Gosip, backstabbing, masalah amoralitas, hilangnya respek, sampai hancurnya kekompakan di antara tim kerja. Apa penyebabnya? Perselingkuhan di tempat kerja.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh CareerBuilder, hampir seperempat pekerja pernah mengaku berselingkuh dengan rekan kerja yang sudah menikah. Kisah percintaan antar rekan kerja, khususnya perselingkuhan, cenderung menimbulkan kebingungan bagi atasan yang mengetahuinya. Mau ditegur kok seperti melanggar HAM. Mau didiamkan, tindakan itu jelas punya dampaknya sendiri terhadap hubungan di antara rekan kerja.
Jadi bagaimana seharusnya seorang atasan menghadapinya? “Orang-orang mempunyai banyak pendapat mengenai perselingkuhan yang terjadi di lingkungan kerja, soal apakah hal tersebut benar atau salah,” kata Mark Kluger, mitra pendiri firma hukum ketenagakerjaan Kluger Healey di Fairfield, New Jersey.
Joe Flanagan, penasihat karier senior di Mint Resume, sebuah situs yang menawarkan saran karier dan layanan resume online, berbasis di Los Angeles bahkan dengan lugas mengatakan, “Perselingkuhan akan memengaruhi lingkungan kerja. Ini karena perselingkuhan adalah isu kontroversial yang mungkin (menyebabkan) karyawan jadi bergosip dan terjadilah teman kerja saling tikam. Dan hal itu tentu tidak baik untuk perusahaan karena hal ini dapat berdampak pada kinerja dan hubungan antarkaryawan baik yang terlibat dan yang tidak terlibat.”
BACA JUGA: 12 Kerugian Melakukan Perselingkuhan di Kantor, Awas Jangan Terjebak!
Perselingkuhan bisa menjadi hal yang sulit ditangani, dan juga berpotensi lebih merusak karena berdampak pada moral dan kinerja tim kerja. Efek negatif lain yang biasanya muncul adalah suasana kantor yang tidak kondusif karena munculnya gosip, rekan kerja yang seharusnya kompak akan terbagi-bagi menjadi kubu A, B, atau C, suasana kerja menjadi tidak sehat.
Ada yang secara terang-terangan berselingkuh dan ini jelas lebih gampang ditangani. Namun ada perselingkuhan yang sangat ditutupi sehingga atasannya harus bekerja ekstra keras untuk mengumpulkan banyak bukti jika berniat menangani masalah ini dengan benar dan adil. Jika Mommies dan Daddies sebagai atasan mencurigai telah terjadi perselingkuhan di antara bawahan kalian dan berniat mengambil tindakan tertentu demi menjaga suasana kerja tetap positif dan kondusif, kenali tanda-tanda di bawah ini.
Mereka yang berselingkuh biasanya:
Perselingkuhan di kantor dapat merusak moral dan produktivitas di tempat kerja jika ada sikap berat sebelah. Lalu jika suatu saat hubungan itu berakhir akan timbul rasa canggung di antara kedua pelakunya. Ekstrimnya, perselingkuhan di kantor itu bak ladang ranjau yang sewaktu-waktu bisa melukai siapa pun.
Bayangkan karyawan A yang sudah menikah berselingkuh dengan rekan kerjanya, karyawan B yang masih lajang. Semua orang di kantor tahu istri atau suami si karyawan A. Mereka saling kenal, sering bersosialiasi dengan istri atausuami si karyawan A ketika ada acara kantor. Hal ini tentu bisa membuat mereka yang sebenarnya tidak terlibat, jadi ikut terseret. Tidak nyaman dan tidak tenang karena seolah ikut melindungi ketidakjujuran. Kasihannya lagi, mereka malah jadi pihak yang merasa sangat bersalah.
“Perselingkuhan juga berisiko membuat hilangnya respek terhadap si karyawan A dan selingkuhannya. Hasilnya, suasana di antara tim kerja menjadi tidak nyaman dan ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun,” kata Chris W. McCarty, pengacara ketenagakerjaan di Lewis, Thomason, King, Krieg & Waldrop di Knoxville, Tennesse.
Ada tiga pilihan di sini: tegur secara terus terang, cukup menyindir agar pelaku tidak kehilangan muka, atau putuskan bahwa itu bukan urusan Mommies dan Daddies sebagai atasan.
Jika Mommies dan Daddies memutuskan untuk berbicara terus terang, Mommies dan Daddies bisa memulainya seperti ini: “Sebelumnya, abaikan ucapan saya kalau saya salah. Namun jika saya benar tentang apa yang terjadi di antara kamu dan si B, saya ingin memastikan kamu sudah tahu bahwa si B sudah menikah dan saya kenal baik pasangannya. Semoga setelah pembicaraan ini kamu jadi paham tindakan apa yang harus kamu lakukan.”
Pendekatan ini ada risikonya. Jika ternyata dia sudah tahu bahwa pacarnya adalah suami atau istri orang dan tetap bersikukuh melanjutkan hubungannya, hubungan Mommies atau Daddies dengan orang itu akan menjadi canggung.
Atau, dia akan menilai Mommies dan Daddies sebagai tipe atasan kepo yang senang ikut campur kehidupan pribadi anak buahnya.
Di sisi lain, jika ternyata si A tidak tahu bahwa si B sudah menikah, Mommies dan Daddies mungkin sudah membantunya. Bisa saja, setelah itu kalian malah bisa berteman baik karena dia bersyukur sudah diberitahu fakta yang sebenarnya. Bagaimanapun, semua tindakan ada konsekuensinya. Bahkan tindakan yang dilandasi dengan niat baik sekalipun.
Mengatakan sesuatu yang tidak terlalu langsung mungkin dapat membuat Mommies atau Daddies terhindar dari beberapa risiko di atas. Misalnya, Mommies atau Daddies bisa dengan santai bilang, “Saya lihat kamu dengan si B akrab ya. Saya beberapa kali ketemu dengan istri atau suaminya. Orangnya ramah dan baik. Kapan-kapan saya kenalkan deh, siapa tahu kalian cocok untuk jadi teman.”
Untuk beberapa orang cara ini lebih sesuai daripada cara pertama, menghindarkan Mommies atau Daddies dari rasa canggung.
Lalu ada pilihan ketiga, yaitu memutuskan bahwa semua ini bukan urusan Mommies atau Daddies sebagai atasan. Memang boleh? Sebenarnya boleh-boleh saja, sih, memilih cara terakhir dengan catatan tidak terjadi tindakan tidak profesional yang berpengaruh pada performa tim kerja, ketidakadilan, pelecehan baik emosional maupun seksual, dan tindakan amoralitas di kantor.
Toh, baik si A dan si B sudah sama-sama dewasa. Mereka bertanggung jawab terhadap reputasi mereka sendiri dan konsekuensi atas perselingkuhan yang mereka jalani.
BACA JUGA: Selain KDRT dan Selingkuh, Ini 12 Sikap Suami yang Bisa Hancurkan Hati Istri
Cover: Freepik