Sorry, we couldn't find any article matching ''

Kebiasaan Instan Gen Alpha: Apa Dampaknya Saat Mereka Dewasa? Ini Jawaban Psikolog!
Gen Alpha sudah terbiasa serba instan sejak dini. Menurut psikolog anak dan remaja, ini dampaknya pada masa depan mereka.
Apakah Mommies sadar bahwa anak-anak gen Alpha tumbuh di era serba instan? Generasi ini lahir di tengah kemajuan teknologi yang pesat, di mana segala sesuatu bisa diakses hanya dengan satu sentuhan layar.
Namun, budaya serba instan yang sudah dikonsumsi gen Alpha sejak dini ini juga bisa memberikan dampak pada kehidupan mereka dewasa kelak. Yuk, bahas!
BACA JUGA: 8 Soft Skill yang Perlu dimiliki Gen Alpha dan Gen Beta, Mommies Wajib Tahu!
Pemicu Kebiasaan Serba Instan pada Gen Alpha
Foto: Freepik
Menurut Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog., ada dua hal yang menjadi pemicu budaya serba instan pada gen Alpha, yaitu teknologi dan perilaku orang tua. Maksudnya seperti apa?
Perkembangan zaman dan teknologi menjadi hal yang lumrah bagi banyak kalangan. Khususnya pada gen Alpha, mereka lahir dan tumbuh di era ketika hampir semua hal bisa dilakukan dan diperoleh dengan cepat melalui satu perangkat elektronik saja. Mulai dari hiburan, informasi, hingga kebutuhan sehari-hari bisa diakses dengan mudah lewat gawai.
“Teknologi digital, media sosial, dan layanan daring seperti aplikasi pesan-antar dan lain-lain membentuk pola pikir instan tinggal klik atau swipe langsung dapat,” ucap Psikolog Vera.
Selain itu, banyak orang tua zaman sekarang yang tanpa sadar menumbuhkan kebiasaan instan ini melalui kegiatan sehari-hari. Psikolog Vera memberikan beberapa contohnya.
“Misalnya, ketika anak bosan, orang tua segera memberikan gawai; atau ketika anak kesulitan, orang tua cepat menolong (biasanya juga shortcut dengan bantuan gawai) tanpa memberi ruang untuk berproses,” jelasnya. Kebiasaan ini bisa berakibat pada perkembangan anak, seperti kurang terlatih menunggu, berusaha, menjalani proses, dan menghadapi kesulitan atau tantangan.
Dampak Serba Instan Gen Alpha saat Mereka Dewasa
Budaya serba instan bisa menimbulkan dampak negatif pada gen Alpha. Namun, tidak menutup kemungkinan pula adanya dampak positif pada anak. Simak dampak-dampaknya menurut Psikolog Vera di bawah ini.
Dampak Negatif
- Anak berisiko memiliki tingkat toleransi frustasi yang rendah atau mudah menyerah, cepat merasa bosan, dan sulit mengelola stres ketika hasil tidak sesuai harapan.
- Anak bisa juga kesulitan berempati dan kurang terampil dalam berkomunikasi langsung karena terbiasa dengan interaksi digital yang serba cepat dan dangkal.
- Anak cenderung punya pola hidup yang pasif (terlalu banyak waktu menatap layar gawai) sehingga bisa memicu gangguan tidur, obesitas, hingga penurunan fokus.
Foto: Freepik
Dampak Positif
- Anak menjadi lebih adaptif atau cepat menyesuaikan terhadap perubahan, kreatif dalam menemukan solusi cepat, dan terbiasa berpikir praktis.
- Anak menjadi memiliki kemampuan lebih dalam memanfaatkan teknologi dan mencari informasi secara efektif dan efisien.
“Jadi, bukan berarti semuanya buruk. Keseimbangannya perlu dijaga agar kecepatan tidak mengorbankan ketekunan,” jelas Psikolog Vera.
Mencegah Dampak Buruk Serba Instan pada Gen Alpha
Menurut Psikolog Vera, kunci mencegah dampak buruk kebiasaan serba instan pada gen Alpha saat mereka dewasa adalah menanamkan proses dan kesabaran sedini mungkin. Zaman dan perkembangan teknologi mungkin membentuk pola pikir serba instan, akan tetapi pada dasarnya kehidupan tidak bisa diraih dengan cara yang sama.
Berikut yang harus dilakukan Mommies dan Daddies untuk mencegah dampak buruk dari budaya serba instan gen Alpha di masa depan:
1. Beri Kesempatan untuk Anak Berusaha Sendiri
Mommies dan Daddies sebaiknya memberi kesempatan kepada anak untuk berusaha sendiri, belajar menunggu, dan mencoba menyelesaikan masalah tanpa langsung dibantu. Hindari kebiasaan memberikan bantuan terlalu cepat atau menjadikan gawai sebagai jalan pintas setiap kali anak menghadapi kesulitan.
2. Tetapkan Batas Waktu Penggunaan Gawai
Tetapkan batas waktu penggunaan gawai dan jelaskan alasannya dengan jelas, agar anak memahami pentingnya mengatur diri dan belajar menunda keinginan (delayed gratification).
3. Lakukan Kegiatan yang Membutuhkan Kesabaran dan Ketekunan
Ajak anak dalam kegiatan yang membutuhkan waktu dan konsistensi, seperti menanam tanaman, bermain alat musik, memasak, atau membuat karya seni dan kerajinan tangan.
4. Interaksi Digital dan Interaksi Langsung yang Seimbang
Terakhir, penting untuk menyeimbangkan pembelajaran digital dengan pengalaman nyata dan interaksi sosial secara langsung. Contohnya, tetap libatkan anak dalam kegiatan fisik dan berinteraksi langsung dengan teman sebaya, atau ajak mereka mempraktikkan aktivitas yang terinspirasi dari film atau game yang mereka lihat di gawai.
Sebagai penutup, tidak ada yang bisa mencegah kemajuan teknologi untuk berkembang secara pesat pada masa kini. Intinya adalah bagaimana Mommies dan Daddies bisa menyesuaikan zaman dan pola asuh agar anak bisa tumbuh dengan optimal hingga dewasa. Seperti yang Psikolog Vera jelaskan, keseimbangan menjadi penting. Dengan begitu, anak-anak gen Alfa bukan hanya tumbuh sebagai generasi yang cerdas secara digital, tetapi juga tangguh, sabar, dan berempati.
BACA JUGA: 8 Kebiasaan Gen Z dan Gen Alpha yang Bisa Memicu Demensia Dini
Ditulis oleh: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS