banner-detik
PARENTING & KIDS

Bringing Up Bébé: Membesarkan Anak Gaya Perancis

author

vanshe01 May 2013

Bringing Up Bébé: Membesarkan Anak Gaya Perancis

Saat sedang berjalan-jalan ke toko buku, tanpa sengaja saya melihat buku Bringing Up Bébé tersampir di rak. Buku ini familiar di telinga saya, karena pada beberapa kesempatan, saya menjumpai pujian dan juga ulasan tentang buku yang pernah masuk ke jajaran New York Times Bestseller ini.

 

Buku ini memuat kisah sang penulis, Pamela Druckerman, seorang berkebangsaan Amerika Serikat (AS), yang kebetulan tinggal di Paris, Perancis, setelah menikah. Setelah melahirkan putrinya yang pertama, ia menyadari bahwa perilaku anaknya berbeda dari anak-anak Perancis yang ia temui di tempat-tempat umum seperti restoran, atau playground.

Ketika sedang makan di restoran, anak-anak Perancis mau duduk di highchair dengan tenang, menunggu dengan sabar  satu demi satu hidangan mulai dari pembuka hingga desert, dan mereka dengan lahap memakan ikan dan sayuran! Pamela merasa takjub, dan bertanya "How do these Frenchs do that?"

Orang-orang Perancis yang ia kenal juga tidak pernah terburu-buru memutus percakapan di telepon hanya karena anaknya menuntut sesuatu. Mereka juga tidak mengubah ruangan di rumahnya menjadi penuh dengan mainan anak.

Beranjak dari situ, ia memulai observasinya atas "what French people do differently" dan menuangkannya di buku ini.

Beberapa hal yang Druckerman temukan, dan menurut saya sangat berharga untuk mejadi insight kepada para ibu di manapun di antaranya,

  • Sementara kelas menengah di AS mengalami masalah parenting berupa 'overparenting' atau 'hyperparenting', yang didasari pemahaman bahwa anak-anak adalah mahluk yang rapuh baik dari fisik maupun mental, parenting di Perancis didasari oleh prinsip menyeimbangkan peran.
  • Bagaimana maksudnya? Hal yang berbeda terjadi di Perancis, para orang tua melakukan pengasuhan tanpa kehilangan identitas. Sudut pandang yang dipakai adalah bagaimana mencapai keseimbangan antara peran sebagai ibu, istri, dan pribadi.

  • Terkait dengan poin pertama, orang Perancis percaya, dan menerapkan, batasan.
  • Mereka percaya bahwa bahkan sejak bayi, anak-anak adalah mahluk rasional yang bisa melatih self-control. Batasan itu bahkan diperlukan oleh anak agar mereka tahu apa yang diharapkan dari dirinya.Di sini, Druckerman membeberkan dengan detil penerapan batasan untuk anak dalam dalam sleep training, jadwal makan, dan ritual keluarga. Dengan memercayai bahwa bayi memahami segalanya, termasuk batasan, secara tidak langsung itu memberikan kepercayaan diri kepada anak, dan membantu menyusun irama pengasuhan yang cocok dan saling menghargai antara anak dan orang tua.

  • Perempuan Perancis juga tidak merasa bersalah atas segala hal. Sementara perempuan AS seolah memercayai bahwa seiring dengan kehamilan, juga tiba segenap pe-er yang harus dikerjakan dengan sempurna.
  • Hal ini dijelaskan melalui pengalaman Druckerman sendiri, yang ketika menyadari bahwa ia hamil, segera membeli begitu banyak buku dan membaca situs tentang kehamilan. Dari buku-buku dan situs-situs Amerika itu, ia mendapat begitu banyak informasi sekaligus daftar panjang "what to do and not to do."Sementara temannya perempuan Perancis berkata, "These books can be useful to people who lack confidence, but I don't think you can raise a child while reading a book. You have to go with your feeling."

    Teman yang sama juga bercerita bahwa dokter kandungannya tidak melarang ia memakan apapun, selama dalam batas wajar.

    Terkait dengan makan-memakan, Druckerman juga menyoroti bagaimana "French women don't get fat." Bahkan ketika hamil, rata-rata perempuan Perancis seperti tidak terlihat sedang hamil jika dilihat dari belakang. Druckerman melihat bahwa perempuan Perancis memiliki support system berupa keluarga dan teman yang dengan terbuka mengulang-ulang pesan bahwa kehamilan tidak berarti akses bebas untuk makan dengan porsi berlebih. Wanita hamil harus makan dengan porsi 'balanced meals' yang sama dengan orang dewasa lain. 'Food craving' atau ngidam juga dianggap sebagai gangguan yang harus dikalahkan.

    Membaca buku yang disebut Druckerman sebagai memoar ini, membuat saya sadar bahwa selama ini, gaya parenting di Indonesia terasa sangat 'berkiblat' ke AS. Tidak hanya karena beberapa kutipan membuat saya tertawa dalam hati karena terasa sangat familiar ditemui selama saya sendiri hamil lantas menjadi ibu. Tapi juga karena buku-buku kehamilan dan parenting yang banyak beredar di Indonesia, serta situs yang kerap dipakai sebagai referensi, berasal dari AS. Padahal metode parenting di AS tidak bebas masalah, seperti yang Druckerman paparkan di buku ini.

    Namun, buku ini tidak serta-merta mencap buruk metode parenting ala AS. Sebagai orang tua dan "konsumen" ilmu parenting, alangkah baiknya jika kita mulai melirik metode parenting dari belahan negara lain dengan kulturnya yang berbeda. Seperti saya, yang telah menemukan banyak hal dan cara pandang baru ketika membaca buku ini.

    "To be a different kind of parent, you don't just need a different parenting philosophy. You need a very different view of what a child actually is." - Pamela Druckerman, Bringing Up Bébé.

    *gambar dari sini dan sini

    Share Article

    author

    vanshe

    Ibu satu anak. Was an SAHM for 2,5 years but decided that working outside home is one of many factors that keeps her sane. Grew up deciding not to be like her mother, but actually feels relieved she turns out to be more and more like her each day. She's on Twitter & IG at @rsktania.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan