Suatu sore, mata saya sedang berseliweran di timeline Twitter, dan terhenti pada pemberitahuan adanya event seminar parenting. Saya menarik napas dan berpikir, “Here comes another one.” Saya teringat pada beberapa booklet seminar yang tersimpan rapi dalam map arsip saya. I have nothing against parenting seminars. Jika ada topik yang menurut saya menarik, saya akan bela-belain mengikuti. Hanya saja, setelah beberapa kali mengikuti seminar parenting dengan expert yang berbeda-beda, saya justru menemui gaya pengasuhan yang kadang sangat berbeda dari satu expert dengan yang lain. Secara positif, hal ini bisa memperluas pemahaman dan wawasan, tapi di sisi lain, kadang justru membuat gamang.
Pada masa keberlimpahan informasi ini, orangtua dihadapkan pada begitu banyak gaya pengasuhan. The world is in our hand. Tanpa diminta, puluhan artikel seputar saran maupun tren terbaru dalam pengasuhan datang ke pangkuan kita setiap harinya.
Ada berapa jenis sih, gaya pengasuhan itu? Setelah melakukan semacam "riset", saya menemukan beberapa yang lazim disebut-sebut dalam kancah psikologi pengasuhan, di antaranya:
Selain yang umum tadi, juga ada banyak informasi mengenai gaya atau tren pengasuhan yang khas dari negara tertentu. Klik halaman berikut ya!
*Gambar dari sini
Social media juga memiliki peran sebagai showcase gaya pengasuhan setiap orang. Nggak percaya? Jawabannya ada di halaman berikut!
*Gambar dari sini
A berkata dia menerapkan metode X, B dengan metode Y yang dia klaim berhasil 100% pada anak-anaknya, C dengan Z, dan seterusnya. Of course there's nothing wrong about sharing.... It only makes us think, if it works for them, it might work for me. But the question is, which way would work for me?
Saat saya dan suami berdiskusi tentang gaya pengasuhan yang dilakukan orangtua masing-masing, kami menjadi memahami bahwa what worked for him might not work for me; dan sebaliknya. Kepribadian anak yang berbeda-beda menjadikan tidak adanya hasil yang seragam pada gaya pengasuhan tertentu.
Tapi, setidaknya ada beberapa hal yang dapat menjadi panduan saat kita ingin menerapkan gaya pengasuhan tertentu. Misalnya dengan
1. Memahami beragam gaya pengasuhan.
Be open-minded. Tak ada salahnya membaca berita-berita atau tren-tren pengasuhan terbaru. Terus memperkaya ilmu guna menemukan metode yang terbaik. Kita juga perlu mencari tahu outcomes atau hasil dari tiap gaya pengasuhan. Bandingkan kisah-kisah atau kepribadian orang-orang yang di sekeliling kita untuk memahami hasil dari gaya pengasuhan tertentu.
2. Mempertajam insting sebagai orang tua.
Di saat diri ini dibombardir dengan info gaya pengasuhan, atau kadang malah disudutkan oleh nada intimidatif pesan-pesan pengasuhan tertentu, apa lagi yang bisa kita lakukan selain menjadi lebih percaya diri? Tingkatkan kualitas hubungan dan interaksi dengan anak, tajamkan rasa untuk menemukenali personality anak kita, dan dari situ, hopefully, kita dapat menemukan cara yang efektif utk menanamkan pesan moral yang ingin kita wariskan pada mereka.
3. Evaluasi strategi pendisiplinan kita, rutinitas harian anak dan kita, serta cara kita berkomunikasi dengan anak.
Jika apa yang kita katakan atau lakukan ternyata bukan apa yang kita ingin lakukan saat menjadi orangtua, mungkin ini saatnya untuk mengatur ulang fokus dan mengubah pendekatan pengasuhan kita.
Pada akhirnya, yang penting untuk diingat, adalah bahwa apapun yang kita lakukan saat ini, harus sinkron dengan tujuan jangka panjang kita bagi mereka. Yaitu agar anak-anak kita hidup dengan aman, sehat, mampu mencapai potensi terbaik dari diri mereka, dan sejahtera.
Referensi dari sini.