Bangkit dan survive adalah prioritas nomor satu bagi Rikha Rosalina, ketika ditinggal suami tercinta secara tiba-tiba.
Nggak ada istri yang siap ditinggal suaminya, terutama untuk selamanya secara tiba-tiba. Namun, Rikha Rosalina, seorang guru di Rockstar Academy merasa harus segera bangkit dari keterpurukan dan berdiri tegak untuk kebahagiaan diri dan anak-anak. Berikut ini ceritanya tentang sekolah lagi, support system, hingga diskusi halu bersama almarhum suami yang sering ia lakukan ketika burnout.
Semua terjadi sangat cepat dan tidak terduga, almarhum suami terkena serangan jantung, padahal tidak ada riwayat sebelumnya. Yang terlintas saat itu hanyalah saya harus tegar agar anak-anak tidak ikut larut dalam kesedihan. Saat itu juga profesi saya adalah seorang ibu rumah tangga, sehingga kemudian salah satu top priority saya adalah kembali bekerja agar bisa survive.
2 bulan setelah suami berpulang, aku sekolah lagi ambil diploma montessori. Untuk menyelesaikannya dibutuhkan sekitar 1 tahun lebih. Tapi Alhamdulillah kemarin aku ikut 2 kelas langsung, sehingga bisa menyelesaikan diploma dalam waktu sekitar 10-11 bulan. Saat ini aku bekerja sebagai guru di Rockstar Academy.
I’m a lifelong learner. Buat aku, belajar skill baru itu bikin aku bahagia. Aku saat ini belajar lagi untuk menjadi guru cheerleading. Buat aku pendidikan untuk anak memang sangat penting, tapi ibu cerdas (dan happy) menurutku sama pentingnya.
Baca juga: Drakor Tentang Single Mom dan Step Mom. Mana Yang Lebih Favorit?
Sifatnya yang humoris. Dia suka banget suka bercanda sama aku dan anak-anak. Buatku dia contoh yang baik untuk anak-anak. Setiap weekend kita suka jalan pagi cari sarapan. Dia tipe bapak yang hands on dan bener-bener main sama anak. Mereka suka main lego bareng, kadang-kadang anak-anak suka bilang kalau mereka kangen main sama bapak. Ada kalanya mereka bertanya, sekarang bapak di mana. Aku jawab Bapak sudah sama Allah, kapanpun Haku dan Nadhira kangen Bapak, kita kirim doa sama-sama.
Tantangan terberatku adalah ketika sudah mulai bekerja dan harus menitipkan anak ke asisten rumah tangga. Drama ART itu bikin pusing. Biasalah, ya, dramanya ada yang minta pulang tiba-tiba, ada yang malah mengizinkan anakku nonton youtube di handphone sambil tidur supaya anaknya ngantuk, padahal rules-nya hanya boleh nonton setengah jam pas minum susu. Akhirnya kecolongan, deh, sekarang anakku pakai kacamata.
Selain itu mungkin tantangannya lebih ke waktu yang tak lagi full seperti ketika bapaknya masih ada. Sekarang aku sudah kerja dan sekolah lagi. Oh, ya, satu lagi tantangannya adalah jadi sosok ‘Bapak’ untuk anak-anak, terutama buat si sulung yang sudah berusia 6 tahun.
Baca juga: 15 Hal Yang Disyukuri Ketika Menjadi Seorang Single Mom
Sebenarnya aku punya support system yang Alhamdulillah bantu aku banget. Ibuku saat itu bersedia menemani aku, sampai dia harus bolak-balik ke luar kota karena, kan, aku domisili Cilegon saat menikah.
Tetangga sekaligus sahabat aku di Cilegon yang juga ikut bolak-balik TangSel. Aku juga punya sahabat dari kuliah yang selalu aku curhatin ini itu, bahkan rekan kerja saat ini.
Tapi, ya, nggak dipungkiri juga kalau ada aja hal yang bikin aku burnout, ya. Misalnya ketika aku berkonflik dengan orang lain. Biasanya kalau sudah gitu, aku ngadu sama Allah saat shalat malam. Bahkan aku juga curhat halu sama suamiku. Hahaha…
Kita kuat, kita bisa. Terus yakin, ya, mommies apapun kesulitannya nanti akan ada jalan keluarnya dan Tuhan pasti beri yang terbaik untuk kita.
Saat ini aku juga punya tujuan dalam hidup, yaitu anak-anak kelak bisa bangga sama aku dan mereka bisa happy meski bapaknya sudah tak lagi bisa menemani mereka.