Wah, sudah tahun ajaran baru lagi! Nggak nyangka, setahun yang lalu saya lagi ribet-ribet campur deg-degan karena Langit baru pertama kali sekolah. Kebetulan, di sekolah Langit ada masa ‘orientasi’ selama 2 hari, maksudnya, sih, agar anak bisa berkenalan dulu dengan lingkungan sekolah dan pas sekolah hari pertama beneran anak-anak sudah bisa langsung ‘dilepas’.
Masih teringat, nih, di benak saya, Langit begitu antusias baik saat survei ataupun orientasi apalagi Langit memang bukan tergolong anak yang pemalu, ya. Hal ini tentu membuat saya percaya diri. Ternyata, eh, ternyata, begitu hari pertama sekolah, Langit mogok! Nggak mau masuk kelas, setelah tawar menawar, akhirnya ia mau masuk kelas, dengan catatan saya ikut ke dalam kelas! *tepok jidat*
Apa yang bisa saya ambil dari pengalaman ini, saya coba share, ya (beberapa sudah di-tweet dari akun @mommiesdaily kemarin):
Ketika sudah fix mau menyekolahkan Langit, saya rajin bercerita mengenai sekolah melalui dongeng atau buku cerita Balita dan Bad Habit, di mana salah satunya ada yang berjudul Lila Mogok Sekolah.
Play pretend. Beberapa kali saya dan Langit bermain guru dan murid. Saat saya nggak menemaninya bermain, malah sering Langit play pretend dengan boneka-bonekanya.
Kebetulan sekolah Langit dekat sekali dari rumah, sama dengan Manda, dalam memilih sekolah kami cukup realistis terutama masalah jarak (dekat saja sering telat, bok, hahaha). Sejak sebelum sekolah, kami memang sering melewati sekolah ini, jadi sepertinya gambaran sekolah ideal buat Langit, ya, sekolah Fitria ini. Menjelang hari pertamanya sekolah, saya sengaja sering melewati sekolah ini, sambil bercerita, “Wah, nanti kalau sekolah bisa main sama teman-teman di perosotan itu, ya” atau hal-hal semacam itu.
Beberapa hari sebelum sekolah, saya beberapa kali memakaikan baju sekolah lengkap dengan peralatannya seperti dasi, topi dan sepatu serta kaos kaki. Serta membiarkan Langit mengisi tas sekolahnya dengan hal-hal yang ia mau. Sebenarnya hal ini supaya anak akrab dan terbiasa, bahwa sekolah, ya, pakai seragam :)
Berhubung Langit sudah lepas popok sekali pakai, jadi saya berulang-ulang mengajarinya bagaimana kalimat yang tepat dan mudah dimengerti ke gurunya, jika tiba-tiba hasrat ke toiletnya muncul. Selama ini kan di rumah hanya sama ibu, bapak, pengasuh atau nenek kakeknya saja, yang pastinya sudah paham Langit.
Mengajari Langit untuk berbagi. Jujur untuk yang satu ini agak sulit. Karena kami di rumah hanya berempat, kalau saya dan suami kerja, otomatis Langit hanya sama pengasuhnya, yang notabene akan ‘ngalah’ kalau main sama Langit. Bermain dengan anak dari teman-teman saya atau sepupu-sepupunya atau anak tetangga, sih, bisa. Tapi ini tentu tidak mengakomodir keteraturan yang biasanya terjadi di sekolah, bermain bergiliran serta bergantian. Untuk ini, ada salah satu episode Barney yang mengajarkan bagaimana seharusnya bermain sama teman, nah, Langit saya ajak, deh, nonton episode ini (sampai saya yang hafal. LOL)
Langit kan cukup kuat meleknya, makanya saya memastikan agar ia tidur cukup cepat malam sebelum hari pertama sekolah supaya nggak cranky esok pagi ketika dibangunkan. Kalau sekarang, sih, sudah lumayan teratur alias 30 menit sebelum jam masuk sekolah sudah bangun, hehehe.
Kalau semua hal di atas dilakukan tapi anak masih mogok sekolah? Sabar, itu saja yang bisa saya katakan. Biarkan anak menikmati dan mengamati bagaimana dinamika lingkungan barunya, lama-lama juga pasti terbiasa.
Selamat bersenang-senang di sekolah!
COMMENTS