Sorry, we couldn't find any article matching ''
Bayi Kejang, Kenali Penyebab dan Tanda-Tandanya
Bayi kejang sudah cukup untuk membuat panik setiap orang tua. Ada banyak jenis kejang, dengan penyebab dan gejala yang berbeda-beda, yuk cari tahu Mommies!
Berdasarkan data dari WHO, sekitar 1 dari setiap 100 orang mengalami kejang setiap tahun di Amerika. Data ini menunjukkan bahwa bayi baru lahir dan anak-anak yang masih sangat kecil memiliki risiko tertinggi. Apa yang menyebabkan kejang terjadi?
Kejang terjadi ketika sel-sel dalam otak memiliki aktivitas listrik yang tidak normal, yang untuk sementara waktu mengganggu sinyal listrik normal otak.
“Ini seperti korsleting di otak,” kata Adam Hartman, M.D., asisten profesor Neurologi dan Pediatri di Johns Hopkins Children’s Center di Baltimore, seperti dikutip dari Parents.
Bicara tentang kejang, Mommies mungkin membayangkan gerakan yang tersentak-sentak, bergetar, dan kehilangan kesadaran sementara. Eits, tunggu dulu tanda-tanda kejang sering kali lebih halus pada bayi, loh.
“Pada awalnya, Anda mungkin tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah,” kata Adam.
Penasaran tentang fakta seputar kejang pada bayi? Yuk cari tahu dulu penyebab dan tanda-tandanya.
BACA JUGA: Kesalahan Menghangatkan ASIP dari Freezer yang Bisa Merusak Kualitas ASIP
Penyebab Kejang pada Bayi
Terdapat beberapa penyebab bayi kejang di antaranya:
- Cedera Otak Saat Kelahiran. Semua jenis kejang pada bayi adalah hasil dari beberapa jenis kelainan listrik yang melibatkan otak. Kejang yang dialami sering kali merupakan indikasi adanya masalah neurologis yang mendasari, yang mungkin disebabkan oleh kekurangan oksigen selama persalinan dan kelahiran.
- Penyebab kejang lainnya yang sering terjadi adalah infeksi. Ada infeksi tertentu, yaitu strep Grup B, yang ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan, yang sangat terkait dengan kejang yang dialami.
- Cerebral Palsy. Beberapa jenis kejang pada bayi sering kali menjadi salah satu gejala paling awal bayi menderita cerebral palsy.
Ciri-ciri Kejang pada Bayi
Seperti disebutkan di atas, ciri kejang pada bayi sering kali tidak terlihat, terutama pada bayi 0-6 bulan. Kejang yang dialami oleh bayi memiliki ciri berbeda tergantung jenis kejangnya.
1. Febrile seizures
Salah satu kejang yang umum dan cenderung tidak berbahaya serta dipicu demam tinggi. Ciri-cirinya mencakup anggota tubuhnya bisa menegang atau berkedut dan tersentak.
2. Focal seizures
Muncul keringat, muntah, menjadi pucat, dan mengalami kejang atau kekakuan pada satu kelompok otot, seperti jari, lengan, atau kaki.
3. Infantile spasms
Kejang jenis ini biasanya ditemui di awal pertumbuhan atau di bawah usia 1 tahun. Ciri-cirinya, bayi mungkin membungkuk ke depan atau melengkungkan punggungnya saat lengan dan kakinya menegang.
4. Absence (petit mal) seizures
Salah satu tanda yang sulit dilihat karena biasanya bayi terlihat menatap kosong atau melamun.
5. Atonic (drop attack) seizures
Salah satu ciri yang cukup membahayakan, karena bayi langsung lemas. Bayi mungkin jatuh tiba-tiba, atau jika mereka sedang merangkak atau berjalan, mereka mungkin jatuh ke lantai.
6. Tonic seizures
Bagian tubuh bayi, seperti lengan atau kaki,atau seluruh tubuh mereka tiba-tiba menjadi kaku.
7. Myoclonic seizures
Kejang ini biasanya terjadi secara berkelompok, beberapa kali sehari dan beberapa hari berturut-turut. Ciri-cirinya, leher, bahu, atau lengan atas bayi tersentak-sentak.
BACA JUGA: Hindari 3 Hal Ini Saat Bayi Jatuh, Orang Tua Wajib Tahu!
Bayi Kejang tanpa Demam, Apakah Berbahaya?
Jika kejang dialami tanpa demam, maka ini merupakan kasus yang harus langsung dikonsultasikan ke dokter. Biasanya, anak usia 6 bulan hingga 5 tahun mengalami kejang demam yang normal dan dapat berlangsung hingga 9 tahun.
Namun jika baru berusia 2-3 bulan dan mengalami serangan kejang tanpa demam, biasanya ada faktor penyakit lain.
Menurut Jun Park, MD, Direktur Klinis Epilepsi Pediatrik dan Unit Pemantauan Epilepsi di University Hospitals Rainbow Babies & Children’s, seringkali Mommies harus memeriksakan bayi ke divisi neurologis jika kejang terjadi tanpa demam.
“Kejang yang terjadi tanpa demam adalah alasan untuk menemui ahli saraf. Dalam hal ini, kita mungkin berurusan dengan sesuatu yang lebih dari sekadar kejang demam,” ujar Jun Park, seperti dikutip dari UhHospitals.com.
Misalnya, kejang bisa menjadi tanda meningitis, kerusakan otak, stroke, tumor otak, atau gangguan sistem saraf. Selain itu, beberapa kejang yang berkepanjangan berkembang menjadi epilepsi.
Cara Mengatasi Bayi Kejang
Pengobatan pertama pada jika kejang terjadi adalah dengan obat-obatan. Obat yang paling sering digunakan untuk mengobati kejang pada bayi berusia antara 0-1 tahun adalah fenobarbital. Obat lainnya termasuk lorazepam dan fenitoin.
Jika kejang disebabkan oleh kekurangan oksigen, dokter dapat memberikan perawatan hipotermia. Prosedur ini mendinginkan otak dan tubuh bayi untuk mencegah kerusakan otak. Biasanya, dokter melakukan ini jika bayi mengalami kesulitan saat lahir dan tidak dapat bernapas.
BACA JUGA: Skrining Tiroid pada Bayi Baru Lahir, Seperti Apakah?
Ditulis oleh: Imelda Rahma
Cover: Image by Freepik
Share Article
COMMENTS