntut, mereka masih mau menghadapi saya dan keribetan saya. Biasanya mereka akan saya "palak" buat jadi babysitter dadakan untuk menjaga anak saya sementara saya bisa leyeh-leyeh sejenak.

    Sekarang sih rasanya teman-teman saya rata-rata sudah insaf. Seiring dengan tambah besarnya anak dan lebih banyak pengalaman sebagai Ibu :D

    *thumbnail dari sini