banner-detik
PARENTING & KIDS

Kesehatan Mental Ayah Itu Penting, Ini Alasannya dan Cara Menjaganya

author

Fannya Gita Alamanda11 Nov 2024

Kesehatan Mental Ayah Itu Penting, Ini Alasannya dan Cara Menjaganya

Menjalankan peran ayah tentu ada bahagianya, tapi juga ada stresnya. Maka menjaga kesehatan mental ayah sangatlah penting.

Ayah memainkan peran penting dalam perkembangan anak sehingga mengasuh anak secara aktif tidak hanya dapat meningkatkan kesehatan jangka panjang bagi anak, namun juga dapat membentuk hubungan yang manis dan akrab antara suami dan istri. Efek positifnya tentu saja pada kesehatan mental ayah.

Tapi, menjadi seorang ayah, baik yang baru punya anak atau yang sudah bertahun-tahun bukannya tanpa tantangan.

Masalah Mental Health saat Menjalankan Peran Ayah

Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, Psikoterapis, Psikolog Klinis Keluarga yang akrab dipanggil Mbak Nina, di bawah ini adalah masalah yang biasa dihadapi para ayah (termasuk ayah baru) saat membesarkan anak:

  • Perubahan peran dari seorang lelaki atau suami lalu bertambah menjadi seorang ayah.
  • Membantu istri yang mengalami banyak perubahan dan banyak tugas sebagai ibu.
  • Perubahan relasi dengan istri, tidak hanya sebagai suami-istri namun juga bekerja sama sebagai ayah dan ibu.
  • Tekanan keuangan baik dana untuk melahirkan atau membesarkan anak.
  • Kesulitan menyeimbangkan antara pekerjaan dengan tugas sebagai ayah, antara lain karena durasi cuti yang lebih terbatas dari kantor, sementara bulan-bulan pertama biasanya bayi juga masih kesulitan menyesuaikan waktu tidur.
  • Mendapat stigma ‘lemah’ apabila mengeluh, padahal juga mengalami stres.
  • Diharapkan tetap kuat oleh keluarga atau masyarakat padahal mengalami banyak tekanan.
  • Mengalami kesulitan untuk mengasuh anak, misalnya karena anak tak menurut atau belum terampil melakukan sesuatu.

BACA JUGA: Tidak Ada Peran Ayah, Ini 10 Cara Mengatasi Fatherless pada Anak

Dampak Jika Ayah Mengabaikan Kesehatan Mentalnya

Dampak jika ayah tidak menjaga kesehatan mentalnya:

  • Menurunnya kesehatan fisik karena imunitasnya berkurang.
  • Kesulitan berkonsentrasi sehingga menjadi lebih lambat dalam bekerja dan lebih banyak melakukan kesalahan.
  • Dapat mengalami kesulitan mengambil keputusan yang bijak sehingga berdampak negatif dalam pekerjaannya maupun kehidupannya di rumah,
  • Menarik diri secara emosional sehingga semakin tidak terjangkau untuk dibantu.
  • Hilangnya rasa percaya diri dan harga diri.
  • Meningkatnya risiko penyalahgunaan atau penggunaan zat terlarang termasuk rokok. Hal ini seringkali kemudian berdampak pada masalah finansial, karena uang habis untuk zat terlarang.
  • Kemungkinan besar timbulnya pikiran bunuh diri.
  • Lebih berisiko melakukan tindak kekerasan kepada keluarganya, baik kepada istri maupun anak.

Dampaknya terhadap keluarga:

  • Ketegangan emosional pada pasangan, membuat istri jadi lebih rentan mengalami masalah pasca melahirkan.
  • Adanya penolakan untuk terlibat dalam pengasuhan.
  • Terganggunya ikatan orang tua-anak, menjadi lebih sulit dekat dengan anak.
  • Meningkatnya konflik dalam rumah tangga, lebih sering bertengkar.
  • Dampak buruk pada kesehatan mental anak, anak jadi lebih stress dan rentan mengalami kekerasan.
  • Kurang optimalnya penghasilan ayah, baik karena dipakai untuk zat terlarang yang dikonsumsi ayah ataupun karena ketidakbijakan manajemen keuangan keluarga.

Foto: Freepik

Ini Alasan Pentingnya Ayah Menjaga Kesehatan Mental

Menurut Psikolog Nina, penting bagi seorang ayah menjaga dan terbuka tentang kondisi mentalnya. Apabila ayah tak menjaga kesehatan mentalnya, termasuk tidak menyadari bahwa ia rentan pula mengalami masalah atau gangguan kesehatan mental, maka ia juga rentan bermasalah dalam pekerjaan dan kariernya, perannya sebagai suami dan ayah, juga peran sebagai individu dalam masyarakat.

Perlu disadari bahwa ayah yang mengalami postpartum depression sebetulnya angkanya cukup tinggi. Bisa sampai 10% dari ayah baru juga mengalami postpartum depression atau perinatal depression/anxiety, bukan karena ia hamil dan melahirkan, namun karena stres di periode baru saja menjadi seorang ayah atau baru saja bertambah anak.

Seringkali ini tidak disadari baik oleh ayah sendiri ataupun orang-orang lain. Banyak yang mengira hanya ibu yang memang melahirkanlah yang bisa mengalami postpartum depression. Apalagi karena bentuknya agak berbeda, cukup sering ayah tak membiarkan diri menangis atau terlihat sedih, sehingga dikira tak mengalami depresi. Reaksi ayah misalnya marah atau lebih lama kabur dari rumah, atau bahkan mengonsumsi alkohol-rokok-narkoba lebih banyak.

Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Mental Ayah

1. Sepemikiran

Pastikan dari awal Daddies dan pasangan punya prinsip dan pemikiran yang sama dalam hal merawat anak. Dengan punya prinsip dan pemikiran yang sama, ini akan membuat Mommies dan Daddies terhindar dari konflik-konflik yang tak perlu.

2. Bersikap adaptif

Menjadi seorang ayah tentu disertai dengan banyak perubahan dan tantangan baru setiap hari. Jangan takut karena tidak seorang pun yang akan benar-benar siap. Wajar jika terkadang merasa kewalahan atau bingung. Jangan malu untuk belajar dan bertanya kepada anggota keluarga lain yang sudah berpengalaman atau dokter untuk meminta nasihat.

3. Buat jadwal bersama

Sebagian besar jadwal Daddies dan Mommies akan berkisar pada bayi kalian, jadi berupayalah untuk fleksibel. Bekerjasamalah dengan pasangan dan berbagi tugas agar kalian berdua tidak kewalahan.

4. Cuti kerja

Jika memungkinkan ambil cuti kerja untuk menjalin ikatan dengan bayi, anak, dan pasangan Daddies. Bekerja sama mengurus semuanya akan mendekatkan seluruh anggota keluarga dan bikin kalian makin kompak.

5. Nikmati peran sebagai ayah

Ayah yang terlibat dalam perkembangan anak-anak mereka memberikan dampak positif bagi anak. Tidak hanya meningkatkan kesehatan anak, tetapi juga dapat memperkuat ikatan ayah dengan pasangan, juga kesehatan mental ayah.

6. Terlibatlah

Bermain dan menghabiskan waktu bersama anak sangat penting untuk perkembangannya dan berdampak besar pada cara mereka berinteraksi dan memperlakukan orang lain seiring pertumbuhannya. Ini juga memperkuat ikatan ayah dengan anak dan mendukung kesehatan mental ayah.

7. Menjaga hubungan dengan istri tetap di jalurnya

Hanya karena punya anak bukan berarti hubungan romantis suami dan istri boleh berkurang. Pastikan untuk tetap menjaga kemesraan dengan melakukan aktivitas menyenangkan bersama.

8. Tidur cukup

Saat baru punya bayi, menikmati waktu tidur yang cukup memang nggak gampang tapi coba usahakan. Salah satunya dengan berbagi tugas dengan pasangan. Daddies bisa minta tolong anggota keluarga yang lain untuk menjaga bayi saat Daddies istirahat.

9. Tidak perlu menerima semua saran

Orang tua, kakek-nenek, dan anggota keluarga lainnya seringkali memberi banyak saran tentang cara terbaik merawat anak. Beberapa di antaranya mungkin terasa seperti kritik daripada nasihat yang bermanfaat. Tetapkan batasan sejak awal. Jika ada yang terlalu memaksakan pandangan mereka, tolaklah dengan tegas tapi sopan.

10. Jaga hubungan dengan teman lama dan nambah teman baru

Sebuah penelitian terhadap lebih dari 4.000 ayah menemukan bahwa 23% ayah merasa sangat terisolasi dan 20% mengaku kehilangan banyak teman. Ini berarti ayah harus tetap menjaga pertemanan. Pergilah ngopi atau berolahraga bersama. Ayah juga bisa mengikuti forum, blog, dan komunitas yang membantu kalian terkoneksi dengan ayah-ayah lain untuk berbagi pengalaman.

BACA JUGA: 7 Ketakutan Para Ayah saat Membesarkan Anak Laki-laki

Psikolog Nina juga menyarankan para ayah untuk berkomunikasi secara terbuka tentang stres yang mereka alami, baik kepada pasangan maupun orang lain yang dapat dipercaya. Carilah bantuan, baik untuk mengatasi urusan rumah tangga ataupun untuk membantu keluarganya.

Para ayah juga harus melakukan self-care misalnya rutin berolahraga, makan sehat, dan bertemu teman. Baik sekali kalau dalam melakukan self-care juga melibatkan istri. Saran lain, pelajari strategi parenting dan berusaha terlibat dalam proses pengasuhan anak. Jika diperlukan, berkonsultasilah dengan konselor, psikolog klinis, atau psikiater.

Cover: user18526052 on Freepik

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan